Harga tanah dan rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut meningkat setiap tahunnya. Menurut salah satu pengembang properti di Indonesia, Realestat Indonesia (REI) kenaikan nilai investasi tanah dan rumah di DIY lebih cepat daripada kenaikan bunga bank.
Dikutip dari detikJogja, Ketua Amazing BRI REI Property Expo 2024, Yanto Wibowo mengungkapkan ada dua jenis investasi yang nilainya terus meroket setiap tahunnya di Jogja yakni properti dan tanah.
"Di Jogja memang agak unik, di Jogja itu misalnya harga sekarang Rp 300 juta, Rp 400 juta, Rp 500 juta, satu tahun lagi begitu di situ crowded (ramai), jalan ramai, ada pelebaran kota karena banyak orang yang mau tinggal di Jogja harganya bisa naik drastis," katanya seperti yang dikutip pada Rabu (22/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memberi gambaran, harga tanah yang awalnya dibeli seharga Rp 300 juta bisa melonjak menjadi Rp 400 juta pada tahun berikutnya. Begitu pula dengan harga rumah Rp 500 juta bisa naik sampai Rp 700 juta.
Agak berbeda dengan tanah, Yanto menggambarkan harga properti di Jogja dinilai cuan setelah 4-5 tahun dibeli. Namun, tidak menutup kemungkinan jika ingin dijual satu tahun kemudian dapat naik harganya. Apalagi jika lokasinya cukup strategis seperti di dekat akses tol Jogja apabila sudah beroperasi.
"Gini, kadang-kadang ada yang beli rumah di Jogja karena anaknya kuliah di Jogja. Misalnya beli rumah Rp 400 juta dan ditempati anaknya kuliah selama 4 tahun, itu dijual lagi bisa jadi Rp 900 juta bahkan bisa Rp 1 miliar untuk selisih 4-5 tahun. Jadi biaya kuliahnya bisa ter-cover dari kenaikan tanah dan rumah tersebut. Kalau tol sudah jadi pasti jadi luar biasa nilai investasinya," papar Yanto.
Lebih lanjut, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) DIY, Ilham Muhammad Nur menambahkan, untuk jenis properti berbentuk rumah, sebenarnya tidak mengalami kenaikan harga yang terlalu banyak setiap tahunnya. Menurutnya, tanah adalah investasi yang paling melejit harganya setiap tahun di Jogja.
"Kalau kita ini kan tanah itu hanya bagian-bagian dari yang kita create (bangun). Jadi berbeda antara pedagang tanah dengan developer," ujarnya.
Sementara itu, dari sisi pengembang, harga pokok penjualan (HPP) tanah dapat mempengaruhi harga jual rumah di Jogja ke depannya.
"Jadi kalau harga tanah tinggi ya kita akan naik terus, harga rumah akan naik terus. Jadi yang dipahami adalah tanah dulu awalnya, kan yang pengolah tidak hanya kami, siapa pun bisa membeli tanah," ucapnya.
Ilham juga menuturkan, saat ini harga material bangunan sudah mulai melonjak. REI DIY memutuskan melakukan improvisasi untuk mencegah kenaikan harga properti di Jogja.
"Biasanya kemudian dimensi bangunannya diperkecil. Kalau dulu tahun 2000-an 125 sampai 150 tanahnya. Nah, tahun 2010 antara 90-125 dan tahun 2020 ini antara 60-90 yang populer luasan tanahnya," jelasnya.
"Jadi itu, kita kecilkan baik lahan dan tipe rumah seakan-akan harga tidak terlalu naik. Padahal, sebenarnya naiknya luar biasa karena komponen utama kita dari tanah tadi," pungkasnya.
(aqi/dna)