Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) buka suara biang kerok 'Desa Mati' di Depok yang sebabkan banjir abadi sejak November 2023. Banjir abadi ini melumpuhkan akses jalan yang menghubungkan 2 kelurahan yakni Cipayung dan Pasir Putih.
Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane PUPR, Bambang Heri Mulyono menjelaskan penyebab banjir berkepanjangan adalah longsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung dan penyempitan sungai.
"Jadi yang pertama, ada TPA di pinggir sungai. Itu kan sudah lama. TPA itu longsor, tanggul-tanggul pembatasnya juga sudah roboh. Itu menyebabkan penyempitan di aliran Kali Pesanggrahan. Karena ada penyempitan, otomatis, kemudian ada yang namanya back water ya, maka airnya jadi naik di lokasi yang dataran rendah," jelas Bambang saat dihubungi detikProperti pada Rabu (15/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampah yang masuk ke aliran sungai pasti ada yang tersangkut di bantaran sungai. Sampah yang tidak langsung dibersihkan dan menumpuk lama di tanah menyebabkan tanah menjadi gembur. Struktur tanah yang lembut rawan sekali longsor. Jika tanah longsor di pinggiran kali, maka bantarannya semakin sempit ditambah sampah terus datang, akhirnya air tidak dapat lewat.
Maka dari itu, kunci utama agar banjir abadi di Depok bisa cepat teratasi adalah memindahkan TPA Cipayung menjauh dari area Kali Pesanggrahan. Namun, menurutnya pemindahan tidak semudah itu. Perlu ada wewenang dari Pemkot Depok untuk mencari lahan baru dan perizinannya.
"Itu dari Pemkot Depok, kalau nggak salah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang menangani sampah," sebutnya.
Bambang juga menyarankan apabila nanti banjir sudah surut, warga tidak lagi membangun rumah di sekitar Kali Pesanggrahan mengingat struktur tanahnya yang gembur sehingga tidak aman untuk keselamatan.
"Dari sudut kami, memang tidak disarankan warga tinggal di daerah cekungan yang dataran rendah karena ada luapan air sedikit, akan terendam. Itu memang sebaiknya jangan tinggal di situ karena berpotensi kebanjiran. Cuma ya mungkin mereka tidak punya (pilihan) yang lain. Sehingga terpaksa tinggal di situ," ujarnya.
Kemudian, kepada tim detikProperti, Ketua RT 04 Kampung Bulak Barat, Cipayung, Depok, Naserih, sempat mengatakan salah satu penyebab banjir adalah perbaikan jembatan yang dibuat tidak melengkung ke atas. Pada awalnya warga ingin jembatan dibuat melengkung agar saat sampah lewat tidak tersangkut.
"Mulanya dari jembatan diperbaiki. Dulunya pas ketika air tinggi, langsung surut. Misalnya jam 5 sore naik, tapi jam 7 malam surut. Masuk di bulan sebelum November itu kan musim kemarau, ketika masuk musim penghujan, itu (jembatan) sama sekali nggak bisa dipakai," kata Naserih saat ditemui detikProperti pada Selasa (14/5/2024).
Menanggapi keluhan tersebut, Bambang menuturkan dia baru mendengar kabar tersebut. Dia menyebut akan memeriksa terlebih dahulu.
"Saya belum tahu masalah jembatannya ya. Coba kami cek dahulu karena membangun jembatan di atas Kali Pesanggrahan itu harus ada ijin dari Kementerian PU. Untuk pembangunan jembatan ada aturan-aturannya. Lebarannya harus berapa, tinggi bebasnya dari muka air sampai ke dasar jembatan juga ada minimal, tidak bisa sembarang dibikin begitu saja," pungkasnya.
(aqi/dna)