Membeli rumah dengan harga terjangkau dan berada di tengah kota tentunya diinginkan banyak orang. Namun, harga rumah yang terus merangkak naik membuat masyarakat berpikir dua kali untuk membelinya.
Hal itu karena harga rumah saat ini sulit digapai dengan penghasilan yang didapatkan. Walau demikian, masih ada juga rumah-rumah yang bisa dibeli walau penghasilan pas UMP.
Menurut Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group, Andy Nugroho, untuk seseorang dengan pendapatan Rp 5 juta per bulan di Jakarta masih bisa membeli rumah seharga Rp 200-300 juta dengan cicilan maksimal 30% dari penghasilan atau sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Rumah dengan harga Rp 200 juta-an, masih bisa ditemukan di Jakarta, namun biasanya terletak di dalam gang yang sulit diakses oleh kendaraan roda empat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya, rumah dengan harga tersebut merupakan rumah tipe 36 atau tipe 21. Lokasinya terkadang agak jauh dari transportasi umum dan tempat kerja serta bukan yang berada di dalam cluster atau komplek perumahan besar.
Walau demikian, untuk menentukan membeli rumah tersebut tentu kembali lagi ke masing-masing orang.
"Pilihannya adalah dengan keterbatasan dana kita ya kita kudu realistis mau punya rumah, apalagi di daerah Jakarta, kemungkinan akan jauh dari tempat kerja," kata Andy kepada detikProperti, Rabu (1/5/2024).
"Saya ada teman yang membeli rumah Rp 150 juta-an di Citayam pada 2019, rumah tipe 36 dan lokasinya agak jauh dari stasiun kereta. Namun, karena dia prinsipnya yang penting punya rumah sendiri, perkara jauh dari tempat kerja ya nggak apa-apa," ujarnya.
Untuk membeli rumah tersebut tentu perlu membayar uang muka atau down payment (DP). Apabila belum bisa membayar uang muka, maka Andy menyarankan untuk menyewa tempat tinggal terlebih dahulu sembari menabung untuk membeli rumah.
"Pilihan yang paling masuk akal ya ngontrak rumah dulu sambil menyisihkan uang (penghasilan) ditabung untuk bayar DP pertama. Jadi once tabungan sudah cukup, cari rumahlah yang sesuai dengan budget dan kemampuan kita itu tadi," tutur Andy.
Apabila ingin tempat tinggal dekat akses transportasi umum, Andy menyarankan untuk menyewa terlebih dahulu. Sebab, biasanya hunian yang lokasinya strategis dan dekat transportasi umum harganya lebih mahal.
"Kalau kita ingin aksesnya gampang apalagi dekat dengan tempat kerja kemungkinan harganya akan lebih mahal. Kalau harganya lebih mahal, cicilan lebih mahal, DP-nya akan lebih mahal," tutupnya.
Sementara itu, Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo menilai, apabila seseorang dengan gaji UMP dan bekerja di Jakarta ingin membeli rumah, bisa membeli di daerah pinggiran Jakarta. Sebab, untuk menuju Jakarta sudah banyak akses transportasi umum. Dengan adanya akses transportasi umum, bisa menghemat tenaga penggunanya.
"Khusus untuk Jakarta yang sudah memiliki banyak pilihan moda transportasi maka tinggal tidak di tengah kota bisa jadi pilihan. Pilih pemukiman yang memiliki akses transportasi massal, seperti KRL, MRT, LRT, dan Bus Rapid Transport," katanya kepada detikProperti.
"Meski padat sekali, moda-moda transportasi di atas, baik masing-masing atau kombinasi, akan mampu menghemat tenaga bagi penggunanya," pungkasnya.
Sebagai informasi, harga rumah primer umumnya mengalami kenaikan harga. Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesai, Indeks Harga Properti Residensial pada kuartal IV-2019, harga rumah naik 1,77% secara tahunan atau year on year (YoY).
Lalu, pada kuartal IV-2020 harga rumah naik 1,43% YoY. Pada kuartal IV-2021 naik 1,47% YoY, pada kuartal IV-2022 naik 2% YoY, dan pada kuartal IV-2023 naik 1,74% YoY.
(abr/dna)