Indonesia berkomitmen untuk ikut mengurangi emisi karbon atau efek rumah kaca tersebut. Salah satunya adalah mengusung konsep pembangunan hijau di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dimulai dengan mendukung net zero emission, pembangunan IKN didasarkan pada prinsip pengurangan risiko terhadap perubahan iklim dan bencana dengan memprioritaskan penggunaan material bangunan dengan konsumsi energi dan jejak karbon rendah (low embodied carbon).
Konsep Smart Forest City di IKN, mendukung upaya pengurangan emisi karbon, khususnya lewat implementasi konstruksi berkelanjutan. Salah satu kriterianya adalah dengan penggunaan material konstruksi ramah lingkungan.
Konsep smart forest city:
1. Optimalisasi potensi lahan, dengan penentuan tapak bangunan.
2. 50%-70% ruang terbuka/area hijau.
3. 50% konservasi tanaman lokal Kalimantan dan 30% konservasi tanaman lokal Indonesia.
Konsep bangunan hijau yang cerdas dan berkelanjutan:
1. Efisiensi energi, air, material, serta pemanfaatan dan pemeliharaan
2. Aksesibilitas universal
3. Keamanan dan ketahanan terhadap bencana
4. Teknologi cerdas dan adaptif, yakni dengan akses internet untuk semua
5. 80% populasi terlayani akses menuju Taman Kota
6. 100% alur hijau tidak terputus
7. 100% net zero emission pada tahun 2045
8. Penerapan system modular serta partisi dalam unit yang moveable
9. Optimasi kualitas iklim mikro serta pengendalian kualitas udara
Kartika Puspita Sari, Jafung Perencana Ahli Madya, Direktorat Perencana Makro OIKN mengatakan, ada 3 prinsip dan strategi pembangunan Ibu Kota Nusantara, yakni Smart City/Kota Cerdas IKN, Forest City/Kota Hutan IKN, dan Sponge City/Kota Spons IKN.
Pertama, ada Smart City/Kota Cerdas IKN, komponen smart city mengidentifikasi elemen nilai tambah yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan data perkotaan, dan teknologi digital agar memberi manfaat yang lebih besar bagi IKN. Penentuan prioritas penggunaan teknologi didasarkan pada: kebutuhan masyarakat, potensi dampak pencapaian KPI, kelayakan teknologi, dan biaya.
Kedua, Forest City/Kota Hutan IKN adalah kota yang didominasi lanskap berstruktur hutan/RTH, dengan pendekatan lanskap terintegrasi untuk kehidupan yang berdampingan dengan alam.
"Sebagai forest city ini, nanti pembangunan di Ibu Kota Nusantara akan didominasi oleh lanskap berstruktur hutan. Pendekatannya terintegrasi untuk kehidupan yang berdampingan dengan alam," jelasnya, Senin (22/4/2024)
"Jadi 75% kawasan hijau wilayah IKN, 65%-nya hutan dan 10% tutupan hijau. Namun, untuk KIKN dan KIPP 50%-nya berupa kawasan hijau," lanjutnya.
Ketiga, Sponge City/Kota Spons IKN, sistem perairan sirkular yang menggabungkan arsitektur, desain tata kota, infrastruktur, dan prinsip keberlanjutan. Area perencanaan berperan seperti spons yang menyerap air hujan, menyaring lewat proses alami dan melepaskan air ke bendungan, saluran air, dan akuifer.
(zlf/zlf)