Arkeolog berhasil mengungkap rahasia bagaimana bangsa Romawi Kuno membuat bangunan yang tahan lama berdasarkan hasil penelitian di situs Kota Pompeii, Italia.
Kota Pompeii adalah situs bangunan kuno pada zaman Romawi Kuno. Berlokasi di dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Dahulu kota Pompeii dihuni oleh 20.000 orang.
Kota ini hancur akibat Letusan Gunung Vesuvius di Naples pada tahun 79 Masehi di mana gunung tersebut hanya berjarak 40 kilometer dari sana. Akibatnya kota ini terbenam dan hanya tersisa puing-puingnya saja. Mengutip dari detikTravel, kota Pompeii saat ini telah menjadi salah satu warisan budaya UNESCO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pompeii adalah harta karun dan belum semuanya terungkap keindahannya secara utuh," kata Menteri Kebudayaan Italia, Gennaro Sangiuliano seperti yang dikutip dari CNN, Kamis (28/3/2024).
Ketika para arkeolog tersebut menggali puing-puing bangunan di Kota Pompeii, mereka menemukan fakta baru mengenai teknik pembangunan ala Romawi Kuno. Seperti yang diketahui struktur bangunan ikonik dunia di Italia seperti Colosseum dan Pantheon masih gagah berdiri meskipun sudah dibuat sejak 70-74 Masehi.
"Para ahli sebelumnya percaya bahwa kapur tohor yang digunakan untuk memplester dinding itu sudah dicampur dengan air sebelum digunakan, namun penemuan baru-baru ini justru menunjukkan bagaimana para pekerja mencampurkannya dengan air di lokasi sebelum digunakan," kata Direktur Taman, Gabriel Zuchtriegel.
Mengutip dari detikinet, kapur tohor merupakan bahan penting dalam pembuatan semen. Penggunaan tunggal kalsium oksida (senyawa kimia tohor) yang paling penting adalah dalam metalurgi, khususnya dalam produksi baja.
![]() |
Mencampurkan kapur tohor dengan air di lokasi menghasilkan efek panas pada beton saat digunakan. Namun cara ini jauh lebih efektif membantu permukaan mengeras sehingga tahan lama.
Hal ini sejalan dengan penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa beton dan konstruksi kuno lebih tahan lama dibandingkan beton modern.
"Ini adalah contoh lebih jauh bagaimana kota kecil Pompeii memungkinkan kita memahami banyak hal tentang Kekaisaran Romawi yang agung, tidak terkecuali penggunaan semen," ujar Gabriel.
Menurutnya, tanpa semen dunia tidak akan memiliki Colosseum, Pantheon, atau Pemandian Caracalla.
Rumah yang digali oleh para arkeolog dahulunya berdekatan dengan dengan toko roti tempat para budak dan keledai dikurung. Mereka dipekerjakan untuk menggerakkan pabrik.
![]() |
Kondisi rumah tersebut tentu sudah tidak beratap. Bahan bangunan berserakan, terdapat tangga dengan undakan kecil yang mengarah ke atas yang sudah tidak ada bentuknya. Pada sisa bangunan masih tersisa hiasan lukisan mitologi Achilles di Skyros, yang menggambarkan pahlawan Yunani kuno yang terkenal karena karyanya, dan petualangan dalam perang Troya.
Ada juga angka Romawi yang ditulis dengan arang. Menurut Kementerian Budaya Italia, kemungkinan besar angka tersebut dibuat oleh pekerja konstruksi.
Ada pula guci, peralatan seperti pemberat timah untuk menarik tembok yang berat, dan cangkul besi yang digunakan untuk mencampur mortar.
Kementerian Kebudayaan Italia juga menunjukkan bukti tumpukan besar batu, keramik, dan ubin yang dikumpulkan untuk diubah menjadi cocciopesto yakni material penutup lantai umum yang terbuat dari plester dan pecahan batu bata yang digunakan di seluruh kota kuno.
![]() |
Penelitian yang saat ini dilakukan diwakili oleh Taman Arkeologi Pompeii yang berkolaborasi dengan MIT (Massachusetts Institute of Technology). Kampus ini sempat membuat laporan pada Januari 2023 yang menjelaskan mengapa beton kuno jauh lebih kuat daripada beton modern.
"Sekarang kita menjalin jaringan antar lembaga penelitian untuk mempelajari pengetahuan konstruktif bangsa Romawi kuno. Mungkin kita bisa belajar dari mereka, ke depannya mungkin akan ada pembahasan mengenai keberlanjutan dan pemanfaatan kembali bahan-bahan (di sana)," jelas Zuchtriegel.
(aqi/zlf)