Dalam hal konstruksi, bangsa Romawi kuno berhasil menciptakan banyak bangunan dari beton, seperti Pantheon atau Colosseum yang bahkan masih berdiri hingga saat ini.
Sudah banyak peneliti yang mencari tahu mengenai bangunan kuno yang berumur ribuan tahun lamanya di seluruh dunia yang masih berdiri hingga saat ini.
Mulai dari insinyur Romawi membuat beton tebal sebagai penghalang laut, hingga Cina yang membangun tembok bangunan penjajah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah bangunan-bangunan peninggalan tersebut kebanyakan dibangun selama sekitar 50 hingga 100 tahun pada zaman tersebut. Hebatnya, konon semuanya dikerjakan secara manual karena kala itu teknologi belum ada.
Mengapa bangunan kuno kokoh dan kuat sampai sekarang? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Alasan Bangunan Kuno Bisa Kokoh dan Kuat Sampai Sekarang
Para ilmuwan telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba menjawab mengapa banyak bangunan Romawi (seperti bangunan, dermaga, selokan, dan tembok laut) masih berdiri setelah ribuan tahun, sedangkan banyak bangunan modern yang bahkan runtuh hanya dalam waktu 20 atau 30 tahun saja.
Berikut beberapa hal yang diteliti sebagai alasannya.
1. Penambahan Abu Vulkanik
Dilansir dari laman Discover Magazine, peneliti telah melontarkan beberapa teori umum, yang menyatakan bahwa penambahan abu vulkanik menjadi suatu yang membuat bahan konstruksi pada masa itu jauh lebih aman.
"Sejak saya pertama kali mulai bekerja dengan beton Romawi kuno, saya selalu terpesona dengan fitur-fitur ini," kata Admir Masic, seorang penulis studi dan profesor teknik sipil dan lingkungan di Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Admir menyebutkan bahwa fitur dalam material kuni tersebut tidak ditemukan dalam formulasi beton modern.
Menurut studi di Science Advances, orang Romawi kuno menggunakan suatu teknik untuk mencampur beton, yang menyebabkan munculnya bongkahan mineral kecil di seluruh material.
Walaupun bongkahan-bongkahan ini sebelumnya ditafsirkan sebagai ketidaksempurnaan pada beton, namun dalam penelitian ditegaskan bahwa bongkahan-bongkahan itu sebenarnya adalah bahan rahasia yang membuat struktur Romawi begitu kokoh.
Kokohnya struktur tersebut memungkinkannya untuk diperbaiki seiring berjalannya zaman dan waktu. Lebih dari sekedar memecahkan misteri arsitektur kuno, para peneliti juga menganggap bahwa hal itu bisa berkontribusi pada bentuk beton yang lebih kokoh dan berkelanjutan di masa depan, yang bisa mengurangi dampak keseluruhan material terhadap iklim.
2. Gumpalan Kapur (Lime Clasts) agar Beton Tahan Lama
Diproduksi dalam proses pencampuran, bintik-bintik mineral yang meresap tersebut dikenal dengan gumpalan kapur (lime clast).
Di studi tersebut, gumpalan kapur ini sebenarnya berperan dalam menopang beton kuno dari waktu ke waktu. Selain itu, mereka juga secara otomatis mengisi setiap retakan yang terbentuk di permukaannya.
"Gagasan bahwa keberadaan bongkahan kapur ini hanya disebabkan oleh rendahnya pengendalian kualitas selalu mengganggu saya," ungkap Masic.
"Apabila orang-orang Romawi telah melakukan begitu banyak upaya untuk membuat bahan bangunan yang luar biasa, mengikuti semua resep terperinci yang telah dioptimalkan selama berabad-abad, kenapa mereka hanya melakukan sedikit upaya untuk memastikan produksi produk akhir yang tercampur dengan baik?," lanjut Masic.
Sejatinya, beton dibuat dari kombinasi zat yang mengandung kalsium (kapur dan air) serta serangkaian agregat yang dihancurkan halus dan kasar (abu vulkanik dan puing-puing).
Para ilmuwan secara tradisional mengira bahwa orang Romawi kuno menggunakan kapur sirih, sejenis kapur yang sudah ditambahkan ke air untuk menghasilkan pasta basah dan lengket, ke dalam beton mereka.
Namun hasil penelitian mengatakan bahwa bahan ini tidak bisa menjelaskan penciptaan klas, yang merupakan ciri khas konstruksi kuno.
Sebaliknya, dari hasil mempelajari sampel beton berusia 2.000 tahun pada situs arkeologi Privernum di Italia, para peneliti berteori bahwa orang Romawi menambahkan kapur tohor (bentuk kapur yang lebih murni tanpa air) yang menyebabkan pembentukan klas beton.
Klas-klas tersebutlah yang membuat beton bisa begitu stabil. Sehingga mampu memberikan material kemampuan otomatis dalam memperbaiki dan membentengi dirinya sendiri.
Setiap kali retakan terbentuk pada beton kuno, mereka akan menargetkan klas kalsium yang selalu retak karena struktur intrinsiknya yang rapuh, tapi mereka tidak akan terus terpecah selamanya.
Sementara, jika air merembes ke dalam celah-celah ini, kalsium yang terpecah nantinya akan berubah menjadi larutan jenuh kalsium. Di mana, secara spontan mengeras lalu mengisi celah tersebut, sehingga mencegahnya menyebar lebih jauh.
Dengan begitu, para peneliti melihat temuan ini sebagai pembuka pengembangan formulasi beton yang lebih tahan lama, kokoh, dan berkelanjutan untuk masa depan.
(khq/inf)