Pembangunan apartemen kini tengah banyak dilakukan oleh pengembang. Hal ini tentunya dapat menjadi pilihan dengan terbatasnya lahan kosong untuk membangun rumah, terlebih di pusat kota.
Ya, tinggal di apartemen dapat menjadi pilihan ketika detikers butuh hunian di tengah kota. Namun demikian, terdapat beberapa alasan pembelian apartemen belum banyak terlihat.
Menurut Pengamat dan Ahli Properti, Steve Sudijanto saat ini penjualan apartemen masih belum masif dilakukan. Ia membeberkan beberapa alasan terjadinya hal tersebut, di antaranya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Daya beli pengguna apartemen masih kurang
Menurut Steve, kurangnya daya beli pengguna apartemen jadi salah satu faktor penjualan apartemen yang masih minimum. Bahkan, banyak orang yang lebih memilih sewa dibandingkan membeli unit apartemen.
"Biaya sewa apartemen menarik dibandingkan membeli (apartemen) dengan angsuran," katanya ketika dihubungi detikcom, Selasa (27/6/2023).
2. Kredit pinjaman bank yang selektif
Faktor lainnya adalah bank yang mulai selektif untuk memberikan pinjaman untuk calon pembeli apartemen. Bahkan, tak semua calon pembeli bisa mendapatkan pinjaman dari bank untuk membeli apartemen. Terlebih untuk apartemen yang lokasi, jaminan, dan status sertifikat kepemilikan unit apartemennya belum terbit.
3. Naiknya biaya layanan untuk apartemen
Steve berkata, kenaikan biaya layanan atau service charge yang dikenakan cukup tinggi. Hal ini tentunya sangat membebani para calon pembeli.
Di sisi lain, berdasarkan hasil survei Property Perspective from Gen Z yang dilakukan oleh Jakpat, sebanyak 29% dari generasi Z atau Gen Z sudah mulai tertarik untuk membeli apartemen. Beberapa alasan Gen Z ingin membeli properti yaitu untuk investasi, semakin tinggi harga properti, untuk tempat tinggal, untuk tempat bisnis, dan lainnya.
Sebagai informasi, survei tersebut dilakukan pada 22-23 Mei 2023 pada 1.194 responden melalui aplikasi Jakpat. Adapun pekerjaan responden didominasi oleh pelajar (lebih dari 40%), pekerja (hampir 20%), disusul oleh freelancer, pengangguran, entrepreneur, dan ibu rumah tangga. Responden tersebut tersebar di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Sumatera, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.
(dna/dna)