Bangunan peninggalan masa pemerintahan Paku Buwono (PB) X, Bondo Loemakso dikabarkan tengah dijual seharga Rp 15,5 miliar di website jual beli properti. Bangunan Bondo Loemakso memiliki sejarah panjang di era kekuasaan Keraton Solo dan dibangun dengan arsitektur yang khas.
Melansir dari Pemerintah Kota Surakarta, Bangunan Bondo Loemakso sudah dibangun sebelum tahun 1917. Dirancang oleh arsitek Belanda Thomas Karsten sehingga arsitekturnya khas bangunan kolonial dengan cat dinding putih, bingkai pintu besar dan bagian atasnya setengah lingkaran. Pada badan bangunan berorientasi pada langgam arsitektur barat adapun bagian atap merupakan bentuk limasan tertutup.
"Dilihat dari langgam arsitekturnya, bangunan yang didominasi langgam arsitektur kolonial ini, tidak memperlihat¬kan unsur lokalnya," sebut situs Pemerintah Kota Surakarta yang dilansir pada Rabu (5/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangunan Bondo Loemakso dibangun bertepatan dengan masa pemerintahan Raja Keraton Solo Paku Buwono X. Pada saat itu, bangunan ini digunakan sebagai kantor pegadaian khusus orang Keraton Solo seperti Sentono dan abdi dalem.
![]() |
"Ya memang fungsi untuk pegadaian khusus Keraton saja, Sentono dan abdi dalem. Era Paku Buwono X, Bondo Loemakso Itu untuk mengatasi Sentono dan abdi dalem tidak terjerat ke urusan utang piutang dengan rentenir. Karena waktu itu banyak terjadi pegawai Keraton itu terkena kasus pengadilan yang disebabkan kasus utang piutang yang dilaporkan oleh rentenir karena mereka tidak bisa bayar utang," jelas Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni, dikutip dari detikJateng.
Menurut Dani, pada masa itu modal awal yang dikeluarkan Paku Buwono X untuk mendirikan Bondo Loemakso sebesar Rp 130.000. Lokasinya berada di Kelurahan Kedung Lumbu, Pasar Kliwon atau di dekat Alun-alun Utara Keraton Solo.
"Modal awalnya Bondo Loemakso yang digelontorkan oleh PB X pertama kali sebesar Rp 130.000. Dulu pegawainya juga dari orang Keraton Solo" tambahnya.
Dosen prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS, Dr. Susanto, M.Hum menambahkan selain sebagai pegadaian, Bondo Loemakso juga memberikan pinjaman kepada orang Keraton. Maka dari itu Bondo Loemakso disebut pula sebagai 'bank pribumi'. Namun, umurnya tidak lama, sebelum kemerdekaan Indonesia, 'bank pribumi' sudah tidak beroperasi.
"Karena dipergunakan peminjaman terutama pengadaan rumah bagi kerabat dan abdi dalem. Ya sementara itu digunakan kerabat Keraton dan abdi dalem. Kalau masyarakat besar menggunakan bank Jawa," bebernya.
Sementara itu, saat ini bangunan Bondo Loemakso yang dijual Rp 15,5 miliar sudah dimiliki oleh orang lain di luar Keraton Solo sejak lebih dari 10 tahun yang lalu.
"Sejauh yang saya tahu sudah menjadi milik pribadi," beber Keraton Solo, KPH Eddy Wirabumi.
"Ya saya agak lupa persisnya, dahulu kan diberikan almarhum diberikan ke salah satu putrinya, terus putrinya dalam mengurus sertifikatnya menggunakan jasa pihak ketiga. Lalu perjalanan kemudian jadi milik pihak ketiga. Pemilik itu di luar Keraton Solo," tambahnya.
(aqi/aqi)