Time Cut: Kembali Ke Masa Lalu Tapi Horor

Sinopsis:

Lucy (Madison Bailey) menjalani hidupnya dalam penjara. Setelah kakaknya yang ia tidak pernah temui, Summer (Antonia Gentry), meninggal dibunuh oleh pembunuh berantai tahun 2003, orang tuanya memaksa Lucy hidup tanpa kehidupan sosial. Ia tidak pernah bisa keluar malam.

Itu sebabnya tawaran magang dari NASA membuatnya galau setengah mati. Kemudian keajaiban tiba-tiba terjadi. Tanpa sengaja Lucy loncat era. Sebuah mesin misterius membuatnya terlempar ke tahun 2003.

Dengan tatapan terkejut ia melihat semua remaja mengenakan busana dengan warna paling mentereng. Vanessa Carlton dan Hillary Duff didengarkan semua orang. Dan yang paling penting, ia bertemu lagi dengan Summer.

Ia akhirnya bertemu dengan Quinn (Griffin Gluck), remaja nerd yang sepertinya bisa menjelaskan kenapa semua keanehan ini terjadi. Sekarang Lucy mempunyai misi untuk mencegah semua pembunuhan itu terjadi.

Review:

Saat menyaksikan trailer Time Cut, perasaan déjà vu langsung muncul. Pertanyaan, "Bukankah film seperti ini pernah ada?" terdengar di dalam kepala. Ternyata Time Cut memang memiliki premis yang mirip dengan Totally Killer, slasher yang juga menggunakan time travel sebagai naratifnya.

Dirilis di Amazon Prime tahun lalu, film yang dibintangi Kiernan Shipka tersebut cukup memorable meskipun apa yang ia tawarkan juga tidak begitu original. The Final Girls yang dirilis pada 2015 juga menceritakan tentang karakter seorang anak yang masuk ke dalam film ibunya untuk mencegah pembunuhan terjadi.

Cuplikan adegan dalam film Time Cut (2024). Foto: Dok. Netflix

Setelah membaca info mengenai Time Cut, ternyata film ini disyuting di era pandemi dan kurang beruntung hadir setelah banyak orang menyaksikan Totally Killer. Seperti kebanyakan film yang menggunakan nostalgia sebagai salah satu bumbu utama, film ini tentu saja berusaha keras untuk membuat penonton terlena dengan detil-detil masa lalu.

Semua orang menggunakan baju seperti para pemain Mean Girls. Film ini juga dipenuhi oleh lagu-lagu Top 40 yang terkenal pada masanya seperti Avril Lavigne dan Fat Joe. Semua hal ini bukannya membuat film ini terasa nostalgia yang baik tapi malah terkesan dipaksakan.

Ditulis oleh Michael Kenney (co-writer film Freaky) dan sutradara Hannah MacPherson sendiri, Time Cut tidak menawarkan hal-hal yang segar. Resep yang ada di dalamnya dicomot dari berbagai film terkenal, salah satu yang utama adalah Back in the Future. Tapi ini sebenarnya hanyalah masalah kecil dari keseluruhan film.

Time Cut tidak tahu mau menakut-nakuti atau membuat penonton menangis. Sebagai sebuah slasher, penonton tidak dihibur dengan kematian-kematian yang indah. Sebagai sebuah film yang sentimental, film ini tidak memiliki banyak interaksi yang cukup dalam untuk membuat saya terlibat.

Cuplikan adegan dalam film Time Cut (2024). Foto: Dok. Netflix

Berbeda dengan Totally Killer yang tahu bagaimana mengatur tempo dan memberikan tensi yang pas, semua adegan yang harusnya sadis dalam Time Cut seperti dibuat dan diedit dalam keadaan tidur. Semua momennya lemas sekali. Tidak ada momen yang membuat saya meringis atau bahkan mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi.

Sekuens di dalam mal yang melibatkan eskalator yang berpotensi menjadi ikonik malah berakhir mengecewakan. Kenyataan bahwa Time Cut dibuat untuk bisa ditonton remaja justru membuat film ini pincang.

Cuplikan adegan dalam film Time Cut (2024). Foto: Dok. Netflix

Akhirnya Time Cut menjadi sebuah tontonan yang sangat mudah dilupakan. Dengan twist yang gampang tertebak (kamu pasti bisa menebak siapa pembunuhnya dari lima menit pertama), film ini ternyata gagal menjadi tontonan Halloween yang berarti. Mendingan nonton trilogi Fear Street yang lebih punya taring daripada produk KW seperti film ini.