Being Maria: Peliknya Hidup Maria Schneider dan Kisah Kelam Marlon Brando
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sinopsis:
Maria (Anamaria Vartolomei) adalah gadis muda yang kehilangan figur ayahnya dan tinggal bersama sang ibu, Maria-Christine (Marie Gillain). Ketika beranjak remaja ia pun akhirnya bertemu dengan ayahnya, Daniel Gellin (Yvan Attal) yang telah lama menghilang.
Oleh sang ayah ia pun diperkenalkan dunia seni peran dan hingar-bingarnya yang membuat si ibu marah dan mengusirnya.
Hidupnya pun berubah setelah ia bertemu dengan sutradara muda, Bernardo Bertolucci (Giuseppe Maggio) di sebuah cafe. Ia pun ditawari sebuah proyek film bernama The Last Tango dan beradu peran bersama aktor ternama, Marlon Brando (Matt Dillon).
Ia sama sekali tak menyangka jika Bertolucci seperti seorang predator yang tengah mengawasi mangsanya itu dan membuat perangkap menggoda.
Pilihan yang diambil olehnya itu pun membuatnya terkenal dan menjadi sorotan namun juga mengorbankan hal-hal penting di hidupnya.
Review:
Jika bicara gerakan MeToo dan kasus P Diddy yang menghebohkan akhir-akhir ini tentunya kita makin jadi berempati tentang peran wanita di dunia hiburan. Hal serupa juga yang terjadi pada era 70-an, yang menimpa aktris Maria Schneider yang dituangkan dalam sebuah film bertajuk Being Maria (2024).
Diangkat dari buku karya Vanessa Schneider, yang juga sepupu dari Maria Schneider, Jessica Palud dengan indahnya mengangkat kisah kelam yang terjadi dalam proses syuting The Last Tango (1972).
![]() |
Bagaimana Maria, si aktris muda yang terbuai dengan penampilan akting tangis Marlon Brando sejak awal syuting dan membuatnya hanyut dalam 'jebakan' itu. Ternyata ia hanyalah jadi 'mainan' para pria dengan fantasi liarnya yang dibalut dengan karya seni.
Palud yang juga terlibat dalam proses syuting The Last Tango, mendeskripsikan momen-momen mengerikan untuk Maria dengan cukup gamblang. Khususnya bagaimana adegan yang membuatnya traumatis di mana ia diperkosa oleh Brando dan Bertolucci yang sama sekali tak meminta maaf padanya setelah syuting.
Jika Bertolucci hanya mengatakan butuh adegan yang intens dan tak butuh akting di karyanya, ucapan Brando malah lebih memuakkan lagi yakni,'Ini hanya film.'
Beragam kesedihan dan pilu yang dialami Maria pun digambarkan dengan beragam dialog yang menarik. Apalagi saat ia diwawancarai oleh Noor (Celeste Brunnquell).
"Dunia ini hanya untuk para pria saja. Mereka menciptakan film untuk pria dan dibuat oleh pria. Kita wanita hanya jadi pendamping saja, entah peran wanita gila atau nakal," ujarnya.
![]() |
Hingga akhir film hampir jarang sekali momen bahagia ditampilkan oleh Palud. Tak cukup kesedihan di dalam karier Maria, ia juga berkencan dengan pecandu narkoba yang membuatnya mencicipi kokain.
Being Maria seolah menelanjangi bagaimana sulitnya menjadi aktris di era tersebut di mana tak ada koordinator keintiman dan batasan dalam beradegan dengan dalih 'improvisasi'.
![]() |
Film ini pun seperti meminta kita untuk merenungkan apakah film hanya menjadi suatu produk saja tanpa perlu kita pedulikan bagaimana prosesnya dan apa dampaknya untuk orang-orang di dalamnya.
Genre | biography |
Runtime | 102 minute |
Release Date | 19 June |
Production Co. | Les Films de Mina StudioCanal Moteur S'il Vous Plait Cinema Inutile |
Director | Jessica Palud |
Writer | Jessica Palud Laurette Polmanss |
Cast | Anamaria Vartolomei as Maria Schneider Giuseppe Maggio as Bernardo Bertolucci Celeste Brunnquell as Noor Matt Dillon as Marlon Brando |