Women From Rote Island: Ibu Juga Manusia
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sinopsis:
Film dimulai dengan set rumah duka dengan dua orang pria yang tengah berdiskusi terkait pemakaman seorang pria yang merupakan suami dari Orpa (Linda Adoe). Sudah berhari-hari jenazahnya berada di peti mati tak kunjung dimakamkan dan telah menghabiskan biaya yang cukup besar hingga membuat gusar masyarakat.
Namun Orpa tetap bersikeras dengan wasiat dari mendiang suaminya yang meminta pemakaman baru akan dilangsungkan setelah kedatangan putri sulung mereka, Martha (Irma Rihi), yang tengah bekerja di Malaysia. Siapa sangka Martha ternyata menjadi tenaga kerja ilegal dan mengalami kesulitan untuk kembali ke Rote.
Baca juga: Land of Bad: Perang Adalah Neraka |
Akhirnya pemakaman pun bisa dilangsungkan setelah Martha tiba di Rote, namun ada yang berbeda dengan sosok Martha. Ada apa?
Review:
Women From Rote Island mungkin bicara banyak soal pelecehan seksual yang bisa menimpa wanita maupun pria. Namun entah kenapa justru daya tarik dalam film ini terasa lebih kuat pada sosok Linda Adoe yang berperan sebagai Orpa, seorang ibu dengan dua anak perempuan.
Sebagai sosok ibu dalam rumah tanpa seorang pria di sana, Orpa digambarkan sebagai sosok yang sangat kuat. Meski harus menghadapi kenyataan pahit jika putri sulungnya kini mengalami depresi berat menjadi korban pelecehan seksual, ia pun tetap menjaganya. Bagaimana adegan ia menyisir rambut dan memeluk kala Martha mulai ketakutan mengingatkan saya pada sosok ibu.
Baca juga: Madame Web: Tidak Seburuk Yang Orang Bilang |
Orpa seolah menjadi ibu dari para penonton, pergerakan dinamis kamera dengan shoot-shoot panjang membuat kita seolah masuk di dalam cerita tersebut (Seperti bagaimana adegan di pasar dan juga dapur).
Dialog asli bahasa Kupang pun menjadikan setiap adegan seperti halnya film semi-dokumenter, semuanya terasa nyata dan cukup menguras emosi hingga empati. Ada perasaan tak nyaman saat menyaksikan film tersebut, seperti tak tega melihat Orpa dan keluarganya digambarkan begitu menyedihkan oleh Jeremias Nyangoen (penulis naskah dan sutradara).
![]() |
Beragam masalah pun datang ke dalam keluarga mereka dan diperparah dengan bagaimana sorot masyarakat yang menganggap jika Martha adalah sosok yang membahayakan alih-alih perlu perlindungan. Orpa seolah menjadi tembok bagi Martha dan adiknya, Bertha (Sallum Ratu Ke), namun ia juga manusia. Manusia yang tak luput dari salah dan tembok itu pun perlahan runtuh.
Meski ini adalah film pertama Linda Adoe, namun ia berhasil menampilkan akting yang cukup menawan. Ia seolah menjadi nyawa dari film ini, hal itu pun sudah terlihat dari 20 menit awal film.
![]() |
Women From Rote Island memang menjadi wadah untuk para 'debutan'. Tak hanya diisi banyak bintang baru dari Kupang, film ini juga menjadi debut penyutradaraan Jeremias Nyangoen. Hasilnya cukup menjanjikan mengingat banyaknya penghargaan yang telah diraih film tersebut. Jeremias sepertinya memiliki ciri tersendiri dengan bahasa visual yang cukup 'raw' dan membuat adegan-adegan tersebut terasa sangat nyata.
Cukup menarik melihat visi penulis naskah Denias, Senandung di Atas Awan (2006) dan Rumah Merah Putih (2019), dalam beberapa proyek ke depannya sebagai seorang sutradara.
Genre | Drama |
Runtime | 106 minute |
Release Date | 22 February |
Production Co. | Bintang Cahaya Sinema |
Director | Jeremias Nyangoen |
Writer | Jeremias Nyangoen |
Cast | Linda Adoe as Orpa Irma Rihi as Martha Sallum Ratu Ke as Bertha Van Jhoov as Damar Yuel Bani as Habel Willyam Wolfgang as Ezra |