Adegan Terberat Adhisty Zara di Munkar

Memerankan santriwati teladan pun cukup menjadi tantangan untuk aktris kelahiran 21 Juni 2003 tersebut. Tak hanya perangai dan tutur kata saja yang harus diubah, ia pun kembali belajar mengaji karena tuntutan perannya.
"Semuanya berat karena (horor), (banyak dialog) yang kalau salah sedikit bisa salah arti apalagi aku banyak baca Al-Qur'an. Pas reading pun aku belajar ini qolqolahnya gimana," tuturnya saat berkunjung ke kantor detikcom belum lama ini.
Sementara itu untuk adegan terberatnya, Zara mengatakan jika ending dari film ini adalah yang paling melelahkan.
"Adegan final, ending. Itu lebih dari sehari (syutingnya) dan retake. (Pada adegan tersebut melibatkan) semuanya, hampir semua cast sih," papar Zara.
![]() |
Syuting film horor menurut Zara memang lebih berat dibandingkan genre lainnya yang pernah dijajal. Karena sangat menguras stamina dan juga emosinya, ia pun berdalih jika awalnya tak mau menerima tawaran main film horor untuk sementara waktu. Namun setelah membaca naskah Munkar, ia pun tertarik mengingat karakter yang dimainkan dan ide cerita yang berasal dari urban legend di Jawa Timur.
Selain itu sosok Anggy Umbara yang menggarap film tersebut pun jadi salah satu hal yang membuat Zara mengubah keputusan tersebut.
"Sebenarnya aku gak mau ngambil film horor lagi tapi karena ini urban legend dan aku juga pengin kerjasama dengan Om Anggy (Umbara) jadi nggak mungkin aku tolak," tegasnya.
Baca juga: 10 Film Horor Terseram, Mana Favorit Kalian? |
Film Munkar berkisah tentang urban legend di Jawa Timur. Naskahnya ditulis oleh Evelyn Afnilia yang pernah terlibat dalam film Pamali hingga Teman Tidur. Kisahnya berpusat pada santriwati bernama Herlina (Ratu Sofya) yang tengah menyelamatkan dirinya dari perundungan yang ia terima. Namun ketika berusaha menyelamatkan diri santri tersebut justru mengalami kecelakaan dan menghilang.
Suatu hari Herlina secara tiba-tiba kembali ke Pondok Pesantren dengan cara yang misterius. Namun dengan kembalinya santri tersebut mulai muncul keanehan hingga teror yang berhubungan dengan sang santriwati tersebut.
Guru dan murid-murid yang ada di Pondok Pesantren mulai mengalami teror mistis hingga kengerian yang mengancam nyawa mereka.
(ass/tia)