F1 (IMAX): Balapan Memuaskan Bikin Kursi Bioskop Tercabik
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sonny Hayes (Brad Pitt) harusnya menjadi legenda. Saat ia masih muda, Sonny digadang-gadang menjadi salah satu yang tercepat. Tapi sebuah kecelakaan mengubah segalanya. Ia sekarang menjadi penjudi dan sopir. Tinggal di dalam van-nya, Sonny pergi dari satu arena ke arena lain untuk menjadi driver for hire.
Ia bahkan pernah menjadi sopir taksi di New York. Sosok yang pernah dibanggakan itu tak pernah lagi menjadi yang tercepat. Tapi semuanya akan segera berubah karena Ruben (Javier Bardem), teman lama Sonny, menawarkan sesuatu yang tidak bisa ia tolak.
Ruben sendiri adalah mantan pembalap yang sekarang mengurusi tim yang berada di posisi paling bawah F1 bernama APXGP. Ia merasa dengan hadirnya Sonny, timnya akan mempunyai kesempatan untuk bersinar. Kalau ia tidak bisa memberikan ini, APXGP akan dijual.
Sonny yang memang haus akan tantangan, memutuskan untuk menerima ini. Di sini, ia bertemu dengan Joshua Pearce (Damson Idris), pembalap muda yang masih hijau yang sangat haus validasi. Lalu, kemenangan pelan-pelan menjadi kenyataan, tidak hanya sekedar harapan.
Dengan keberhasilan Top Gun: Maverick, tentu saja produser super terkenal Jerry Bruckheimer akan menggunakan tim yang sama untuk mencoba mengulang kesuksesan film tersebut. Joseph Kosinski dan Ehren Kruger masing-masing kembali ke posisi mereka sebagai sutradara dan penulis.
Pemeran utamanya masih sama yang paling bersinar. Kalau Maverick memiliki Tom Cruise, F1 memiliki Brad Pitt yang bahkan sampai sekarang masih bisa mempertahankan namanya sebagai salah satu yang paling mentereng. Pertanyaannya adalah apakah usaha Warner Bros dan Apple Films akan menghasilkan box office yang sama?
Dari segi naratif, F1 masih mengikuti formula Maverick, dalam artian mereka menggunakan plot yang semua orang sudah sangat familiar: from zero to hero. Kisah yang sudah sangat klasik ini kemudian diwarnai dengan tim yang juga sama-sama flop, dua karakter utama yang berbeda kepribadian, anggota dewan yang mencoba serakah dan tentu saja sedikit bumbu romansa untuk membuat film ini menjadi agak lebih greget.
Bagian positifnya adalah F1 sangat mudah diikuti. Mudah untuk ikut terlibat dengan drama yang ada di dalamnya karena tujuan karakternya sangat jelas. Bagian negatifnya adalah penonton mana pun sudah pasti bisa menebak banyak naratif yang akan terjadi-dari gesekan antara Sonny dan Joshua sampai ending filmnya.
Ehren Kruger berhasil membuat karakter-karakter yang mudah untuk dicintai. Joshua Pearce dibuat ambisius tapi tidak annoying. Sonny Hayes dibuat bijak dan santai meskipun berkali-kali dia melakukan hal yang sembrono.
Tapi sayangnya, untuk sebuah film yang kebanyakan dramanya bergantung kepada gesekan antara modern vs jadul, F1 justru membuat drama antara kedua karakter utamanya terlalu "santai". Film ini memang tidak butuh musuh yang dramatis seperti dalam Maverick untuk terasa gemilang di akhir film.
Karena Kruger menolak untuk membuat dramanya menjadi telenovela, kemenangan F1 terasa kurang meriah. Padahal banyak sekali yang bisa dieksplor dengan hadirnya dua karakter utama yang berasal dari dua dunia yang berbeda ini.
Kalau memang ceritanya sengaja dibuat sederhana, dari segi presentasi film ini menolak untuk menjadi biasa-biasa saja. F1 adalah jenis film yang memang harus disaksikan di bioskop.
Film ini tidak akan memberikan pengalaman menonton yang sama kalau kamu menyaksikannya di TV atau di laptop. Kosinski sebagai sutradara mendesain film ini untuk disaksikan di layar terbesar yang kamu dapat. Dan hasilnya memang semenggelegar itu.
Disaksikan di layar IMAX, F1 tampil benar-benar perkasa. Kosinski yang menaruh kamera di mobil pemain untuk beneran balapan, mendesain bioskop seperti layaknya sirkuit balapan. Setiap kelokan terasa menegangkan dan ketika layar menampilkan arena, penonton diundang untuk masuk di dalamnya.
F1 tidak hanya megah berkat tangan sinematografer Claudio Miranda tapi juga terasa bising berkat musik Hans Zimmer. Sound design film ini adalah salah satu yang terbaik setiap decitan ban sampai teriakan penonton akan membuatmu mencengkeram kursi bioskop.
Tidak usah ragu untuk bergerak ke bioskop menyaksikan film ini karena ini adalah jenis film yang harus disaksikan dalam kegelapan sinema. Nikmati semua keindahan yang ada di dalamnya dan rasakan betapa serunya mobil-mobil ini berlari dengan cantik.
F1 dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia
Genre | Car Action, Motorsport |
Runtime | 2h 35m |
Release Date | 2025 |
Composer | Hans Zimmer |
Director | Joseph Kosinski |
Writer | Ehren Kruger, Joseph Kosinski |
Cast | Brad Pitt Damson Idris Javier Bardem |
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.