The Substance: Menjadi Cantik Itu Menyakitkan!
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Sinopsis:
Elisabeth Sparkle (Demi Moore) adalah seorang artis yang kariernya mulai memudar. Popularitasnya tak lagi menarik minat industri hiburan karena wajah dan tubuhnya telah menua. Akibatnya, Sparkle dilanda rasa frustasi yang luar biasa.
Sebuah insiden kecelakaan kemudian mempertemukan Sparkle dengan seseorang yang tahu caranya agar kembali muda. Pria itu yang memperkenalkan Sparkle pada obat bernama The Substance.
Setelah sempat ragu, Sparkle memberanikan diri mengakses The Substance di pasar gelap. The Substance terbukti bisa melahirkan versi terbaik dari dirinya lewat teknologi rekayasa DNA.
Namun, ia tak tahu, bahwa justru obat ini adalah malapetaka baginya. Selanjutnya, Sparkle merasakan bahwa cantik itu memang luka. Ada rasa sakit luar biasa yang mesti dibayar untuk menjadi cantik.
Review:
Coralie Fargeat berhasil membicarakan isu standarisasi kencantikan (beauty standard) lewat The Substance dengan sangat baik. Meskipun bergenre body horor, namun film ini tak terlalu sulit untuk 'dikonsumsi' oleh penonton awam.
Ya, akan ada rasa tidak nyaman saat menontonnya karena banyak adegan-adegan gore berdarah-darah. Kendati demikian, penyajiannya yang padat bisa membuat penonton mudah untuk masuk ke dalam cerita.
![]() |
The Subtance dibuka dengan shot lantai trotoar yang dipahat dengan nama Elizabeth Sparkle saat sedang jaya. Namun, perlahan-lahan, lantai itu kian lusuh.
Lantai itu dinjak oleh orang-orang yang lalu lalang, terkena makanan jatuh, kotor hingga akhirnya retak. Scene ini menjadi metafor yang pas untuk menggambarkan bagaimana proses meredupnya popularitas Sparkle.
Baca juga: Panggil Aku Emilia Perez |
Selain itu, Fargeat pun tampak menyelipkan metafor lain sebagai satire. Salah satunya saat sang bos agensi, Harvey (Dennis Quaid) sedang menyantap lobster.
Fargeat memainkan kamera close up dengan ASMR suara mengunyah yang sangat menganggu. Kamu akan menyadari bahwa Fargeat sepertinya tengah menyindir maskulinitas beracun (toxic masculinity) yang menjijikkan.
Sindiran serupa pun tampak ketika Sparkle versi muda dipaksa tersenyum oleh pria-pria tua bangkotan sebelum tampil di panggung.
![]() |
Karena genrenya body horor, maka mudah ditebak bahwa The Subtance diisi dengan scene-scene sensual. Scene telanjang yang sangat raw tersaji di sekujur film. Demi Moore benar-benar berakting sangat berani di sini.
Namun, adegan tersebut sama sekali tak membuat The Substance berubah murahan. Ketelanjangan yang ditampilkan malah melengkapi isi ceritanya.
Tak hanya adegan yang berani, kamu juga akan melihat acting berkelas Demi Moore. Penonton diajak hanyut ke dalam kegelisahan seorang artis yang mulai kehilangan dirinya. Dilema Sparkle saat bingung akan jati dirinya adalah sebuah renungan eksistensial yang mendalam.
Ditambah lagi, rasa kesepian yang dirasakan Sparkle begitu murung. Benak kita serasa dibetot untuk mempertanyakan kembali apa artinya menjadi seorang manusia. Dengan demikian, The Substance bukan sekadar film body horor atau feminis biasa.
![]() |
The Substance bisa diibaratkan seperti sebuah cermin yang memperlihatkan sisi tergelap hasrat manusia. Obsesi manusia terhadap kecantikan, popularitas dan kekayaan kerapkali memabukkan. Bahkan terkadang dalam obsesi ini terkandung racun yang bisa menyulap manusia menjadi monster mengerikan.
Ringkasnya, The Substance berhasil mengangkat isu feminisme dengan cara yang asyik sekaligus brutal. Ia juga menjadi kritik pedas untuk standar kecantikan yang diciptakan oleh industri hiburan. Standar tersebut bermasalah karena hanya untuk memuaskan dahaga maskulinitas. Inilah yang akhirnya membuat perempuan seperti Sparkle merasakan sakitnya untuk tetap menjadi cantik.
Genre | horror |
Runtime | 141 minute |
Release Date | 20 September |
Production Co. | Working Title Films |
Director | Coralie Fargeat |
Writer | Coralie Fargeat |
Cast | Demi Moore as Elisabeth Sparkle Margaret Qualley as Sue Dennis Quaid as Harvey |