Hit Man: Rasanya Jatuh Cinta di Waktu yang Salah
EDITORIAL RATING
AUDIENCE RATING

Synopsis:
Gary Johnson (Glen Powell) adalah seorang profesor teknologi di sebuah perguruan tinggi yang terkenal dengan kejujuran dan dedikasinya. Di balik sosoknya yang lurus dan profesional, Gary menyimpan bakat tersembunyi: kemampuan menyamar yang luar biasa. Dia bisa mengubah perilaku dan penampilannya dengan sangat meyakinkan, sehingga tak ada yang mengenalinya.
Keahliannya ini membawa Gary pada profesi ganda yang tak terduga. Dia direkrut sebagai staf paruh waktu oleh Departemen Kepolisian New Orleans untuk menyamar dan menjebak penjahat. Berkat kostum dan penampilan yang kontras, Gary mampu mengelabui para tersangka dan membantu polisi menangkap mereka. Dari agen properti hingga preman, sopir, hingga ilmuwan, Gary mengadopsi berbagai identitas palsu untuk menyelesaikan misinya.
Namun, kehidupan Gary berubah drastis saat dia bertemu dengan Maddy Masters (Adria Arjona), seorang perempuan menarik yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Hubungan mereka berkembang cepat dan mereka saling terbuka tentang pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.
Dalam sebuah momen intim, Maddy mengungkapkan rahasia mengejutkan: dia ingin merekrut Gary untuk membunuh mantan suaminya. Terkaget dengan permintaan ini, Gary berusaha mencegahnya dan menyarankan solusi lain. Tetapi, situasi menjadi semakin rumit ketika hubungan mereka berkembang dari sekadar klien dan agen rahasia menjadi pasangan yang saling bergantung.
Gary harus menghadapi dilema moral antara pekerjaannya sebagai agen penyamar dan cintanya pada Maddy. Sementara itu, dia harus memastikan bahwa rahasia identitasnya tetap aman dan tidak terungkap. Akankah Gary berhasil menyelesaikan tugasnya tanpa mengorbankan hubungan cintanya? Dan apakah Maddy akan menerima saran Gary untuk mencari jalan lain dalam menghadapi mantan suaminya?
Review:
Richard Linklater tidak pernah membuat film yang gagal. Bahkan karyanya yang paling biasa, tetap kelihatan mentereng dibandingkan dengan film-film lain. Hit Man, karya terbarunya yang baru tayang di Netflix, adalah Linklater dalam versi menghibur. Film ini menawarkan begitu banyak rasa tapi tetap sesuai dengan ranah "santai"-nya yang sangat ia kuasai. Jangan kaget kalau kamu tersenyum kemudian berakhir dengan mencengkeram kursi karena Hit Man, seperti karakter utamanya, mempunyai kemampuan yang tokcer dalam menyamar.
Tokoh utamanya adalah Gary Johnson (Glen Powell), seorang dosen psikologi dan filosofi yang serius. Mahasiswanya mengantuk saat mendengarkan penjelasannya di kelas. Ia tidak memiliki hubungan romansa. Ia memilih hidup tenang dengan kucing-kucingnya. Hobinya mengamati burung. Semua ini membuatnya menjadi sosok yang sama sekali tidak meyakinkan untuk berpura-pura menjadi pembunuh bayaran.
Sebagai seorang akademis, Gary sangat gemar mengulik sesuatu. Ia ahli dalam bidang elektronik. Selain menjadi dosen, Gary juga bekerja untuk kepolisian setempat dalam misi undercover. Ketika Jasper (Austin Amelio), polisi yang biasanya berpura-pura menjadi pembunuh bayaran terpaksa diskors karena kesalahan yang ia buat, Claudette (Retta) dan Phil (Sanjay Rao) meminta Gary untuk menggantikan Jasper sementara. Siapa sangka Gary yang tidak terlihat berpura-pura ternyata bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Gary dengan ilmu psikologinya berhasil meyakinkan semua calon penjahat itu bahwa ia adalah pembunuh bayaran. Semua ilusi ini berjalan dengan sempurna sampai akhirnya ia bertemu dengan Madison (Adria Arjona), seorang istri yang berniat untuk menyewa pembunuh bayaran demi menghabisi suaminya. Gary yang menggunakan samaran bernama Ron sekarang berada di situasi yang pelik ketika ternyata ia mempunyai gairah yang selama ini hilang dalam hidupnya.
Baca juga: Bad Boys: Ride or Die Tetap Seru, Tetap Lucu |
Menyaksikan film-film Linklater sensasinya sama dengan nongkrong dengan teman-teman yang asyik. Tidak ada sutradara lain yang bisa menghadirkan sensasi ini sebaik Linklater. Hit Man, seperti film-film Linklater yang lain, memulai ceritanya dengan cara yang santai. Pengenalan penonton terhadap Gary Johnson sangat efektif. Pertama kali Gary berpura-pura menjadi pembunuh bayaran Linklater langsung menunjukkan betapa sensasionalnya karakter ini dalam berubah. Dalam momen yang sama, Linklater juga menunjukkan bahwa betapa asyiknya menyaksikan orang yang berpura-pura menjadi orang lain.
Tapi kemudian Linklater bersama penulis skrip yang juga menjadi aktor utamanya, Glen Powell, membuka lapis keduanya. Hit Man adalah sebuah romansa. Tidak butuh semenit bagi Linklater untuk membuat saya jatuh cinta dengan Gary/Ron dan Madison. Pertemuan pertama mereka saking elektriknya membuat saya sebagai penonton langsung membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka memutuskan untuk bersama. Rasanya seperti menyaksikan Jesse dan Celine dalam satu frame di trilogi Before.
Lalu kemudian seperti transformasi karakter utamanya yang makin lama makin gila, Hit Man berubah menjadi sebuah thriller. Pertaruhan yang dihadapi oleh karakter utamanya mungkin tidak setinggi dengan thriller-thriller yang lain. Tapi berkat pondasi yang kuat, karakter yang dibuat dengan sangat membumi dan meyakinkan, bagian ini berhasil membuat saya langsung deg-degan. Bagaimana cara kedua orang ini keluar dari masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluar?
Skrip yang sudah paten ini kemudian diterjemahkan dengan sempurna oleh Linklater. Secara visual Hit Man mungkin tidak terlihat spesial. Tapi Linklater selalu punya kemampuan untuk mengisi gambarnya dengan karakter-karakter yang enak untuk diikuti sampai akhir film. Tidak ada satu pun karakter di film ini yang terasa fals. Ditambah dengan tempo yang mengalir, Hit Man akhirnya menjadi salah satu film Linklater yang paling menghibur.
Baca juga: Monkey Man: Balas Dendam Yang Memuaskan |
Sebagai sebuah film yang bertumpu pada kemampuan mengubah diri karakter utamanya, Hit Man sepertinya memang didesain untuk diperankan oleh Glen Powell. Penonton awam mungkin baru ngeh dengan keberadaannya setelah Top Gun: Maverick. Kamu mungkin baru sadar dengan ketampanannya melalui Anyone But You, romantic comedy yang diam-diam menjadi salah satu film paling menguntungkan tahun lalu. Tapi Linklater sudah sadar dengan kemampuan Glen Powell sejak lama. Pertama kali saya menyaksikan Glen Powell dalam Everybody Wants Some!!! milik Linklater, saya sudah yakin bahwa Glen Powell memiliki masa depan yang cerah di Hollywood. Tidak hanya Powell memiliki fisik yang dibutuhkan pemeran utama film Hollywood, ia juga luar biasa berbakat. Kemampuannya mengubah diri inilah yang menjadi kunci Hit Man.
Sebelum Hit Man, Adria Arjona sudah main di beberapa film yang besar seperti Pacific Rim: Uprising, Triple Frontier, 6 Underground dan bahkan Morbius. Tapi memang baru di film inilah saya benar-benar paham dengan kemampuan aktingnya. Ia sangat paham dengan tone film ini sehingga ia bisa menyesuaikan setiap momen yang ada. Arjona tampak seksi dan menggemaskan ketika Hit Man dalam mode romantic comedy, tapi ia juga bisa tampil berbahaya ketika film ini masuk teritori noir. Chemistrynya dengan Powell lebih dari istimewa. Sejak pertama kali mereka berdua ada di frame yang sama, Hit Man memegang kendali penonton dan tidak bisa lepas.
Menonton Hit Man membuat saya tersadar betapa kangennya saya dengan film jenis ini. Ia ringan tapi tidak murahan. Enak ditonton tapi berisi. Dan yang terpenting, ia memberikan hiburan yang membekas. Linklater mungkin tidak membuat gambar-gambar yang luar biasa sinematik. Tapi rasa yang ia tawarkan selalu membekas dan Hit Man memberikan itu semua.
Genre | Action, Comedy, Crime |
Runtime | 1 hour 55 minutes |
Release Date | May 24, 2024 |
Production Co. | Netflix |
Director | Richard Linklater |
Writer | Richard Linklater, Glen Powell, Skip Hollandsworth |
Cast | Glen Powell, Adria Arjona, Austin Amelio |