Monkey Man: Balas Dendam Yang Memuaskan

Synopsis:

Bobby adalah nama samaran yang dipakai oleh karakter utama film ini. Dimainkan dengan prima oleh Dev Patel, penonton akan tahu kemarahannya bahkan tanpa dia berbicara. Kamu bisa melihat api itu di dalam matanya.

Setelah ibunya tewas di tangan orang-orang jahat, hutan yang sempat menjadi rumahnya sekarang diambil oleh "spiritual guru" dan orang yang harusnya mengabdi pada rakyat malah memutuskan untuk menggendutkan dirinya sendiri, Bobby tidak punya pilihan lain selain balas dendam.

Bobby bukannya tidak punya rencana meskipun dalam mengeksekusi gagasannya ia agak sedikit impulsif. Sejauh ini ia mendapatkan uang dengan menjadi petarung di pertarungan underground.

Menggunakan topeng monyet yang terinspirasi dari cerita legendaris si Hanuman, Bobby membiarkan dirinya kalah untuk mendapatkan koin. Orang menganggapnya sebagai pecundang, orang yang akan ditakdirkan untuk tersungkur. Tunggu sampai akhirnya ia memegang kendali, semua orang akan terperangah.

Review:

Menyaksikan Monkey Man adalah menyaksikan transformasi bagaimana seorang aktor membuktikan bahwa dia adalah pencerita yang ulung. Film ini tidak akan pernah lepas dari bayang-bayang John Wick, film aksi yang melahirkan berbagai macam karbon kopi.

Bedanya, Monkey Man tidak menghindari komparasi tersebut. Film ini malah merayakannya. Dalam sebuah adegan seorang karakter bertanya soal ini. Tapi jangan khawatir, Monkey Man memiliki bahan bakar yang cukup untuk menjadi dirinya sendiri.

Monkey Man adalah sebuah pertunjukan yang sangat menarik. Sebagai sebuah film aksi, ia memang terjebak dengan arketipal film-film aksi zaman sekarang yang cenderung berpegangan pada shock value.

Tapi meskipun begitu, aksi one man show Dev Patel tetap harus diberi jempol. Sebagai produser, sutradara, pemeran utama dan penulis cerita (ia dibantu oleh Paul Angunawela dan John Coilee), ia membubuhkan banyak hal penting untuk membuat Monkey Man lebih dari sekedar film aksi biasa.

Dalam penceritaannya, Monkey Man memang sengaja membuat penonton bertanya-tanya dengan misteri yang terjadi di masa lalu. Penggunaan flashback di film ini pada akhirnya berfungsi seperti dua sisi koin. Di satu sisi ia menambahkan mistik yang membuat aksi balas dendam karakter utamanya semakin jelas.

Di sisi lain semua kehadiran flashback itu menjadi rem yang tidak perlu. Ketika penonton sudah asyik dengan semua keseruannya, tiba-tiba Monkey Man harus berhenti sejenak untuk melihat ke masa lalu. Sebagai film pertama, sangat dimengerti kalau Dev Patel berharap bahwa penonton mengerti dengan misi yang dia bawa.

Tetapi keputusan ini membuat film ini menjadi kurang luwes. Tapi selain editing yang kurang mantap, hampir semua aspek dalam Monkey Man patut diacungi jempol.

Cuplikan adegan dalam film Monkey Man. Foto: Dok. Universal Pictures

Walaupun film ini adalah debutan Dev Patel sebagai seorang sutradara, ia tahu bagaimana membungkus film ini menjadi sebuah hiburan yang meriah. Bahasa visualnya sangat menarik. Ditambah dengan fighting choreography yang lincah, Monkey Man menjadi pembuktian yang valid.

Sebagai seorang performer, Dev Patel lagi-lagi menunjukkan sisi lain yang tidak pernah ia pertunjukkan sebelumnya. Mengejutkan sekali bahwa Patel yang memulai karakternya sebagai remaja culun dalam serial terkenal Skins berubah menjadi seorang bintang aksi masa depan.

Cuplikan adegan dalam film Monkey Man. Foto: Dok. Universal Pictures

Tidak hanya Patel berhasil mengunyah semua adegan aksi dengan baik, ia bisa memberikan sisi emosional yang lebih dari cukup untuk membuat Monkey Man lebih dari sekedar film aksi biasa. Monkey Man mungkin tidak akan mengalahkan John Wick. Tapi film ini menjadi pondasi yang kuat bagi babak baru Dev Patel berikutnya sebagai pencerita yang ulung.

Ketika end credits bergulir, saya tidak sabar untuk menyaksikan aksi Dev Patel berikutnya di cerita yang lain. Monkey Man membuktikan bahwa ia memang monster ganas yang kita nanti-nantikan.