Jakarta International Literary Festival (JILF) resmi dibuka hari ini. Mengusung tema 'Homeland in Our Bodies/ Tanah Air dalam Tubuh Kita', sastra jadi pilihan buat merespons peristiwa yang terjadi belakangan ini.
Festival sastra kelima yang pertama kali digelar sejak 2019 itu diakui Direktur JILF 2025, Avianti Armanda kemanusiaan jadi topik yang terlintas saat menggodok ide. Kata 'homeland in our bodies' juga terinspirasi dalam puisi asal Palestina The Last Train Has Stopped karya Mahmoud Darwish.
"Kata homeland in my body menyiratkan Tanah Air ada di dalam tubuh manusia. Manusia harus bebas dari penjajahan, penindasan, dan ketidakadilan," katanya.
Menurut Avianti Armand, tema ini yang paling tepat diangkat dan direspons tentang kemanusiaan.
"Kami ambil sebaris puisi Darwish yang dikembangkan jadi Homeland in Our Bodies, karena kita gak sendirian bicarakan soal kemanusiaan," terangnya.
Tema kemanusiaan ini pun diungkap penulis dan profesor bidang Sejarah Indonesia, Katharine E. McGregor punya kaitan dengan narasi sejarah yang gak pernah tunggal. Tapi juga buka ruang kritis lainnya.
"Tema festival mengajak kita untuk merenungkan interpretasi yang beragam, inklusif, dan adil tentang tanah air, melampaui definisi sempit dan eksklusif tentang sebuah bangsa," sambungnya.
JILF yang berlangsung sampai akhir pekan ini diisi oleh bincang penulis yang menampilkan 23 penulis Indonesia. Di antaranya berasal dari Bireuen, Boyolali, Singkawang, Larantuka, Mamuju hingga Paniai, serta empat penulis mancanegara.
Festival ini juga membuat program Baca Kata yang berisi pembacaan karya 11 penulis. Ada ruang untuk Tumbuh dan Merambat (Live Mural) dengan menghadirkan langsung pembuatan mural oleh 6 seniman.
Gak cuma itu saja, adajuga program peluncuran buku dan diskusi terkini, Ada juga Pasar Kata yang hadirin bazar buku dan ditutup Pentas Kata.
Simak Video "Video: Cerita Para Ilustrator Bikin Buku Cerita Anak"
(tia/dar)