5 Fakta Reog Ponorogo Usai Sah Jadi Warisan Budaya Takbenda ke-14

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Sejumlah seniman dan warga mengikuti pawai budaya reog Ponorogo di jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Minggu (27/8/2023).
Pawai budaya Reog Ponorogo di CFD Jakarta. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

UNESCO resmi mengesahkan kesenian tradisional Reog Ponorogo asal Jawa Timur sebagai warisan budaya takbenda ke-14. Penetapan pada sidang ke-19 Komite Warisan Budaya Takbenda yang berlangsung di Paraguay diapresiasi oleh masyarakat Indonesia.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon pun meminta agar Reog Ponorogo jangan sampai punah. "Inskripsi ini merupakan pengakuan internasional atas kekayaan budaya Indonesia sekaligus seruan untuk melestarikannya di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi," katanya dalam keterangan yang diterima detikpop, Rabu (4/12/2024).

Berikut 5 fakta soal Reog Ponorogo:

1. Berat Topeng Capai 60 Kg

Reog asal Ponorogo, Jawa Timur, selama ini dikenal sebagai tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat. Tariannya mengandung unsur magis, penari utamanya orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak. Uniknya, berat topengnya mencapai 50-60 kilogram.

2. Sudah Ada dari Zaman Majapahit

Dilansir dari detikJatim, dalam buku antologi Cerita Rakyat Jawa Timur yang disusun Balai Bahasa Surabaya 2011, Sumono Sandy menjelaskan asal-usul reog.

Sandy mengatakan reog sudah ada sejak zaman Majapahit. Kerajaan Majapahit sempat berjaya di tangan Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada.

3. Sindiran untuk Raja Majapahit

Dalam buku tersebut, juga disebutkan Ki Ageng Kutu akhirnya menciptakan drama tari yang disebut reog. Kesenian ini buat menggambarkan keadaan kerajaan Majapahit dan jadi sindiran atau satire sekaligus punya makna simbolis.

Ki Ageng Kutu berperan sebagai tokoh warok. Dalam drama tari reog, warok dikelilingi murid-muridnya. Hal itu menggambarkan fungsi dan peranan sesepuh masih tetap diperlukan dan harus diperhatikan dalam sebuah tata pemerintahan.

4. Cerita Diubah ke Panji

Setelah Ki Ageng Kutu meninggal, kesenian ini diteruskan Ki Ageng Mirah pada masa bupati pertama Ponorogo, Bathoro Katong atau Joko Pitutur. Oleh Ki Ageng Mirah, cerita yang berlatar belakang sindiran tersebut digantikan dengan cerita Panji. Kemudian, dimasukkan tokoh-tokoh panji seperti Prabu Kelana Sewandana, Dewi Songgolangit yang menggambarkan peperangan antara kerajaan Kediri dan Bantar Angin.

5. Warisan Budaya Takbenda ke-14

Pada 3 Desember, Reog Ponorogo resmi jadi warisan budaya takbenda ke-14 yang ditetapkan UNESCO. Sebelumnya keris ditetapkan pada 2005, wayang di 2003, batik di tahun 2009, pendidikan dan pelatihan batik di tahun yang sama, angklung pada 2010, tari Saman di 2011, noken khas Papua pada 2012, tiga genre tari tradisional di Bali pada 2015.

Kapal pinisi pada 2017, pencak silat di 2019, pantun pada 2020, alat musik gamelan pada 2021, budaya sehat Jamu ditetapkan UNESCO pada 2024.




(tia/pus)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO