Museum MACAN Tampilkan Pameran Tunggal Korakrit Arunanondchai, Ini Alasannya

Sukses membuka pameran tunggal seniman asal Minahasa yang berdomisili di Yogyakarta, Natasha Tontey, Museum MACAN segera buka eksibisi terbaru. Pameran tunggal perupa asal Thailand Korakrit Arunanondchai yang bertajuk Sing Dance Cry Breathe I As their world collides on to the Screen segera dibuka untuk umum pada 30 November 2024 hingga 6 April 2025.
Pertama kalinya, seniman yang juga dikenal pendiri festival seni dan performans di Bangkok bernama Ghost memamerkan karya-karyanya di Jakarta.
Direktur Museum MACAN, Venus Lau, sudah mengenal Korakrit Arunanondchai sejak 9 tahun lalu dan berkolaborasi bersama. "Setelah 9 tahun ketemu dan bekerja bersama dengan orang yang sama, saya tahu sosoknya dan karya-karyanya penting untuk dipamerkan di Jakarta saat ini," katanya saat jumpa pers di Museum MACAN, kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (28/11/2024).
Menurut Venus Lau, sudah ada dialog sebagai kurator dan seniman buat tampilin pameran perdananya. "Pameran ini sebenarnya sebagai pemantik buat merasakan, bayangkan sebagai sebuah teater. Ketika menonton sesuatu akan merasakan emosi-emosi tersebut, yang sulit diungkapkan tetap terasa nyata," ungkapnya.
![]() |
Pameran seni yang disiapkan selama dua tahun ini diakui oleh Korakrit Arunanondchai adalah pengalaman pertamanya buat hadir di Jakarta.
"Pameran ini sudah saya siapkan selama dua tahun dan sebagian besar adalah karya-karya seni terbaru yang saya buat khusus untuk pameran di Museum MACAN," katanya.
Lewat pameran seni, Korakrit ingin mengajak pencinta seni kembali ke masa lalu.
"Saya suka bercerita atau storytelling, pesannya dalam pameran ini kalau orang bilang bentuk itu bawa pesan atau cerita, saya suka storytelling. Bentuk adalah sebuah pesan atau ceritanya sendiri. Banyak hal yang ditulis, nggak terlalu penuh. Bentuk di karya seni ini jadi sebuah cerita," ungkap Korakrit.
![]() |
Menampilkan karya-karya dari tahun 2018 hingga saat ini, pameran ini membangkitkan api yang ada di dalam benak kolektif kita, mengeksplorasi ketegangan antara hasrat akan pembaruan dan rasa takut untuk melepaskan.
Korakrit Arunanondchai juga menyoroti simbol burung dan ular-simbol yang muncul dalam berbagai mitos yang menceritakan asal-usul manusia sebagai metafora akan hubungan yang dibangun manusia pada struktur sosial dan alam, bukan hanya sekadar manifestasi fisik atau naratif.
(tia/dar)