Ngobrol Bareng Eka Kurniawan soal Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Eka Kurniawan saat ngobrol soal novel terbarunya Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong pada Rabu (7/8/2024).
Eka Kurniawan saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Foto: Tia Agnes/ detikcom
Jakarta -

Bukan Eka Kurniawan namanya, yang sukses menerbitkan novel dengan judul idiom tak biasa. Sastrawan kelahiran 28 November 1975 itu baru saja merilis novel fiksi terbaru yang berjudul Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong pada 31 Juli 2024.

Setelah vakum 8 tahun tidak merilis novel panjang, Eka Kurniawan hadir dengan gagasan cerita yang lebih segar. Anjing bukan mengeong, dan kucing memang bukan menggonggong. Mengapa Eka sengaja memilih judul tersebut?

Saat media gathering terbatas di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Eka Kurniawan berkelakar judul yang dipilihnya adalah selera personal.

"Setiap judul punya sejarahnya masing-masing, seperti di Cantik Itu Luka, sebenarnya (inspirasi) bukan datang dari novelnya. Saya pernah dengar ada artis yang dikejar-kejar paparazi, dia bilang 'Nggak enak ya jadi orang cantik, kayak punya luka di mana-mana, dilihatin banyak orang'," kata Eka pada Rabu (7/8/2024).

Sama halnya dengan judul novel Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong, tak ada makna spesifik atau jalur cerita yang lebih detail di dalam bukunya. "Saya juga nggak tahu ya kayak formula atau apa," terangnya.

Eka Kurniawan saat ngobrol soal novel terbarunya Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong pada Rabu (7/8/2024).Eka Kurniawan saat ngobrol soal novel terbarunya Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong pada Rabu (7/8/2024). Foto: Tia Agnes/ detikcom

Ketika menulis novel, Eka mengaku judul itu tak selalu muncul di awal. Terkadang ketika menulis, judulnya bisa terpikir di bagian tengah dan kerap juga diganti jadi judul dan makna lainnya.

Khusus buat novel terbarunya, lulusan Filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta itu cerita ia menerapkan 'walking title' sebagai pembeda dari karya sebelumnya.

"Kebetulan judulnya datang di tengah-tengah. Awalnya ada semacam kutipan yang memang ada di dalam novelnya, saya cabut. Begitu selesai, saya memikirkan ulang apakah masih bisa dipakai. Saya pikir 'apalah arti sebuah nama', diganti sajalah dengan ungkapan 'apalah arti sebuah judul'," ucapnya sembari tertawa.

Sama halnya dengan judul, alur cerita yang ditulis Eka semengalir begitu saja. Ia tak pernah membuat struktur yang jelas maupun unsur pembabakan, tapi satu hal yang pasti karakter Sato Reang yang dibuatnya jadi kritikan sekaligus satire terhadap kondisi sosial seorang anak laki-laki.

Eka Kurniawan saat ngobrol soal novel terbarunya Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong pada Rabu (7/8/2024).Eka Kurniawan saat ngobrol soal novel terbarunya Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong pada Rabu (7/8/2024). Foto: Tia Agnes/ detikcom

Novel Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong menceritakan tentang seorang anak bernama Sato Reang yang memutuskan untuk meninggalkan jalan hidup sebagai anak saleh yang selama ini ditunjukkan oleh ayahnya.

Potongan sinopsis dikutip dari penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) berbunyi: "Ini kisah Sato Reang. Kadang ia demikian intim dengan dirinya, sehingga ini merupakan cerita tentang aku, tapi kali lain ia tercerabut, dan ini menjadi kisah tentang Sato Reang. Isi kepalanya riuh dan berisik, terutama sejak ia berumur tujuh tahun, ketika sang ayah berkata kepadanya, 'Sudah saatnya kau menjadi anak saleh.'"

Baca artikel berikutnya soal novel Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong hasil obrolan dengan redaksi detikpop.




(tia/pus)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO