3 Monumen 'Sejarah Kelam' Indonesia Dipamerkan di Jakarta

Peristiwa-peristiwa itu kini terangkum dalam 3 buah monumen publik yang dibuat oleh pematung Dolorosa Sinaga. Ada Penghilangan Paksa di Indonesia (2024) yang nampilin orang tua megang frame foto kosong anak mereka yang dihilangkan paksa oleh penguasa.
Di sampingnya ada Monumen Pembantaian Massal Indonesia 1965-1966 yang terbuat dari fiberglass. Patungnya gambarin wanita telungkup di atas peti mati dan buku tebal. Bukunya bertuliskan Indonesian History of Mass Murdered 1965-1966.
Satu monumen lagi nampilin figur-figur para pendemo yang sedang membopong tubuh korbannya dalam Monumen Tragedi 98. Kurator pameran seni bertajuk Patung dan Aktivisme: Dolorosa Sinaga dan Budi Santoso yang dibuka kemarin, Alexander Supartono, bilang 3 monumen yang ada di depan Galeri Nasional Indonesia sudah dipikirkan sejak awal ide eksibisi.
"Memang sejak awal sudah dipikirkan buat ditaruh di luar," katanya saat media preview pada Jumat (19/7/2024).
Menurut Alex, Dolorosa Sinaga punya semacam obsesi buat monumen di ruang publik. "Tapi ada banyak isu yang gak pernah selesai sama sekali. Punya maket yang gak pernah terselesaikan. Karena di sini bikin monumen publik harus ada urusan politik dan sosial," tegasnya.
![]() |
Lewat pameran guru dan murid ini, Alex bilang kalau banyak pesan tersirat yang disampaikan oleh seniman yang akrab disapa Dolo dan juga muridnya, Budi. "Ya, pesannya kalau perjuangan ini gak akan berhenti. Gak ada pilihan lain," ucap Alex.
Saat pembukaan, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, bilang dua seniman yang berpameran di Gedung A Galeri Nasional Indonesia punya pesona yang beda dari seniman lain.
"Kalau kita melihat dari karya-karya Dolo dan semua yang hadir di sini, masing-masing punya pesona. Masing-masing ada representasi dari perjalanan sejarah Indonesia dan segala lukanya," terangnya.
Baca juga: Bahasa Lampung Terancam Punah! |
Menurut Hilmar, apa yang ditampilkan dalam pameran tunggal keduanya jadi refleksi dari pengalaman yang hadir. "Dolorosa tidak memperlakukan sejarah sebagai obyek tapi energi yang dialirkan ke dalam karya luar biasa. Mari kita membiarkan diri larut ke dalam pesona karya Dolo dan Budi," tegasnya.
Lebih dari 53 karya gak cuma akan menjadi objek yang terpajang di ruang pamer. Tapi juga sebagai titik penjuru yang akan menghubungkan antara
patung, seniman, habitus, dan aktivitas sosial-politis mereka.
Eksibisi berlangsung hingga 19 Agustus 2024 di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pukul 09.00-19.00 ya, detikers.
(tia/dar)