Kue-kue Tradisional Melayu sebagai Penyambut Tahun Baru

Kue-kue Tradisional Melayu sebagai Penyambut Tahun Baru

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Jumat, 19 Des 2025 09:01 WIB
Bingka Barandam. Foto: SIOPEN Hulu Sungai Selatan
Bingka Barandam. Foto: SIOPEN Hulu Sungai Selatan
Balikpapan -

Pergantian tahun selalu identik dengan kebersamaan dan hidangan istimewa. Setiap daerah biasanya punya tradisi masing-masing yang mengandung makna dan harapan di baliknya.

Di tanah Melayu seperti wilayah sebagian Kalimantan, Sumatera, hingga mencakup sebagian Malaysia dan Singapura, punya beberapa hidangan khas untuk tahun baruan. Ada beberapa pilihan kue yang menjadi pelengkap momen Tahun Baru, penghadir rasa manis sebagai simbol harapan baik di awal tahun.

Bukan cuma saat tahun baru masehi, biasanya kue-kue ini juga kerap muncul saat menyambut tahun baru Imlek. Setiap jenis kue memiliki cita rasa, bentuk, dan filosofi tersendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

5 Kue Tradisional Melayu di Malam Tahun Baru

Daerah serumpun Melayu biasanya punya ragam kue hampir mirip. Di Malaysia, hampir setiap keluarga yang merayakan Imlek selalu menyajikan berbagai kue tradisional.

Hampir sama seperti di Indonesia dan Singapura, biasanya ada lapis legit, kuih kapit, kuih bangkit, hingga kuih bahalu yang disajikan. Berikut ragam kue lezat khas Melayu lainnya untuk disajikan di malam tahun baru:

1. Kuih Loyang

Kue kembang goyang or kuih loyang. It is an Indonesian cuisine and Malaysian cuisine flower shaped traditional snack or kuih, associated with Betawi cuisine and Malay cuisine.Kue kembang goyang atau kuih loyang. Foto: Getty Images/iStockphoto/Ratih Bagusdiani

Di Indonesia, tampilan kue yang satu ini dinamakan kembang goyang. Di Malaysia, kue ini disebut kuih loyang, yang dikenal dengan nama 'matt fung dao' di dalam bahasa Kanton.

Kue kering gurih dan asin ini cocok menjadi kudapan saat Natal dan tahun baru. Kue ini dibuat dari tepung, lalu digoreng dalam minyak panas.

Disadur dari buku 30 Resep & Peluang Usaha Snack Kering Dalam Kemasan milik Yuyun Alamsyah, kembang goyang merupakan camilan tradisional yang sudah lama dikenal di Indonesia. Camilan ini tersebut dari tepung beras yang digoreng dengan cetakan berbentuk bunga.

Karena bentuk kue ini menyerupai bunga, jadi diberi nama kembang. Sementara goyang, diambil dari proses pembuatannya yakni harus digoyang-goyangkan supaya adonan bisa lepas dari cetakan.

Di tradisi warga China, kuih loyang ini menggambarkan kebersamaan dari keluarga, karena bentuknya yang memiliki lubang-lubang kecil di permukaan kue. Sehingga kue ini sering disajikan sebagai camilan ketika Imlek tiba, terutama di Malaysia.

2. Kok Chai

Kok chai merupakan pastel mini isi selai kacang. Kue yang satu ini kerap muncul saat tahun baru, karena memiliki simbol tentang kekayaan serta kemakmuran yang melimpah.

Rasa dari kue ini manis, renyah, dan dan digemari banyak orang. Bahan yang digunakan juga sederhana, ada kacang, telur, gula, biji wijen, hingga butter.

Orang Kalimantan mungkin bakal mengira kok chai adalah chai kue, namun isiannya berbeda. Bentuk chai kue mirip pastel, isinya suwiran daging ayam. Tapi kalau di Malaysia, sajian chai kue mungkin lebih mirip karipap.

3. Kue Rasidah

Kue rasidah (Instagram/mumubutikue)Kue rasidah (Instagram/mumubutikue) Foto: Kue rasidah (Instagram/mumubutikue)

Kue ini sudah mulai sulit ditemukan dan lebih populer di tanah Melayu Deli, Riau, dan Malaysia. Di setiap daerah penyebutannya berbeda-beda, ada yang menyebutnya kue rasidah, lasidah, ataupun asidah.

Kue rasidah adalah kue manis yang ditaburi bawang goreng di atasnya, sehingga ada sedikit cita rasa gurih yang unik. Kue ini sudah resmi dijadikan warisan budaya tak benda oleh Kemendikbud pada tahun 2010.

Kue rasidah memiliki makna perdamaian, sebab kue rasidah terasa lezat karena air dan minyak yang bersatu di dalamnya.

4. Bingka Barandam

Bingka Barandam. Foto: SIOPEN Hulu Sungai SelatanBingka Barandam. Foto: SIOPEN Hulu Sungai Selatan Foto: Bingka Barandam. Foto: SIOPEN Hulu Sungai Selatan

Kue bingka merupakan camilan manis khas Banjar yang berbentuk menyerupai bunga. Kue ini memiliki citarasa legit, manis, dan teksturnya lembut.

Murdijati-Gardjito dkk dalam bukunya yang berjudul Ragam Kudapan Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan menyebut arti dari bingka barandam adalah bingka yang direndam dalam air gula.

Bingka barandam juga memiliki nama lain, yakni alua tarjun, alua berarti manis, sedangkan tarjun artinya terjun. Sesuai pula dengan kue bingka yang terjun direndam dalam manisnya air gula.

Bingka barandam biasanya hadir dalam berbagai momen penting, mulai dari acara keluarga, perayaan adat, hingga sajian khas di bulan Ramadan. Teksturnya yang empuk dengan balutan kuah manis membuatnya berbeda dari bingka pada umumnya.

Bagi masyarakat Banjar, kue bingka bukan sekadar makanan manis, melainkan juga memiliki makna budaya yang mendalam. Kudapan ini kerap hadir dalam berbagai peristiwa penting, baik adat maupun keagamaan.

Dalam prosesi pernikahan, bingka disajikan sebagai jamuan untuk para tamu. Pada acara syukuran, bingka melambangkan ungkapan rasa syukur dan doa akan berkah.

Saat bulan Ramadan, kue ini menjadi pilihan takjil untuk berbuka puasa. Sementara itu, dalam berbagai hajatan termasuk perayaan tahun baru di keluarga, bingka juga bisa dijadikan bagian dari suguhan.

5. Kue Kaswi

Traditional Malay and Indonesian dessert, Kuih Kaswi is mixed of tapioca flour, palm sap sugar and fresh shredded coconut as toppingsKuih Kaswi. Foto: iStock/detikFood

Kue kaswi rasanya kenyal legit dengan balutan kelapa yang renyah. Kue khas Malaysia ini mirip ongol-ongol, hanya saja lebih praktis pembuatannya. Perpaduan tepung terigu dan tepung tapioka memberi tekstur kenyal lembut.

Gula aren atau gula Jawa memberi rasa legit sekaligus aroma yang harum. Ditambah balutan kelapa parut yang segar gurih.

Kue Kaswi juga disebut kue Loempang atau Kue Ijo, populer di wilayah Sumatera Selatan. Kue kukus ini sering dijumpai dalam prosesi upacara adat budaya Palembang, maupun pada momen perayaan hari raya seperti Lebaran, Imlek, dan tahun baruan.

Bagi masyarakat Tionghoa-Palembang, kue ini lebih dikenal dengan sebutan kue Kasui dan sering dihidangkan dalam prosesi pertunangan maupun perkawinan adat.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads