Di beberapa daerah, darah hewan dapat dimanfaatkan menjadi bahan utama dalam proses memasak. Bagi sebagian orang mungkin terdengar ekstrem untuk menyantap darah hewan.
Namun hidangan berbahan dasar darah hewan menjadi warisan budaya turun-temurun pada daerah tertentu. Penggunaan darah hewan dalam masakan sering dikaitkan dengan cara masyarakat memanfaatkan seluruh bagian hewan agar tidak ada yang terbuang, termasuk untuk menciptakan cita rasa yang kuat dan khas.
7 Kuliner Tradisional Berbahan Dasar Darah Hewan
Kalimantan punya makanan khas yang diolah tak biasa, mulai dari metode fermentasi hingga menambahkan darah hewan. Hal ini membuat kuliner Kalimantan bervariasi dan punya rasa yang kuat.
Tapi tak cuma Kalimantan, beberapa daerah biasa mengolah darah menjadi hidangan lezat, meski tidak lazim bagi sebagian orang. Hidangan ini biasanya muncul dalam konteks acara adat, pesta keluarga, atau kegiatan berburu.
Budaya ini berkaitan dengan budaya darah hewan bukan hanya dianggap sebagai simbol kedekatan dengan alam atau cara tradisional memanfaatkan seluruh bagian hewan tanpa sisa. Berikut daftarnya, dirangkum dari arsip catatan detikFood dan berbagai literatur:
1. Bubur Getih Babi
Kreator konten bernama bernama Norlela, kerap mengunggah kesehariannya memasak dan menyantap makanan khas daerahnya. Diketahui Norlela merupakan orang asal Dayak Bulusu, Kalimantan Utara.
Dalam akun TikToknya @norlelaheand67, Norlela pernah mengunggah video saat bubur getih babi tengah dimasak. Dalam narasi video, Norlela mengungkap bahwa makanan khas Dayak memang ngeri-ngeri sedap.
Darah hewan yang masih berwarna merah segar terlihat dituang ke bubur yang tengah diaduk dalam kuali. Bubur yang mulanya berwarna putih berubah menjadi coklat gelap.
"Di tempat kami sudah biasa (memasak dengan darah). Sambil menunggu bubur kita masak, daging babi kita tumis dulu supaya nanti bumbunya lebih berasa. Kalau orang Dayak itu memang suka yang berkuah," ucap Norlela dalam videonya. Tim detikKalimantan telah meminta izin untuk mengutip unggahan Norlela.
Ia menggunakan bumbu untuk menumis beberapa di antaranya ada penyedap rasa, serai, dan lada. Norlela kemudian memasukkan tumisan daging babi ke dalam bubur, diikuti dengan darah babi.
Menurutnya, rasa bubur getih babi tidak terasa amis karena bumbu tumisan daging juga kuat. Rasa bubur ini akan mengingatkan kita dengan rasa hati ayam, tak heran jika banyak orang yang suka setelah mencicipinya.
2. Dideh
Dideh merupakan hidangan khas Jawa Timur yang menggunakan darah sapi, kerbau, atau ayam. Darah kemudian dimasak bersama bumbu komplet seperti cabai, bawang, kunyit, lengkuas, serta daun aromatik.
Proses memasaknya mirip rendang, yakni dimasak lama hingga mengental dan berwarna gelap. Masyarakat Minang tradisional memandang hidangan berbahan darah sebagai bentuk penghargaan terhadap hewan yang dikurbankan.
(aau/bai)