7 Kuliner Tradisional Ini Berbahan Dasar Darah Hewan, Pernah Coba?

7 Kuliner Tradisional Ini Berbahan Dasar Darah Hewan, Pernah Coba?

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Kamis, 11 Des 2025 07:01 WIB
Bubur Getih Babi khas Dayak. (TikTok: @norlelaheand67/Instagram: @norlela100)
Foto: Bubur Getih Babi khas Dayak. (TikTok: @norlelaheand67/Instagram: @norlela100)
Balikpapan -

Di beberapa daerah, darah hewan dapat dimanfaatkan menjadi bahan utama dalam proses memasak. Bagi sebagian orang mungkin terdengar ekstrem untuk menyantap darah hewan.

Namun hidangan berbahan dasar darah hewan menjadi warisan budaya turun-temurun pada daerah tertentu. Penggunaan darah hewan dalam masakan sering dikaitkan dengan cara masyarakat memanfaatkan seluruh bagian hewan agar tidak ada yang terbuang, termasuk untuk menciptakan cita rasa yang kuat dan khas.

7 Kuliner Tradisional Berbahan Dasar Darah Hewan

Kalimantan punya makanan khas yang diolah tak biasa, mulai dari metode fermentasi hingga menambahkan darah hewan. Hal ini membuat kuliner Kalimantan bervariasi dan punya rasa yang kuat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi tak cuma Kalimantan, beberapa daerah biasa mengolah darah menjadi hidangan lezat, meski tidak lazim bagi sebagian orang. Hidangan ini biasanya muncul dalam konteks acara adat, pesta keluarga, atau kegiatan berburu.

Budaya ini berkaitan dengan budaya darah hewan bukan hanya dianggap sebagai simbol kedekatan dengan alam atau cara tradisional memanfaatkan seluruh bagian hewan tanpa sisa. Berikut daftarnya, dirangkum dari arsip catatan detikFood dan berbagai literatur:

1. Bubur Getih Babi

Kreator konten bernama bernama Norlela, kerap mengunggah kesehariannya memasak dan menyantap makanan khas daerahnya. Diketahui Norlela merupakan orang asal Dayak Bulusu, Kalimantan Utara.

Dalam akun TikToknya @norlelaheand67, Norlela pernah mengunggah video saat bubur getih babi tengah dimasak. Dalam narasi video, Norlela mengungkap bahwa makanan khas Dayak memang ngeri-ngeri sedap.

Darah hewan yang masih berwarna merah segar terlihat dituang ke bubur yang tengah diaduk dalam kuali. Bubur yang mulanya berwarna putih berubah menjadi coklat gelap.

"Di tempat kami sudah biasa (memasak dengan darah). Sambil menunggu bubur kita masak, daging babi kita tumis dulu supaya nanti bumbunya lebih berasa. Kalau orang Dayak itu memang suka yang berkuah," ucap Norlela dalam videonya. Tim detikKalimantan telah meminta izin untuk mengutip unggahan Norlela.

Ia menggunakan bumbu untuk menumis beberapa di antaranya ada penyedap rasa, serai, dan lada. Norlela kemudian memasukkan tumisan daging babi ke dalam bubur, diikuti dengan darah babi.

Menurutnya, rasa bubur getih babi tidak terasa amis karena bumbu tumisan daging juga kuat. Rasa bubur ini akan mengingatkan kita dengan rasa hati ayam, tak heran jika banyak orang yang suka setelah mencicipinya.

2. Dideh

Dideh merupakan hidangan khas Jawa Timur yang menggunakan darah sapi, kerbau, atau ayam. Darah kemudian dimasak bersama bumbu komplet seperti cabai, bawang, kunyit, lengkuas, serta daun aromatik.

Proses memasaknya mirip rendang, yakni dimasak lama hingga mengental dan berwarna gelap. Masyarakat Minang tradisional memandang hidangan berbahan darah sebagai bentuk penghargaan terhadap hewan yang dikurbankan.

3. Saren

saren atau marusSaren atau marus. Foto: kaskus.co.id

Di Jawa, hidangan olahan darah yang paling dikenal adalah saren, yakni darah ayam atau bebek yang dicampur santan dan bumbu kemudian dikukus hingga menjadi padatan. Bentuknya menyerupai kue atau lontong, yang kemudian dipotong-potong dan digoreng atau dimasak bacem.

Saren memiliki tekstur yang kenyal, gurih, dan sedikit manis jika diolah dengan cara bacem. Saren memiliki nilai nostalgia bagi banyak keluarga Jawa, terutama generasi tua yang terbiasa memasaknya pada masa lampau ketika bahan makanan masih terbatas.

4. Lawar

Lawar (sayuran campur), kuliner khas BaliLawar Bali. Foto: けけゃ/WIkimedia Commons

Lain di Kalimantan, lain di Jawa, lain pula di Bali. Lawar bukan sekadar makanan biasa. Hidangan khas Bali ini menyimpan makna budaya yang dalam, terutama karena sering kali disajikan dalam momen-momen penting seperti upacara adat dan keagamaan.

Lawar dikenal sebagai perpaduan unik antara sayuran, kelapa parut, aneka bumbu khas Bali, daging dan kadang pakai darah hewan. Terdapat beragam jenis lawar yang masing-masing memiliki ciri khas, baik dari segi bahan utama atau warnanya.

Lawar dimaknai sebagai simbol keseimbangan dan keharmonisan. Makanan khas ini selalu menjadi menu wajib oleh masyarakat Bali saat upacara adat dan keagamaan.

Lawar sebetulnya adalah makanan yang bahan utamanya daging cincang, sayuran, base atau bumbu genep (disebut juga bumbu rajang), bumbu tambahan lain sesuai selera (ada yang menambahkan bawang sampai terasi bakar), dan kelapa parut.

Hampir seperti urap Jawa, tapi adapun bedanya yakni kelapa sudah dibakar terlebih dahulu barulah diparut kasar. Namun ada beragam jenis lawar, dinamai sesuai dengan bahan yang digunakannya.

Salah satu jenis lawar yang menggunakan darah ialah lawar plek, yakni lawar yang menggunakan daging dan darah mentah alias getih. Daging dan darah yang dipakai umumnya dari hewan babi.

Lawar merah yang menggunakan darah itu, biasanya dihidangkan pada Hari Raya Galungan atau Odalan, perayaan ulang tahun pura.

5. Kinuday

Masyarakat Minahasa memiliki hidangan berbahan darah yang dikenal sebagai kinuday. Biasanya dibuat dari darah babi yang dicampur daging cincang, jeroan, serta berbagai bumbu khas Minahasa seperti daun pandan hutan, bawang, jahe, dan rica.

Kinuday sering disajikan sebagai pelengkap hidangan Minahasa lain seperti RW atau babi rica. Dalam tradisi setempat, kehadirannya menambah kekayaan rasa pada perjamuan keluarga.

6. Olahan Darah di Batak

Gurih Berempah! Ini 5 Saksang Babi Enak di Jakarta yang Banyak DigemariSaksang babi. Foto: Istimewa

Dalam budaya Batak, darah hewan memiliki fungsi kuliner sekaligus ritual. Hidangan seperti saksang secara tradisional menggunakan darah babi atau darah anjing untuk memberikan warna gelap dan rasa gurih alami.

Hidangan lain seperti B2 gota juga menggunakan darah sebagai komponen utama dalam kuah atau tumisan. Dalam pesta adat, hidangan berbahan darah menjadi simbol penghormatan terhadap leluhur dan bagian dari tata cara tradisi.

7. Olahan Darah di Papua

Dalam komunitas adat di Papua Pegunungan, darah dari hewan buruan sering digunakan sebagai bagian dari proses memasak. Darah biasanya dicampur ke dalam kuah atau dijadikan bahan panggang bersama daging babi atau hewan liar.

Cara ini tidak hanya meningkatkan rasa, tetapi juga menjaga nilai gizi. Selain sebagai hidangan sehari-hari dalam konteks perburuan, olahan darah juga muncul pada upacara adat tertentu.

Nah, itulah tadi 7 kuliner yang menggunakan darah sebagai bahan masakannya. Apakah kamu pernah mencoba?

Halaman 2 dari 2
(aau/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads