7 Masakan Tradisional dari Pulau Kalimantan, Sajian Sedap nan Unik

7 Masakan Tradisional dari Pulau Kalimantan, Sajian Sedap nan Unik

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Kamis, 04 Sep 2025 07:01 WIB
Seorang pedagang mengukus Choi Pan di Kedai Sakkok di Singkawang, Kalimantan Barat, Minggu (16/2/2025). Choi Pan kukus Sakkok yang terbuat dari tepung beras yang berisi tiga pilihan varian seperti bengkuang, kucai dan rebung yang dijual seharga Rp2.500 per buah tersebut menjadi salah satu kuliner unggulan khas Singkawang sejak 34 tahun lalu. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/YU
Pedagang choi pan. Foto: Antara Foto/Jessica Wuysang
Balikpapan -

Pulau Kalimantan bukan hanya dikenal dengan hutan tropisnya yang luas dan budaya yang kaya, tetapi juga memiliki warisan kuliner tradisional yang tak kalah menarik. Setiap suku dan daerah di Kalimantan menghadirkan masakan khas dengan cita rasa unik yang dipengaruhi oleh alam sekitarnya, mulai dari hasil hutan, sungai, hingga rempah-rempah lokal.

Sajian tradisional dari pulau ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta kuliner nusantara. Masakan khas Kalimantan menawarkan kelezatan yang berbeda dari daerah lain di Indonesia.

Ada yang dimasak dengan cara tradisional menggunakan bambu, ada pula yang mengandalkan bumbu sederhana namun menghasilkan rasa yang kuat dan otentik. Makanan ini bukan sekadar hidangan, tetapi juga cerminan tradisi dan kearifan lokal masyarakat Kalimantan yang masih terjaga hingga kini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

7 Masakan Tradisional dari Pulau Kalimantan

Makanan tradisional Indonesia bukan cuma kaya jenis, tapi juga kaya rasa. Tiap masakan punya ciri khas budaya masing-masing sesuai dengan daerah asalnya.

Makanan tradisional dari Pulau Kalimantan bisa dibilang tak cuma sedap, tapi juga unik. Salah satu menunya bahkan ada juga lho, yang perlu tahap fermentasi. Berikut daftarnya, dirangkum dari beragam literatur:

1. Pekasam/Bekasam

Pekasam IkanPembuatan pekasam ikan. Foto: dok. detikFood/Sudirman Wamad

Makanan khas Kalimantan dan Sumatera Selatan ada produk fermentasi yang dikenal sebagai pekasam dan atau bekasam. Produk fermentasi ini berbahan dasar ikan segar air tawar, seperti sepat rawa, seluang, ikan nila, ikan mas, ikan gabus, atau ikan mujair.

Sebelum difermentasi, ikan tidak dimasak sama sekali hanya saja dibersihkan dan dibuang isi perutnya. Setelah siap dikonsumsi, pekasam atau bekasam akan digoreng, ditumis, ataupun dimasak kuah untuk disantap bersama nasi.

Pekasam merupakan makanan khas masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan yang mayoritas Muslim, sehingga bisa dipastikan bahan utamanya menggunakan ikan. Di beberapa daerah juga punya hidangan sejenis pekasam namun dengan nama berbeda.

Di setiap daerah punya penyebutan dan media mengolah yang berbeda, sehingga rasa ikannya juga akan berbeda. Di Dayak Bulusu dan Okolod hidangan serupa itu disebut tamba, di suku Dayak Ngaju menyebut fermentasi ikan namanya wadi. Sementara di Banjar, Kalimantan Selatan disebut pekasam.

Dirangkum dari laman Pemerintah Kalimantan Tengah dan buku Budaya Makan dalam Perspektif Kesehatan oleh Toto Sudargo dkk, dijelaskan bahwa olahan ikan fermentasi tradisional mulanya dikenal dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Proses pembuatannya melibatkan penggaraman kering dalam kadar tinggi dan dilakukan dalam wadah tertutup.

Hasil akhirnya adalah ikan berwarna kehitaman dengan rasa asin dan asam yang khas, serta aroma kuat dari proses fermentasi. Proses ini berlangsung secara alami tanpa tambahan mikroorganisme, cukup dengan garam berkadar tinggi. Sejak lama, masyarakat Banjar sudah membuat pekasam sebagai cara untuk menyimpan ikan agar tahan lama.

2. Nasi Bekepor

nasi bekepornasi bekepor Foto: istimewa

Nasi bekepor adalah makanan khas Kalimantan Timur yang merupakan warisan Kerajaan Kutai Kertanegara. Cara membuatnya adalah dengan mencampurkan nasi setengah matang dengan bumbu rempah, daun kemangi, cabai, perasan jeruk nipis, minyak sayur, dan potongan ikan asin dalam sebuah kuali besar. Nasi bekepor paling enak dengan tambahan sambal raja.

Nasi bekepor adalah sajian khas Kerajaan Kutai yang dulunya hanya dinikmati oleh kalangan bangsawan. Kini, siapa pun bisa mencicipi kenikmatannya, baik di tanah Kalimantan maupun dari dapur sendiri.

Nasi bekepor merupakan salah satu nasi gurih yang dimasak dengan daun salam dan daun pandan, kemudian dicampur dengan suwiran ikan asin, daun kemangi, dan perasan jeruk nipis. Yang menjadikannya istimewa adalah nasi ini disajikan bersama sambal raja, sambal aromatik khas Kutai yang berpadu dengan sayuran goreng dan lauk-pauk tradisional.

Nama 'bekepor' berasal dari cara memasaknya di zaman dahulu, yaitu dimasak dalam kuali logam besar, kemudian 'diputar' perlahan di atas bara sambil melantunkan selawat. Tradisi ini dilakukan oleh perempuan kerajaan saat menjelang hajatan atau perayaan penting. Hidangan ini kemudian menjadi sebuah tradisi spiritual, sekaligus lambang kehormatan bagi tamu.

Di lingkungan keluarga, nasi bekepor juga punya makna khusus. Ungkapan 'masih makan sekenceng' (satu piring) menjadi nasihat orang tua saat anak-anak bertengkar, sebagai simbol persatuan dan kekeluargaan. Filosofinya dalam sekali suapan: nasi yang hangat, asin gurih dari ikan, harum kemangi, dan segarnya sambal, semuanya bercampur jadi satu rasa yang utuh dan seimbang.

Hingga kini, nasi bekepor tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan kuliner Kalimantan Timur, disajikan dalam berbagai acara adat dan keluarga, serta menjadi daya tarik wisata kuliner bagi para pelancong.

3. Chai Kwe

chai kwe dumpling khas pontianakchai kwe dumpling khas pontianak Foto: detikfood

Chai kwe adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari Kalimantan Barat, terutama Pontianak dan Singkawang. Makanan akulturasi Tionghoa ini memiliki arti kue yang berisi sayuran.

Makanan ini berbahan dasar tepung beras yang dibentuk menjadi kulit putih yang sangat tipis, kemudian diisi dengan berbagai tumisan sayur berbumbu ebi.

Isian sayurnya antara lain bengkuang, rebung, talas, kacang hijau, atau kucai. Sayuran ini diserut atau diparut hingga halus, sehingga akan terasa lembut saat digigit.

Chai kwe disebut juga dengan choi pan, adalah makanan dari Kalimantan yang banyak terpengaruh budaya Tiongkok. Dirangkum dari laman Kementerian Pariwisata, dalam bahasa Hakka, choi pan berarti kue berisi sayuran dengan arti kata sayur (choi) dan kue (pan).

Choi pan disebut juga chai kue yang menurut bahasa Tiochiu artinya kurang lebih sama. Claudia Kaunang dalam buku berjudul 101 travel tips & stories Indonesia Volume 2 menjelaskan, choi pan agak mirip dengan dimsum.

Namun, kulit choi pan lebih tipis dari kulit dimsum. Choi pan umumnya berisi bengkoang dan lobak manis, dengan bagian atas kulitnya diolesi minyak bawang putih goreng cincang.

Sebagai pelengkap, choi pan biasanya dinikmati dengan taburan bawang putih goreng dan saus cabe spesial. Sepintas bentuk choi pan mirip dengan pastel atau kroket, tetapi jika pastel dan kroket harus digoreng terlebih dahulu, maka choi pan harus dikukus sebelum disajikan.

4. Kalumpe

Kalumpe. Foto: laman Media Center KaltengKalumpe. Foto: laman Media Center Kalteng

Kalumpe adalah makanan khas Dayak, Kalimantan Tengah. Makanan ini berbahan dasar daun singkong yang ditumbuk halus menggunakan lesung, ditambah terung pipit dan dimasak ke dalam air, santan dan rempah-rempah.

Kalumpe diolah dengan cara menumbuk daun singkong hingga halus yang dicampur dengan terong kecil atau terong pipit, ditambah dengan bumbu bawang merah, bawang putih, serai, dan lengkuas yang sudah dihaluskan. Makanan ini cocok disajikan dengan sambal terasi dan ikan asin.

Kalumpe/karuang yaitu sayuran yang terbuat dari daun singkong yang telah ditumbuk hingga halus. Istilah Kalumpe digunakan dalam bahasa Dayak Maanyan, sedangkan Karuang digunakan dalam bahasa Dayak Ngaju.

5. Soto Banjar

Gurih Nikmat Soto Banjar Racikan Orang Banjar AsliSoto Banjar. Foto: detikcom/Riska Fitria

Soto banjar adalah makanan khas suku Banjar, Kalimantan Selatan. Soto ini terdiri dari nasi dan kuah. Rempah-rempah yang digunakan seperti biji pala, cengkeh, dan kayu manis. Ada pula yang menambahkan beberapa butir kapulaga. Daging yang digunakan adalah daging ayam.

Jika dirunut dari sejarahnya, tidak banyak yang tahu asal usul soto Banjar. Hidangan ini dibuat dengan resep turun temurun. Namun konon, soto Banjar disebut berasal dari tentara Demak yang membawa soto ini ke Kalimantan Selatan. Tetapi bagaimanapun sejarahnya, soto Banjar sukses membuat banyak orang ketagihan dengan rasanya yang gurih berempah.

Soto Banjar memiliki rasa yang gurih sedap. Meskipun saat ini, soto Banjar sedikit mengalami perubahan karena banyak yang menyajikannya dengan kuah keruh. Karena ditambahkan susu dalam kaldunya.

Jangan mencari nasi ketika sedang menikmati soto Banjar karena hidangan ini disajikan dengan potongan ketupat. Ketupat bisa dihidangkan langsung dengan dicampur soto ataupun di pisah.

6. Lawa

Lawa. Foto: laman Perpustakaan Budaya Digital IndonesiaLawa. Foto: laman Perpustakaan Budaya Digital Indonesia

Lawa adalah makanan khas dari Kalimantan Utara, terutama daerah Bulungan. Makanan ini berbahan dasar sayuran seperti timun atau rumput laut yang dibumbui kelapa sangrai dan udang galah. Masyarakat kadang mengganti udang dengan kerang. Makanan ini cocok sebagai hidangan pembuka.

Sajian yang dinamakan lawa ini menyerupai urap. Ada dua versi yang terpopuler, yaitu yang menggunakan rumput laut putih segar (lawa gamai) dan yang menggunakan mentipun (lawa timun). Hidangan ini dikenal sebagai masakan khas Kesultanan Bulungan, Kalimantan Utara.

7. Gence Ruan

gence ruangence ruan Foto: Istimewa

Kalau kamu berkunjung ke Kalimantan terutama wilayah Kutai, jangan lewatkan kesempatan mencicipi gence ruan. Ialah hidangan ikan bakar yang kaya akan cita rasa dan sejarah.

Gence ruan adalah hidangan khas dari Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, yang berupa masakan rica-rica berbahan dasar ikan gabus. Pada buku Ragam Lauk-Pauk Kalimantan dan Sulawesi oleh Murdijati-Gardjito dkk, dijelaskan kata 'ruan' merujuk pada ikan haruan, sebutan lokal untuk ikan gabus.

Sementara kata gence yang punya pelafalan huruf 'e' seperti pada kata tempe, adalah istilah untuk bumbu atau rempah khusus yang digunakan dalam masakan ini. Gence adalah jenis sambal goreng yang dituangkan di atas ikan bakar.

Hidangan ini pernah menjadi bagian dari jamuan di Istana Kutai Kartanegara pada masa lalu. Berbeda dari olahan ikan bakar pada umumnya, gence ruan disajikan sebagai lauk berupa ikan gabus yang dibakar lalu disiram dengan sambal bertekstur kasar, bukan sambal halus.

Ikan gabus dibakar tanpa membersihkan sisiknya hingga berwarna kehitaman, yang justru menambah kesan kuat dan berani dari tampilannya. Cita rasa menu ini cenderung manis dengan sentuhan asam ringan, dan paling nikmat jika disantap bersama nasi putih hangat.

Proses memasaknya dimulai dengan membakar atau menggoreng ikan gabus terlebih dahulu, kemudian disiram dengan sambal tumis bertekstur kasar yang terbuat dari campuran bawang merah, bawang putih, cabai, dan berbagai rempah lainnya. Perpaduan bahan tersebut menghasilkan rasa yang khas, yakni perpaduan pedas, asam, dan manis.

Biasanya, gence ruan dihidangkan saat beseprah, dalam bahasa Kutai artinya makan bersama sambil duduk bersila di atas tikar. Sebagai pelengkap, ada nasi putih, pirik cabek (sambal) ikan asin, botok, semor, bubur, sanga ubi (ubi goreng), hingga jajanan khas Kutai seperti putu labu, serabai, untuk-untuk, roti gembong.

Halaman 2 dari 2
(aau/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads