Warkop Tuli 21, Warkop Inklusif Bagi Teman Tuli Di Palangka Raya

Warkop Tuli 21, Warkop Inklusif Bagi Teman Tuli Di Palangka Raya

Ayuningtias Puji Lestari - detikKalimantan
Kamis, 19 Jun 2025 17:01 WIB
Goldia (kiri) sedang berbicara menggunakan bahasa isyarat dengan teman tulinya.
Goldia (kiri) dengan teman tulinya. Foto: Ayuningtias Puji Lestari/detikKalimantan
Palangka Raya -

Sosok perempuan tuli bernama Goldia Syahragasi (26) pernah bermimpi menciptakan ruang inklusif yang nyaman dan aman bagi para teman tuli. Mimpi ini akhirnya terwujud lewat Warkop Tuli 21.

Melalui wawancara tertulis, Goldia bercerita telah mendirikan Warkop Tuli 21 pada akhir 2024. Warung kopi ini membuat para teman tuli tidak berbeda dari pengunjung lainnya.

Goldia sengaja memilih nama Warkop Tuli agar orang-orang langsung tahu bahwa pemiliknya seorang tuli. Sedangkan angka 21 merujuk dari lokasi warkop itu sendiri, yakni di Jalan Kapten Piere Tendean nomor 21, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, tepat di samping Jembatan Kahayan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Aku membuat kafe ini menjadi ruang yang inklusif agar masyarakat mengenal, menghargai keberagaman, bisa berdiskusi dan bisa ngobrol dengan bahasa isyarat," tulis Goldia saat dijumpai di Warkop Tuli 21, Kamis (19/6/2025).

Menurut Goldia, selama ini kafe-kafe umum belum banyak yang bisa menerima keberadaan teman tuli. Sempat Goldia dan teman tulinya berkunjung ke sebuah kafe, saat ia berbicara dengan bahasa isyarat, pandangan para pengunjung lain langsung tertuju padanya.

"Kalo di luar mereka masih sering tidak terima, sering mendiskriminasi sambil tertawa, saya tidak nyaman," terangnya.

Goldia (kiri) sedang berbicara menggunakan bahasa isyarat dengan teman tulinya.Goldia (kiri) sedang berbicara menggunakan bahasa isyarat dengan teman tulinya. Foto: Ayuningtias Puji Lestari/detikKalimantan

Berawal dari keresahan itulah ia kemudian membuka Warkop Tuli 21. Uniknya, warkop tersebut masih menjadi satu-satunya warkop yang mengakomodir teman-teman tuli di Palangka Raya.

"Tidak sama dengan kafe yang lainnya, karena belum ada kafe tuli sama sekali disini," ujarnya.

"Di sini mereka bisa ngobrol dan nongkrong dengan bahasa isyarat sendiri. Mereka merasa ini seperti rumah tanpa diskriminasi dan tidak takut diganggu," terangnya.

Goldia sendiri merupakan sosok perempuan yang tangguh nan mandiri. Selain membuka usaha Warkop Tuli 21, ia juga bekerja di salah satu kafe yang ada di Palangka Raya.

"Saya perempuan harus mencari pekerjaan yang layak sama seperti mereka orang-orang normal, setara!," tegasnya.

Next: Siapa sosok di balik ketangguhan Goldia?

Di balik sikap optimisnya, orang tua Goldia memang sudah menanamkan rasa percaya diri sejak kecil. Ibu Goldia, Susi Idawati menerangkan bahwa sejak kecil Goldia sering diajak bertemu banyak orang.

"Sejak kecil dia selalu saya bawa kemana-kemana. Saya juga ajak dia di forum-forum resmi, jadi biar dia lihat orang rapat, orang berdiskusi, orang butuh disiplin, dia melihat sendiri," ujar Susi.

Diketahui, ibu Goldia sendiri merupakan Sekretaris di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Palangka Raya.

Susi berkomitmen untuk tidak membeda-bedakan Goldia dengan saudara-saudaranya. Goldia sendiri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

"Saya dan suami berkomitmen bahwa apapun tidak boleh kita beda-bedakan, semua anak kita setara," pungkas Susi.

Debi, pengunjung Warkop Tuli 21 yang juga teman tuli, ia bisa menjadi diri sendiri saat nongkrong di warkop tersebut.

"Saya bisa aman menggunakan bahasa isyarat di sini," ungkapnya.

Halaman 2 dari 2
(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads