Seekor bayi orangutan dipelihara secara ilegal di area Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Sayan, Desa Riam Dadap, Kecamatan Hulu Sungai, Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar). Kini, orangutan jantan tersebut sudah dievakuasi dan mendapat perawatan di pusat rehabilitasi.
Ketua Umum Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Silverius Oscar Unggul menerangkan orangutan ini awalnya dipelihara oleh seorang penambang bernama Hendro selama kurang lebih satu bulan. Primata tersebut diberi nama Randy dan diperkirakan berusia sekitar 2 tahun.
Selama dipelihara Hendro, Randy ditempatkan dalam kandang sempit berukuran sekitar 120 x 50 x 50 cm dan hanya diberi makan pisang, umbut, roti, dan air putih.
"Hendro mengaku menemukan bayi orangutan ini sendirian di area hutan dekat pertambangan," kata Unggul, Rabu (26/11/2025).
Unggul mengungkapkan saat itu Hendro sempat berencana menjual Randy. Namun setelah diberi tahu oleh warga mengenai ancaman hukum dan kewajiban menyerahkan satwa dilindungi, Hendro akhirnya melapor ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar.
"Hendro lapor ke BKSDA untuk menyerahkan orangutan tersebut," kata Unggul.
BKSDA Kalbar melalui Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang bersama YIARI kemudian berkolaborasi untuk mengevakuasi orangutan tersebut secepat mungkin. Mengingat lokasi penemuan berada di kawasan PETI, area yang kerap berpotensi menimbulkan konflik satwa akibat kerusakan habitat.
Respons cepat ini dilakukan untuk mengurangi risiko keselamatan satwa, mengingat bayi orangutan sangat rentan terhadap stres, malnutrisi, dan potensi penyakit menular di lingkungan tidak layak.
"Kami menghargai warga yang bersedia menyerahkan Randy. Kesadaran masyarakat untuk melapor dan menyerahkan satwa dilindungi merupakan kontribusi nyata bagi upaya pelestarian orangutan," ucapnya.
Simak Video "Ikut Main Barongsai Seru bersama Artis di Pontianak "
(des/des)