Pemindahan 2 Orang Utan di Ketapang, Pakai Senapan Bius dan Jaring Pengaman

Pemindahan 2 Orang Utan di Ketapang, Pakai Senapan Bius dan Jaring Pengaman

Ocsya Ade CP - detikKalimantan
Selasa, 11 Nov 2025 13:17 WIB
Induk dan anak orang utan memasuki area perkebunan warga di Desa Tempurukan, Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Untuk menjamin keselamatan orang utan sekaligus mengurangi potensi konflik antara manusia dan satwa liar, sejumlah pihak melakukan translokasi.
Proses pemindahan 2 orang utan di Ketapang/Foto: Istimewa (dok YIARI)
Ketapang -

Induk dan anak orang utan memasuki area perkebunan warga di Desa Tempurukan, Kecamatan Delta Pawan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Untuk menjamin keselamatan orang utan sekaligus mengurangi potensi konflik antara manusia dan satwa liar, sejumlah pihak melakukan translokasi.

Ketua Umum Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Silverius Oscar Unggul menegaskan translokasi ini merupakan langkah penting yang harus ditempuh demi keselamatan orang utan sekaligus keamanan masyarakat..

"Langkah ini merupakan win-win solution yang menguntungkan semua pihak. Translokasi ini bukan hanya untuk menjamin keselamatan orang utan, tapi juga untuk meminimalkan kerugian warga. Selain itu, hasil pengamatan tim menunjukkan bahwa kawasan tersebut sudah mengalami degradasi dan fragmentasi habitat yang parah akibat konversi lahan hutan ke perkebunan dan encroachment di kawasan hutan," kata Oscar dalam keterangan yang diterima detikKalimantan, Selasa (11/11/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Translokasi orang utan tersebut merupakan kolaboratif antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, YIARI, dan PT Hutan Kencana Damai (HKD). Dua orang utan ini sebelumnya beberapa kali dilaporkan memasuki area perkebunan karet warga dan juga memakan buah-buahan seperti cempedak.

Menanggapi laporan itu, tim WRU BKSDA Kalimantan Barat dan tim Orangutan Protection Unit (OPU) YIARI segera melakukan verifikasi di lapangan. Hasil pemantauan menunjukkan konflik manusia-orang utan di lokasi tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan serius.

"Oleh karena itu, tim memutuskan untuk mentranslokasikan orang utan ini ke lokasi yang lebih aman," ujar Oscar.

Proses Pemindahan 2 Orang Utan

Menilik pentingnya upaya translokasi, tim gabungan bergerak ke lokasi yang berada di Desa Tempurukan untuk melakukan evakuasi pada Sabtu (8/11). Tim YIARI menggunakan senapan bius untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan, baik bagi satwa maupun tim di lapangan.

Dosis obat bius dihitung secara cermat oleh dokter hewan YIARI berdasarkan ukuran dan perkiraan berat badan orang utan. Proses pembiusan tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan dilakukan petugas yang telah memiliki surat izin resmi untuk menggunakan senapan bius dalam penanganan satwa liar.

Setelah dua orang utan terbius dan jatuh dengan lembut ke jaring yang sudah disiapkan, tim medis melakukan pemeriksaan kondisi fisik orang utan ini. Hasil pemeriksaan menunjukkan dua orang utan induk-anak itu dalam kondisi sehat dan bisa langsung ditranslokasikan.

"Setelah melakukan pemeriksaan, tim langsung berangkat menuju kawasan Hutan Kencana Damai untuk proses translokasi. Kawasan ini merupakan hutan terdekat yang masih satu hamparan dengan lokasi di mana orang utan ini diselamatkan," jelas Oscar.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, dua orang utan berhasil ditranslokasikan di dalam kawasan dengan melibatkan masyarakat setempat untuk membantu membawa orang utan masuk lebih jauh ke dalam hutan. Ketika dilepaskan, dua orang utan ini menunjukkan respons positif, bergegas bergerak menjauh, dan menunjukan perilaku liar, menandakan kesiapannya untuk kembali hidup bebas di alam.

Harapan dari Translokasi Orang Utan

Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Murlan Dameria Pane menambahkan translokasi adalah salah satu bentuk upaya penyelamatan satwa liar untuk meminimalkan interaksi negatif antara satwa liar dan manusia.

"Kondisi yang diharapkan tentunya terwujudnya harmoni kehidupan antara manusia dengan satwa liar dan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan pemahaman dan kerja sama semua pihak," tutupnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Walhi: Perdagangan Karbon Bukan Jalan Utama Atasi Krisis Iklim"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads