Warga Belalung, Tarakan Utara, mengeluhkan dampak dugaan pencemaran lingkungan yang diduga berasal dari aktivitas PT Phoenix Resources Indonesia (PT PRI), perusahaan bubur kertas. Menurut mereka, lahan di sekitar perusahaan semakin tidak produktif.
Tim detikKalimantan mendatangi langsung ladang milik seorang pekebun bernama Jamhari, Sabtu (7/9). Di ladang milik warga Karang Rejo, Tarakan Barat itu, kerusakan terlihat pada tanaman akibat genangan air yang diduga tersumbat.
Sejumlah tanaman keras seperti pohon kelapa, rambutan, cempedak, dan durian di area dekat aliran air tampak tidak sehat. Batang pohon kelapa menghitam, daun gugur, hingga banyak pohon yang mati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bagian belakang kebun, meski tanaman tampak rindang, Jamhari mengaku pohon-pohon tersebut sudah lama tidak berbuah. Bedengan bekas tanaman lunak seperti jagung, lombok, dan tomat juga ditinggalkan karena tanah tidak lagi subur akibat genangan air yang berkepanjangan.
"Dulu hasil panen bisa capai Rp 5 juta per musim, tergantung jenis tanaman," beber Jamhari kepada detikKalimantan, Sabtu (8/9/2025).
Namun, sejak ada pabrik kertas di dekatnya pada 2023, kondisi berubah. Air kerap tergenang berhari-hari, membuat tanaman gagal tumbuh. Sekitar 50 persen tanaman di bagian depan kebun disebut sudah rusak atau mati. Pohon kelapa, kata dia, bahkan menghitam dan buahnya rontok sebelum matang.
"Dulu air mengalir lancar, sekarang tergenang berhari-hari. Tanaman seperti jagung dan lombok tidak bisa tumbuh, pohon keras pun banyak yang mati," ujarnya.
Jamhari menambahkan, sekitar 20 warga lain di wilayah tersebut juga mengalami hal serupa. Banyak yang meninggalkan kebun karena sudah tak bisa diandalkan lagi. Warga menuntut perusahaan bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang menyebabkan gagal panen.
"Dulu bisa panen ratusan ribu sampai jutaan, sekarang nol. Kami ingin kebun kami kembali subur, air harus mengalir lancar. Kalau terbukti ada pencemaran, perusahaan harus ganti rugi tanaman yang rusak," tegas Jamhari.
Menanggapi hal ini, Humas PT PRI Eko Wahyudi mengaku pihaknya sudah meninjau lokasi bersama warga. Ia menyebut ada pendangkalan dan tumpukan sampah yang menghambat aliran air.
"Hari ini kami kerahkan alat long arm untuk normalisasi saluran agar air bisa mengalir dan surut lebih cepat," ujar Eko saat ditemui di ruang tamu PT PRI, Senin (8/9/2025).
Soal dugaan pencemaran, Eko membantah jika limbah perusahaan menjadi penyebab tanaman warga mati. Eko menegaskan PT PRI siap duduk bersama warga untuk mencari solusi.
"Kalau pencemaran, pasti semua tanaman mati rata, tidak hanya di beberapa titik. Ini lebih karena genangan air. Nipah di dekat lokasi masih hidup, berbunga, jadi saya kira bukan limbah," jelasnya.
Simak Video "Video: Pangdam Mulawarman Bicara Penyebab Anggota TNI Serang Mapolres Tarakan"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
