Sri Lanka Kagumi Cara Alami Desa Liagu Bulungan Kelola Mangrove

Sri Lanka Kagumi Cara Alami Desa Liagu Bulungan Kelola Mangrove

Oktavian Balang - detikKalimantan
Kamis, 28 Agu 2025 20:32 WIB
Kunjungan Sri Lanka ke Desa Liagu, Bulungan, Kaltara untuk belajar mengelola mangrove secara alami.
Kunjungan Sri Lanka ke Desa Liagu untuk belajar mengelola mangrove secara alami. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Bulungan -

Desa Liagu, Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, mendadak jadi sorotan internasional. Delegasi Sri Lanka datang langsung ke desa terpencil ini untuk belajar cara Indonesia mengelola mangrove secara alami.

Berdasarkan pantauan detikKalimantan, para delegasi dari Kota Tarakan dibawa ke tambak Desa Liagu menggunakan speedboat selama 45 menit. Tiba di tambak, mereka mendengarkan penjelasan mendetail mengenai Ecological Mangrove Restoration (EMR).

Kemudian, mereka kembali naik speedboat untuk menebar benih mangrove dengan cara melemparkannya ke area EMR tanpa penanaman langsung, sebagai bagian dari metode restorasi yang inovatif.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka juga melakukan penanaman mangrove secara simbolis untuk menegaskan komitmen terhadap pelestarian ekosistem pesisir. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Desa Liagu selama 15 menit.

Sesampainya di desa, suasana berlangsung hangat dengan sambutan meriah berupa tabuhan rebana, penampilan anak-anak kecil berpakaian adat, dan tarian tradisional. Para tamu juga disuguhi aneka hidangan khas berbahan hasil alam Desa Liagu serta berbagai produk lokal menarik lainnya.

Wakil Sekretaris Bidang Lingkungan Pembangunan Sri Lanka, Dr RDS Jayathunga, mengaku kagum dengan metode rehabilitasi mangrove di Liagu.

"Ini pengalaman yang sangat bagus. Di Sri Lanka kami biasa menanam manual, tapi di sini kami belajar metode alami dengan menyebar benih sesuai kondisi ekologi. Kami akan mencoba cara ini di Sri Lanka," ucap Jayathunga.

Ia menambahkan, 25 delegasi Sri Lanka datang ke Liagu untuk melihat langsung praktik Ecological Mangrove Restoration (EMR). Mereka berharap pengalaman ini bisa menjadi rencana aksi nasional di negaranya.

Kunjungan Sri Lanka ke Desa Liagu, Bulungan, Kaltara untuk belajar mengelola mangrove secara alami.Sambutan warga Desa Liagu untuk delegasi Sri Lanka yang ingin belajar mengelola mangrove secara alami. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Harapan Warga

Kepala Desa Liagu, Buhari Walmuslim, menyebut kunjungan internasional ini menjadi kebanggaan warganya yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.

"Kami sangat bersyukur. Harapannya pemerintah kabupaten dan provinsi terus mendukung agar Liagu bisa berkembang. Mayoritas penduduk kami nelayan, sekitar 97 persen," ujarnya kepada awak media di Desa Liagu.

Liagu yang dihuni sekitar 600 jiwa ini berada di pesisir terjauh Kecamatan Sekatak. Akses utama hanya lewat laut dengan waktu tempuh 1,5 jam. Buhari berharap pemerintah segera membuka jalan darat untuk memperlancar konektivitas.

"Kalau jalan darat sudah terbuka, itu jadi harapan terbesar bagi desa kami," katanya.

Selain mangrove, warga Liagu juga masih menghadapi keterbatasan infrastruktur. Saat ini listrik mengandalkan PLTS bantuan 2016, sedangkan internet sudah menggunakan Starlink.

"Harapan kami sederhana, akses jalan darat, listrik, dan jaringan lebih baik. Kalau itu ada, ekonomi desa pasti berkembang," ujar dia.


Kunjungan Sri Lanka ke Desa Liagu, Bulungan, Kaltara untuk belajar mengelola mangrove secara alami.Kunjungan Sri Lanka ke Desa Liagu, Bulungan, Kaltara untuk belajar mengelola mangrove secara alami. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan

Indonesia Pemimpin Dunia Mangrove

Direktur Rehabilitasi Mangrove Kementerian Kehutanan, Dr Ristianto Pribadi, menjelaskan Indonesia kini menjadi rujukan global dalam pengelolaan mangrove.

"Kami tidak lagi sekadar menanam, tapi mengembalikan tata air agar mangrove tumbuh alami. Indonesia ingin lead by example, menjadi pemimpin dunia dalam rehabilitasi mangrove," kata Ristianto.

Menurutnya, Kalimantan Utara dipilih karena memiliki salah satu ekosistem mangrove terbesar di Indonesia. Saat ini ada sekitar 130 ribu hektare mangrove yang berubah menjadi tambak. Pemerintah menargetkan rehabilitasi 20 ribu hektare dalam setahun melalui proyek bersama Bank Dunia, Jerman, dan lembaga internasional lainnya.

"Indonesia punya 3,44 juta hektare mangrove atau 23 persen dari total dunia. Kalau dikombinasikan dengan ASEAN, totalnya bisa sampai 40 persen. Ini modal besar untuk mitigasi krisis iklim," jelasnya.

Sebagai informasi, Sebanyak 25 anggota delegasi Pemerintah Sri Lanka, yang terdiri dari pejabat tingkat nasional dan provinsi, mengunjungi Desa Liagu di Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, pada Kamis, 28 Agustus.

Kegiatan ini merupakan bagian pertukaran pembelajaran mengenai rehabilitasi mangrove yang diselenggarakan oleh Global Green Growth Institute (GGGI) dan Wetlands International Indonesia melalui program NASCLIM, bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara.

Kunjungan lapangan ini mempelajari keberhasilan pengembangan plot demonstrasi rehabilitasi mangrove seluas 15 hektare yang dilaksanakan pada 2022-2023 oleh Wetlands International Indonesia pada tambak udang terbengkalai dengan menerapkan metode Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR).

Pendekatan berbasis ilmiah ini menekankan pemahaman menyeluruh terhadap kondisi ekosistem serta upaya mengatasi faktor gangguan yang menghambat regenerasi alami mangrove.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Gemerlap Cahaya di Perayaan Waisak Sri Lanka"
[Gambas:Video 20detik]
(bai/bai)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads