Di berbagai daerah di Nusantara, senjata tradisional tidak hanya dibuat untuk kebutuhan berburu atau berperang, tetapi juga dilengkapi dengan racun alami agar lebih mematikan. Salah satunya adalah sumpit, senjata khas suku-suku di Kalimantan yang terkenal dengan keampuhannya.
Sumpit digunakan untuk melumpuhkan lawan maupun hewan buruan. Agar memastikan musuh betul-betul berhasil dilumpuhkan, rahasianya terletak pada racun yang dioleskan pada ujung anak sumpit.
Racun yang paling dikenal dalam penggunaan sumpit adalah getah dari pohon ipuh. Bagi masyarakat Dayak, ipuh bukan sekadar racun, melainkan bagian dari pengetahuan tradisional yang diwariskan turun-temurun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenal Ipuh
![]() |
Ipuh, ipoh atau upas (Antiaris toxicaria) adalah sejenis pohon anggota suku Moraceae. Pohon ini dikenal sangat mematikan karena getahnya beracun. Pohon ini masih dapat ditemui salah satunya di Hutan Larangan Manis Mata, Kabupaten Ketapang.
Dirangkum dari laman iNaturalist dan Tropical The Ferns, Antiaris adalah genus dalam famili murbei dan ara Moraceae. Dalam bahasa Jawa, pohon ini dikenal sebagai upas (yang berarti 'racun' dalam bahasa Jawa) atau ancar.
Antiaris toxicaria menghasilkan serat dari pepagannya, yang digunakan sebagai bahan pakaian orang zaman dahulu. Karena kayunya mudah terkelupas dan merata, kayu ini umumnya digunakan untuk pelapis kayu.
Kulitnya mengandung konsentrasi tanin yang tinggi yang digunakan dalam pewarnaan dan cat pakaian tradisional. Di Afrika dan Polinesia, serat kulit kayu dipanen dan digunakan untuk membuat kain kulit kayu yang kuat dan kasar untuk pakaian.
Sementara lateks Antiaris toxicaria mengandung kardenolida yang sangat beracun, digunakan untuk melumasi sumpit senjata masyarakat Dayak. Getah ini digunakan sebagai toksin untuk anak panah.
Dalam tradisi Jawa di Indonesia, Antiaris toxicaria dicampur dengan Strychnos ignatii untuk racun anak panah. Pada masa lalu, getah ipuh kerap dimanfaatkan sebagai racun pada ujung panah ketika berperang, maupun sebagai racun sumpit untuk berburu.
Masyarakat pedalaman Kalimantan Barat sempat menggunakan getah dari akar ipuh untuk meracuni ikan. Meski demikian, racun dari akar ipuh sebenarnya tidak terlalu berbahaya jika dipakai untuk menangkap ikan, sebab ikan yang sudah diperoleh akan segera dicuci sebelum dikonsumsi. Saat ini, pemerintah Kalimantan Barat telah menetapkan larangan penggunaan ipuh sebagai racun untuk menangkap ikan.
Ipuh Jadi Racun pada Sumpit
Lalu, apa fungsi getah ipuh? Dirangkum dari buku Etnografi Dayak Punan oleh Pulus Ngau dan Zakeus Daeng Lio serta beragam media lokal setempat, di provinsi Kalimantan Utara ada satu senjata jarak jauh yang sangat terkenal dan khas.
Senjata tersebut adalah sumpit, sumpitan, atau di Kalimantan Tengah disebut sipet. Ialah senjata yang digunakan masyarakat Suku Dayak untuk berperang melawan Belanda dan berburu.
Senjata ini ukurannya tidak besar dan dapat membunuh meski bersuara senyap. Penggunaannya sederhana yaitu dengan cara ditiup. Sumpit atau sipet dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan dibuat dengan cara yang alami. Kini, tradisi manyipet lebih banyak digunakan sebagai perlombaan di Kalimantan.
Dulu, sumpit digunakan untuk mengenai target hingga terbunuh secara perlahan akibat dari racun mematikan yang ada di ujung anak sumpit. Nah, inilah fungsi utama getah ipuh yang berbahaya.
Sebelum pergi berburu, biasanya anak sumpit atau damek harus dioleskan dengan getah Pohon Ipuh dan Iren yang mengandung racun mematikan. Buruan yang terkena anak sumpit atau damek itu akan mati dalam hitungan detik.