Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur tidak hanya menjadi simbol pergeseran pusat pemerintahan, tetapi juga memunculkan tantangan besar dalam menjaga kelestarian ekosistem hutan hujan tropis di sekitarnya. Salah satu langkah yang kini telah diwujudkan adalah pembangunan jembatan satwa di atas jalan tol IKN, sebuah infrastruktur yang memungkinkan satwa melintasi jalan bebas hambatan tanpa terganggu oleh aktivitas manusia.
Jembatan satwa ini tidak hanya menjadi pelengkap infrastruktur hijau di ibu kota baru, tetapi juga menjadi simbol komitmen untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan konservasi alam. Lantas, bagaimana pembangunan jembatan satwa ini berlangsung, dan hewan apa saja yang kemungkinan besar akan melintasinya? Simak penjelasannya melalui artikel berikut ini.
Jembatan Satwa Dibangun di Atas Tol Balikpapan-Sepaku
Jembatan satwa ini dibangun di atas ruas Tol IKN Seksi 3B yang menghubungkan KKT Kariangau-Simpang Tempadung, sebuah bagian penting dari tol sepanjang 27,4 kilometer yang menghubungkan Balikpapan ke Sepaku, kawasan inti pemerintahan IKN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan jembatan ini secara resmi diresmikan pada 23 Mei 2025 oleh Kepala Otorita IKN Bambang Susantono, bersama dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan sejumlah pejabat daerah. Dalam peresmian tersebut, ditegaskan bahwa jembatan ini adalah langkah nyata dalam menghadirkan pembangunan yang tidak mengabaikan kelestarian lingkungan. Proyek ini merupakan bagian dari infrastruktur strategis yang ditargetkan selesai pada Juni 2025 dan menjadi tulang punggung mobilitas di ibu kota baru.
Desain dan Tujuan Pembangunan Jembatan Satwa
Jembatan satwa dibangun dengan panjang lintasan 8,16 meter dan terdiri dari dua jalur berbentuk terowongan yang ditimbun menggunakan mortar busa, sebagai alternatif pengganti tanah. Desain ini ramah lingkungan dan mempertimbangkan kebutuhan alami satwa liar. Proyek ini sendiri dikerjakan oleh PT Waskita Karya dan menelan biaya miliaran rupiah dari APBN, sebagai bagian dari pendekatan pembangunan berkelanjutan di IKN.
Tujuan utama dari pembangunan ini adalah menjaga konektivitas antara area Hutan Lindung Sungai Wein yang terpotong oleh pembangunan jalan tol. Satwa liar seperti orangutan, macan dahan, dan beruang madu yang membutuhkan wilayah jelajah luas dapat berpindah dari satu kawasan hutan ke kawasan lain tanpa harus menyeberang jalan tol yang berisiko tinggi.
Jembatan ini juga bertujuan mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas yang melibatkan satwa dan mencegah potensi konflik antara manusia dan hewan liar. Pembangunan infrastruktur hijau seperti ini menjadi contoh nyata bahwa pembangunan modern dapat berdampingan dengan pelestarian lingkungan.
Satwa yang Diperkirakan Akan Melintas
Dikutip dari jurnal Profil Satwa Liar dan Habitatnya di Kawasan IKN yang diterbitkan oleh Bappenas, wilayah IKN merupakan rumah bagi beragam spesies satwa liar, termasuk yang berstatus dilindungi dan endemik. Ekosistem hutan dataran rendah Kalimantan yang mendominasi kawasan IKN mendukung kehidupan berbagai hewan yang memiliki kebiasaan menjelajah dan bermigrasi.
Berikut adalah beberapa satwa yang diperkirakan akan memanfaatkan jembatan satwa ini:
1. Macan Dahan (Neofelis diardi)
![]() |
Merupakan predator soliter yang lebih aktif pada malam hari (nokturnal) dan sangat lihai memanjat pohon. Hewan ini mengandalkan keberadaan kanopi hutan yang rapat untuk berpindah tempat, berburu, dan berlindung dari ancaman. Dengan tubuh yang fleksibel, ekor panjang sebagai alat keseimbangan, serta cakar tajam, macan dahan mampu bermanuver dengan lincah di antara dahan-dahan tinggi.
Kehadiran jalan tol yang memotong habitat alami bisa menjadi penghalang besar bagi pergerakan mereka. Oleh karena itu, jembatan satwa bervegetasi menjadi solusi penting agar mereka bisa menyeberangi jalan tol tanpa harus turun ke tanah, yang penuh risiko dari kendaraan atau perjumpaan dengan manusia.
2. Bekantan (Nasalis larvatus)
![]() |
Primata endemik Kalimantan yang memiliki ciri khas hidung besar dan panjang pada jantan dewasa. Mereka hidup berkelompok di habitat hutan rawa, hutan mangrove, dan sepanjang tepian sungai.
Bekantan dikenal sebagai perenang andal dan sering berpindah lokasi melalui jalur air. Meski umumnya tidak menjauh dari sungai, perubahan lanskap seperti pembangunan jalan atau pemukiman dapat memaksa mereka mencari area hutan baru yang aman dan masih terhubung dengan sumber makanan dan air.
3. Beruang Madu (Helarctos malayanus)
![]() |
Beruang madu adalah satu-satunya spesies beruang yang hidup di wilayah tropis Asia Tenggara, termasuk Kalimantan. Beruang ini memiliki tubuh relatif kecil dibandingkan spesies beruang lainnya, tetapi sangat aktif dan lincah. Mereka adalah omnivora oportunistik yang mengonsumsi buah-buahan, serangga, madu, hingga hewan kecil.
Satwa ini membutuhkan wilayah jelajah yang luas karena pola makannya yang bervariasi dan kebiasaannya mencari sarang lebah atau buah di berbagai tempat. Mobilitas tinggi yang dimilikinya menjadikan konektivitas hutan sebagai hal penting bagi kelangsungan hidupnya.
Kehadiran jembatan satwa sangat vital untuk memastikan kawanan beruang madu tetap dapat berpindah antarblok hutan tanpa terganggu oleh infrastruktur jalan yang membelah habitat alami mereka.
4. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
![]() |
Merupakan salah satu spesies primata besar yang sangat terancam punah dan hanya ditemukan di pulau Kalimantan. Hewan ini memiliki wilayah jelajah yang luas dan hidup soliter, sehingga hutan adalah kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup mereka.
Fragmentasi habitat akibat pembangunan jalan tol dan infrastruktur lain dapat menghambat pergerakan mereka, memisahkan individu dari kelompoknya, dan membatasi akses ke sumber makanan.
Kehadiran jembatan satwa sangat penting untuk memungkinkan perpindahan aman antarblok hutan serta mencegah meningkatnya konflik antara orangutan dan manusia, khususnya di wilayah dengan tekanan pembangunan tinggi seperti IKN.
Selain hewan-hewan di atas, satwa lain yang juga tercatat dalam jurnal Bappenas dan berpotensi melintasi jembatan ini antara lain kucing merah (Catopuma badia), kijang, dan berbagai spesies reptil dan burung yang menjadi indikator kesehatan ekosistem.
Itu dia sekilas tentang hewan-hewan endemik Kalimantan yang akan merasakan manfaat pembangunan jembatan satwa di IKN. Semoga pembangunan ini dapat menjadi contoh bagi proyek-proyek infrastruktur lainnya di Indonesia dalam mengintegrasikan aspek konservasi ke dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
(des/des)