Chiko Edit Foto Cabul Pakai AI, Korbannya Teman-Guru SMA hingga Rekan Kuliah

Regional

Chiko Edit Foto Cabul Pakai AI, Korbannya Teman-Guru SMA hingga Rekan Kuliah

Tim detikJateng - detikKalimantan
Kamis, 23 Okt 2025 09:03 WIB
Ratusan siswa SMAN 11 Semarang berunjuk rasa seusai upacara bendera, Selasa (20/10/2025).
Ratusan siswa SMAN 11 Semarang unjuk rasa kasus pelecehan siber. Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Seorang pemuda bernama Chiko Radityatama Agung Putra di Semarang, Jawa Tengah, menghebohkan dengan editan foto cabul menggunakan akal imitasi atau AI. Korban Chiko mencapai puluhan orang, mulai dari teman SMA, teman kuliah, hingga guru SMA-nya.

Dilansir detikJateng, kasus ini mencuat hingga ratusan siswa SMA Negeri 11 Semarang menggelar unjuk rasa meminta salah satu alumni mereka itu diproses hukum. Chiko diketahui merupakan lulusan SMAN 11 Semarang dan kini aktif sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip).

Awal Mula Kasus Terbongkar

FA (18), salah satu korban, menceritakan awal mula dia mengetahui aksi Chiko. FA menemukan sebuah akun X yang berisi foto-foto cabul berwajah siswi SMAN 11 Semarang, terlihat dari seragamnya. Kemudian ada wajah yang dikenalnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya teman kami iseng eh malah ketemu akun yang isinya foto teman saya berinisial N. Setelah ditelusuri, banyak juga wajah kami di situ," paparnya, Rabu (22/10/2025).

Temuan ini kemudian dibagikan ke grup alumni. Mereka yang berada di grup mencari tahu siapa pelaku yang tega menyebarkan foto-foto hasil editan tersebut. Identitas penyebarnya pun diketahui lewat tas dan kamar yang terlihat dalam salah satu foto.

"Karena di situ ada foto tas oranye, kita cek yang punya tas oranye Chiko. Kemudian di akun Twitter itu ada dia ngepost foto kelaminnya, teman-teman saya stalking dan bilang 'kok kayak kamarnya Chiko'," bebernya.

FA pun mengaku terkejut karena menurutnya Chiko dikenal sebagai anak yang polos dibandingkan teman-teman mereka yang lain. Namun, jejak digital yang terlihat membuat para korban yakin bahwa pelakunya Chiko. Apalagi setelah itu mereka datang langsung ke rumah Chiko untuk memastikan.

Dari situ, terbongkar juga bahwa teman-teman kuliah Chiko di FH Undip ada yang menjadi korban. Menurut FA, saat Chiko didatangi di rumahnya, Chiko mengaku melakukannya hanya karena gabut dan ingin mencoba AI.

Modus Pelaku

Chiko membuat foto cabul dengan AI berbekal foto-foto para korban yang dipotretnya diam-diam. Chiko juga menggunakan cara mengambil tangkapan layar atau screen shot foto-foto yang ditemukannya di media sosial Instagram.

"Jadi yang dilakukan sama Chiko ini, dia suka nge-screenshot postingan-postingan cewek di Instagram. Terus ada juga beberapa foto dia nge-paparaziin (potret diam-diam)," ungkap FA.

FA sendiri menjadi korban dengan cara difoto diam-diam ketika tidur. FA merupakan siswi yang satu sekolah dengan pelaku ketika SMA. Fotonya diedit menjadi tidak senonoh, kemudian diunggah di akun berisi foto-foto tak senonoh lainnya.

"Kalau aku sendiri ketika tidur di SMA, dia foto diam-diam terus dia jadiin header di akun yang ngepost hal-hal tidak senonoh. Kemudian ada dia ngefoto saya dari samping untuk memperlihatkan dada saya," bebernya.

Korban Capai Puluhan Orang, Foto Ribuan

Menurut FA, foto-foto yang diambil Chiko itu diedit hingga seolah tidak menggunakan busana. Chiko menggunakan teknologi Ai untuk menghasilkan foto tak senonoh tersebut.

"Dia juga ngedit beberapa cewek. Saya lupa tepatnya siapa aja karena ternyata korbannya bukan dari anak SMA saya aja, ada juga anak-anak SMA lain yang saya nggak kenal. Tapi yang saya tahu itu diedit fotonya ke AI, diedit jadi telanjang," paparnya.

Pengacara para korban, Jucka Rajendhra Septeria Handhry, juga mengungkapkan bahwa korban Chiko mencapai puluhan orang. Itu baru yang diketahui. Selain teman-teman sekolah dan kuliah, ada juga foto guru SMA yang diambil ketika guru tersebut hamil. Sementara foto AI yang dihasilkan mencapai ribuan.

"Kalau sampai dengan saat ini yang kami tahu masih sekitar 30-an (orang). Yang telah menunjuk kami sebagai kuasa hukum sudah ada 15 orang," kata Jucka, Rabu (22/10/2025).

"Korban yang sudah didampingi rentang usianya 16/19 tahun. Yang 16 tahun itu yang masih siswi aktif," sambungnya.

Ribuan foto yang dimiliki Chiko itu diunggah ke Google Drive. Jucka menyatakan belum memastikan apakah semua foto itu sudah diedit dan akan disebarluaskan di media sosial.

"Kalau berdasarkan keterangan yang ada, masih ada 1.100 foto di harddisk pelaku. Untuk 1.100 itu kita belum tahu itu bentuknya editan atau apa, karena itu hanya diketahui file Google Drive isinya ada 1.100 foto yang kita belum tahu itu masih mentah atau sudah diedit, dan akankah disebarluaskan kembali atau bagaimana," ujar alumnus SMAN 11 Semarang itu.

Harapan Korban

Sebagai salah satu korban, FA berharap agar Chiko diproses hukum. Awalnya dia mengaku kesulitan melaporkan kasus ini karena merasa dilempar dari satu instansi ke instansi lain.

"Ini pun kali pertama kami mengalami kasus ini, seharusnya kan kami diarahkan meskipun kami juga bukan anak SMA itu lagi, tapi kan setidaknya bantulah kami karena ini menyangkut identitas sekolah," tegasnya.

FA berharap Undip yang kini menjadi tempat Chiko berkuliah pun dapat mengambil tindakan tegas terhadap mahasiswanya. FA dan korban-korban lainnya berharap Chiko bisa dikeluarkan dari kampus.

"Harapan kami di kampus dia bidsa di-DO (drop out) secara tidak terhormat dan juga tidak bisa menempuh pendidikan di kampus-kampus lain, karena yang ditakutkan dia melakukan yang sama. Harapan kami, Chiko bisa dipenjara dan dikeluarkan dari Undip," kata FA.

Kasus ini pun tengah ditangani oleh Polda Jateng. Kabid Humas Polda Jateng Kombes Artanto mengatakan kasus diselidiki oleh Direktorat Siber.

"Penyidik sedang melakukan pemanggilan untuk orang-orang yang berkaitan dengan korban peristiwa ini, baik dari pihak sekolah maupun para korban," jelas Artanto.

Meski identitas dan alamat pelaku sudah diketahui, polisi belum melakukan penangkapan terhadap Chiko. Artanto mengatakan polisi masih fokus pada proses klarifikasi dan pengumpulan barang bukti.

"Pada prinsipnya kan orangnya jelas, alamatnya jelas, dan kita harapkan terduga pelaku ini kooperatif dengan pihak kepolisian. (Kenapa tidak langsung diamankan?) Dari pihak kepolisian harus mengumpulkan alat bukti dulu untuk mendukung proses hukumnya," jelasnya.

Baca selengkapnya di sini.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Siapkah Ekosistem AI Dukung Ekonomi Kreatif Indonesia?"
[Gambas:Video 20detik]
(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads