Polisi Militer (POM) menangkap 4 prajurit TNI di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) buntut meninggalnya Prada Lucky Namo (23). Keempat prajurit itu diduga merupakan pelaku penganiaya Prada Lucky hingga harus dirawat di rumah sakit dan berujung meninggal dunia.
Dilansir detikBali, Dandim 1625 Ngada Letkol Czi Deny Wahyu Setiyawan membenarkan adanya 4 prajurit yang ditangkap. Mereka telah ditahan di ruang tahanan Sub Detasemen Polisi Militer (Subdenpom) Ende.
"Betul, sudah ada (empat prajurit TNI) yang diamankan oleh pihak POM yang terindikasi kuat melakukan penganiayaan hingga korban mengalami trauma berat saat masuk ICU," kata Letkol Deny, Jumat (8/8/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Subdenpom sebelumnya memeriksa sejumlah prajurit yang diduga terlibat penganiayaan terhadap Prada Lucky. Pemeriksaan berlangsung sejak Rabu (6/8) malam. Di hari yang sama, Prada Lucky mengembuskan napas terakhirnya di RSUD Aeramo, Nagekeo.
Deny tidak mengungkap identitas empat prajurit yang telah ditangkap tersebut. Namun, dia menegaskan pihaknya akan mengusut kasus ini secara tuntas dan transparan. Kasus ini bahkan mendapat atensi khusus dari Pangdam IX Udayana. Pangdam memantau langsung jalannya proses penanganan kasus dan penyebab kematian Prada Lucky.
"Yang jelas petunjuk Bapak Pangdam harus transparan dan dipantau langsung oleh Bapak Pangdam IX Udayana," ujar Deny.
Duka Orang Tua
Kematian Prada Lucky menimbulkan luka mendalam di hati orang tuanya. Sang ibu, Sepriana Paulina Mirpey, menangis histeris ketika menjemput jenazah anaknya di Bandara El Tari Kupang, NTT pada Kamis (7/8) pukul 14.02 Wita.
"Aduh bapak e, beta (saya) hancur bapak. Beta punya kebanggaan sonde (tidak) ada lagi," ujar Speriana.
Sementara sang ayah, Serma Christian Namo, murka atas penganiayaan yang menyebabkan kematian anaknya. Christian menuntut agar para pelaku dipecat dari TNI dan dihukum mati.
"Beta (saya) mau lihat tentara punya hebat. Hukuman cuma dua, ingat ya, itu hukuman mati dan pecat (terhadap para pelaku)," tegasnya.
Christian juga menyatakan siap mempertaruhkan nyawa demi anaknya supaya mendapat keadilan. Christian diketahui juga seorang prajurit. Dia tercatat sebagai anggota di Kodim 1627 Rote Ndao.
"Nyawa saya taruhan dan tentara saya lepas. Ingat sonde (tidak) ada yang sentuh beta e. Saya pakai jalur hak asasi manusia. Saya tuntut pakai hak saya sebagai manusia. Ingat itu baik-baik," ujar Christian.
Baca selengkapnya di sini.
(des/des)