Praktik prostitusi di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) sedang marak terjadi. Modusnya beragam, salah satunya lewat MiChat yang disebut aplikasi hijau.
Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Rakhmadi mengatakan keberadaan pekerja seks komersial (PSK) telah dipetakan oleh pihaknya. Baik yang bekerja secara sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan menggunakan aplikasi.
"Ada dua pola. Pertama secara online, mayoritas menggunakan aplikasi MiChat. Kedua, offline di titik-titik yang sudah kami petakan," ujar Rakhmadi kepada detikKalimantan, Selasa (8/7/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam dua tahun terakhir, ada sekitar 60-70 PSK yang terjaring razia. Rata-rata, mereka menjalankan praktik terlarang itu di guest house (GH) sekitar Kecamatan Sepaku. Terutama di Desa Sukaraja dan Desa Bumi Harapan yang berdekatan dengan kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.
"Mereka pilih GH karena lebih murah dibanding hotel. Transaksi dilakukan secara COD, bayar di tempat. Tarifnya berkisar Rp 300 ribu sampai Rp 700 ribu sekali kencan," ungkap Rakhmadi.
Ia menerangkan berdasarkan pengakuan beberapa PSK yang terjaring, seorang PSK bisa melayani lima pelanggan dalam sehari. Namun belum dijelaskan apakah mereka beraksi di bawah arahan muncikari atau mandiri.
"Itu bisa tembus Rp 1,5 juta per hari," sebutnya.
Menurut Rakhmadi, razia PSK dilakukan secara berkala oleh Satpol PP bersama tim gabungan dari TNI-Polri dan juga Polisi Militer. Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Lembaga Adat Paser juga dilibatkan.
"Kalau ketahuan, kami beri sanksi administrasi. Mereka wajib mengisi surat pernyataan bermeterai dan diberi batas waktu maksimal 2x24 jam untuk pulang ke kampung halaman masing-masing," jelasnya.
Rakhmadi menyebut para PSK yang menjajakan diri di sekitar IKN sebagian besar berasal dari luar daerah. Ada yang dari Balikpapan, Yogyakarta, Makassar, hingga Jawa Barat.
(sun/des)