Indonesia dikenal memiliki banyak keanekaragaman budaya yang masih dilestarikan secara turun temurun. Salah satunya tradisi di Kalimantan Selatan berikut. Di Banjar dan masyarakat suku Dayak Meratus, ada ritual unik menjelang hari pernikahan.
Ialah Batimung atau dikum, tradisi mandi uap atau sauna tradisional yang dilakukan 3-7 hari sebelum acara. Tujuannya, agar badan calon pengantin lebih sehat, segar bugar, dan tidak akan bau badan.
Selain untuk calon pengantin, batimung juga menjadi pengobatan tradisional untuk para pasien yang punya penyakit tertentu. Saat melakukan batimung, terdapat bacaan atau doa yang dipanjatkan. Tradisi ini menjadi bukti kultural dan religiositas yang masih kental di tanah Banjar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenal Batimung
Foto: Batimung. (Laman Kemenparekraf) |
Batimung menjadi ritual mandi uap tradisional masyarakat Banjar yang udah ada sejak dulu. Kata batimung berasal dari bahasa Banjar 'timung' yakni menghimpun jadi satu. Sementara kata ba sebagai awalan kata untuk menyebut kata kerja timung.
Uap untuk mandi dihasilkan dari air rebusan aneka rempah dan bunga tertentu, di dalam periuk atau kuantan tanah. Adapun peralatan lainnya yakni kursi kecil atau dingklik ukuran kurang lebih 20 cm, tikar purun berbentuk kerucut, dan tapih bahalai atau kain khas Banjar.
Calon pengantin atau pasien akan diurus oleh orang yang menjadi peracik air rempah sekaligus membantu pemasangan sauna tradisional tersebut. Orang tersebut di Banjar disebut sebagai panimungan, sementara warga Dayak Meratus menyebutnya sebagai balian.
Batimung Calon Pengantin
Foto: Panimungan membantu batimung. (Tangkapan layar YouTube Kebudayaan Disbudpar Tapin) |
Batimung bagi pengantin dilakukan saat masa bapingit atau ketika menjelang dilaksanakannya waktu perkawinan. Saat itu pengantin tidak diperbolehkan lagi secara bebas untuk bepergian keluar rumah.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam keadaan bapingit itu, diadakan kegiatan untuk merawat diri yang disebut dengan bakasai. Tujuannya untuk membersihkan dan merawat diri agar tubuh menjadi bersih dan muka bercahaya atau berseri waktu disandingkan di pelaminan nanti.
Sebelum pengantin wanita dan laki-laki betatai atau bersanding di pelaminan, kedua pengantin terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan Batimung pada saat dua atau tiga hari sebelumnya.
Prosesinya dimulai dengan menyiapkan air dalam wadah periuk atau kuantan tanah, yang dalam perkembangan zaman kini digantikan oleh panci. Air tersebut dimasak langsung di atas kompor, lalu masukkan bahan timungan berupa daun serai wangi, daun lengkuas, babanyun, kulabat, kulit kayu bangkal, daun pandan, daun dilam (nilam), pudak setagal, irisan temugiring, purut daun atau buah jeruk, aneka bunga seperti melati, akar bunga kenanga (cananga orodata), mawar, melati, kenanga, cempaka (magnolia campaka), dan daun semakau.
Foto: Panimungan membantu batimung. (Tangkapan layar YouTube Kebudayaan Disbudpar Tapin) |
Semua bahan direbus bersama dalam air dan sesekali diaduk. Setelah mendidih, panci diangkat. Calon pengantin kemudian didudukkan di kursi dalam kondisi hanya mengenakan sarung tanpa celana dalam (jika tidak berkenan, pakaian dapat tetap digunakan).
Seluruh tubuhnya kecuali kepala diselimuti dengan tikar membentuk kerucut. Lapisan luarnya kemudian ditambah dengan kain khas Banjar atau tapih bahalai, agar uap air rebusan tidak keluar.
Panci dan air rebusan rempah tadi kemudian diletakkan di bawah dudukan setinggi sekitar 20 sentimeter tersebut. Sesekali, air diaduk dengan alat yang telah disediakan hingga uapnya naik.
Jika air dalam panci mulai dingin atau tidak beruap, maka panci perlu dipanaskan kembali hingga air mendidih, lalu diangkat dan digunakan untuk batimung kembali. Idealnya, dua kali perebusan air rempah digunakan untuk satu jam batimung.
Jika batimung dirasa cukup, badan dilap dengan handuk dan dibersihkan dengan air bersih. Tubuh tidak hanya wangi tetapi juga terlihat lebih bersih. Kotoran yang menempel di badan pun ikut terlepas.
Batimung pada pengantin wanita biasanya dilakukan sebanyak tiga kali atau bahkan lebih sebelum pernikahan berlangsung. Masuknya uap beraroma harum ke dalam pori-pori tubuh membuat tubuh menjadi harum.
Batimung Pengobatan
Foto: Alat Batimung. (Laman Kemenparekraf) |
Batimung bagi orang yang sakit bisa dilakukan sebagai opsi pengobatan terakhir, setelah pengobatan dokter dan obat-obatan sudah dicoba namun belum membuahkan hasil.
Secara umum, batimung digunakan sebagai pengobatan tubuh dan sarana untuk menjaga kesehatan (disebut batimung kesehatan) dan menyembuhkan penyakit (disebut batimung garing).
Arti garing atau gagaringan dalam bahasa Indonesia adalah sakit, yang bagi masyarakat Banjar dikategorikan sebagai sakit magis dan medis (termasuk psikologis).
Batimung garing dari sakit nonmedis disebabkan oleh gangguan pikiran yang dipengaruhi oleh supranatural. Batimung garing dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit tertentu.
Namun umumnya, batimung pengobatan menggunakan cara yang tak jauh beda dengan batimung calon pengantin. Perbedaannya hanya terletak pada bahan yang digunakan. Batimung merupakan metode pengobatan dan kesehatan tradisional masyarakat Banjar dan Dayak Meratus yang dilakukan dengan mandi uap menggunakan rempah-rempah khas lokal.
Dalam praktiknya, rempah-rempah yang digunakan untuk pengobatan adalah tanaman yang mempunyai khasiat obat. Saat batimung, biasanya panimungan akan sambil membacakan atau doa dalam perawatan untuk mempercepat penyembuhan pasien.
Pembacaan yang biasa dilakukan panimungan adalah empat surat dalam Al-Qur'an, yaitu Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing dibaca tiga kali dan baru dilanjutkan dengan doa. Mereka juga dapat menambahkan beberapa ayat dari Surat Yusuf.
Kearifan lokal lainnya terkait dengan religiositas pada tradisi batimung adalah tentang arah. Dalam batimung mayat atau matahari, pasien dibaringkan telentang dengan kedua kaki menghadap Ka'bah.
Ka'bah merupakan arah salat umat Islam. Maknanya, pasien akan berserah diri kepada Yang Maha Kuasa, seperti halnya makhluk yang berserah diri saat berdoa.
Perawatan ini menggunakan air disertai ramuan yang bahan-bahannya berasal dari tanaman obat lokal Kalimantan Selatan. Batimung memanfaatkan bahan-bahan seperti rempah-rempah, daun-daunan, ranting, dan batang tumbuhan yang ada di sekitar masyarakat Banjar.
Air direbus dengan aneka 'rempah jamu' yakni daun beluntas, daun jariangau, daun dilam, daun pandan, jahe, lengkuas, daun limau, sarai wangi dan sarai biasa, kulabat, kemuning, kulit kayu bangkal, babanyun, akar alang-alang, daun salam, daun laos, laos, kunyit, daun sirsak, daun jambu, dan patah kemudi. Berbeda dengan air rebusan untuk calon pengantin yang lebih banyak menggunakan rempah bunga.
Semua bahan direbus bersama dalam air dan sesekali diaduk. Setelah mendidih, panci diangkat. Pasien kemudian didudukkan di kursi dalam kondisi hanya mengenakan sarung tanpa celana dalam (jika tidak berkenan, pakaian dapat tetap digunakan).
Seluruh tubuhnya kecuali kepala diselimuti dengan tikar membentuk kerucut. Lapisan luarnya kemudian ditambah dengan kain khas Banjar atau tapih bahalai, agar uap air rebusan tidak keluar.
Panci dan air rebusan rempah tadi kemudian diletakkan di bawah dudukan setinggi sekitar 20 sentimeter tersebut. Sesekali, air diaduk dengan alat yang telah disediakan hingga uapnya naik.
Jika air dalam panci mulai dingin atau tidak beruap, maka panci perlu dipanaskan kembali hingga air mendidih, lalu diangkat dan digunakan untuk batimung kembali. Idealnya, dua kali perebusan air rempah digunakan untuk satu jam batimung.
Manfaat Batimung
Foto: Batimung. (Laman Kemenparekraf) |
Dari segi pemanfaatnya, batimung dibagi menjadi dua yaitu batimung untuk tradisi pernikahan dan batimung untuk pengobatan. Batimung tradisi erat kaitannya dengan upacara pengantin dan menjadi salah satu rangkaian prosesi upacara perkawinan, serta menjadi metode masyarakat untuk melakukan perawatan tubuh.
Batimung biasanya dilakukan calon pengantin sebelum pernikahan, agar siap di hari bahagia. Keringat atau paloh, akan merusak dandanan dan dapat membasahi pakaian pengantin. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka pengantin baik laki-laki maupun perempuan perlu melakukan batimung.
Tujuan batimung untuk mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya agar pada saat perkawinan, pengantin tidak lagi berkeringat dan badannya jadi harum. Namun selain itu, batimung juga digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh dan bahkan mengobati penyakit.
Batimung untuk pengobatan dipercaya mampu menyembuhkan beberapa penyakit seperti liver, sakit kuning, hingga penyakit karena efek bekerja di tambang. Beberapa orang mengenal ramuan untuk mengobati penyakit kuning terdiri atas irisan kuku pasien, cabi, pandan, laus dan tilasan (pakaian bekas mandi).
Sumber:
1. Laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN): Peneliti Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas BRIN, Budi Agung Sudarmanto bersama peneliti BPPD Kalsel yang dipublikasikan dalam ISVS e-journal, Vol. 11, Issue 01 tahun 2024
2. YouTube Disbudpar Bidang Kebudayaan Kabupaten Tapin
3. Buku Kesatria Khatulistiwa oleh Putra Gara
4. Buku Seni dan Budaya Dalam Pengobatan Tradisional Banjar oleh Ahmad Fadillah.


Foto: Panimungan membantu batimung. (Tangkapan layar YouTube Kebudayaan Disbudpar Tapin)

