Lomba Mural dalam rangka peringatan Hari Antikorupsi Sedunia 2025 resmi digelar Pemkab Malinau. Berlokasi di Siring Beton PDAM, Desa Kuala Lapang, lomba ini mengusung tema 'Bersama Lawan Korupsi, Bersama Lindungi Malinau'.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia telah meratifikasi United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) dan rutin memperingati HAKORDIA setiap tahun, tepatnya tanggal 9 Desember. Rangkaian agenda guna menyambutnya pun sudah dimulai sejak akhir November.
Lomba mural diikuti oleh 10 tim dengan total 30 peserta, terdiri dari pelajar SMA/SMK, instansi, hingga pekerja seni di Malinau. Proses penilaian dilakukan oleh dewan juri yang berkompeten di bidang seni rupa.
Kreativitas anak muda Malinau pun tercurahkan dalam agenda ini. Lewat goresan kuas dan cat, para siswa menuangkan pesan bagi para koruptor.
Salah satu yang menarik perhatian adalah mural bergambar Burung Enggang, maskot kebanggaan Kalimantan yang digambarkan sedang memalu seekor tikus. Mural ini digarap oleh para siswa SMA Negeri 1 Malinau.
Fani, siswa SMA 1 Malinau sekaligus perwakilan tim mural, menjelaskan makna di balik karya tersebut. Tikus dalam mural digambarkan sebagai koruptor yang gemar mencuri uang rakyat dan bersembunyi di dalam lubang kegelapan.
"Kami menggambarkan tikus yang dikenal sebagai pencuri atau koruptor yang sedang bersembunyi di dalam lubang. Tikus itu dipalu oleh seekor Burung Enggang," ujar Fani di lokasi lomba, Minggu (23/11/2025).
Menurut Fani, Burung Enggang dalam karya tersebut merepresentasikan semangat Kabupaten Malinau yang ingin melawan dan memberantas para koruptor hingga ke akar-akarnya.
Tak hanya sekadar simbol perlawanan, tim SMA 1 Malinau yang terdiri dari empat orang siswa ini juga membedah dampak nyata korupsi melalui pembagian tiga ruang (space) visual dalam mural mereka. Mereka ingin memperlihatkan bahwa sisi gelap korupsi sangat luas dan merusak.
"Ada 3 space yang menggambarkan sesuatu yang sudah dilakukan oleh si koruptor," kata Fani.
Pada space pertama, mereka menggambarkan aksi demonstrasi dan terjadinya inflasi sebagai dampak kekacauan ekonomi. Sementara pada space terakhir di bagian atas, mereka menonjolkan isu kesenjangan sosial yang kian melebar.
"Kami menggambarkan bahwa dengan adanya korupsi menciptakan perbedaan derajat. Jadi mereka terbagi antara dua kubu, antara si kaya dan si miskin," tambahnya.
Lewat ajang yang difasilitasi oleh Inspektorat Malinau ini, Fani dan kawan-kawan berharap seni mural di Malinau bisa semakin maju. Lebih dari itu, mereka ingin karya ini menjadi media edukasi visual bagi masyarakat.
"Pesan kami kepada pemerintah Malinau, semoga ke depannya bisa lebih mengembangkan seni di Malinau. Mural ini membantu masyarakat membaca informasi sesuai tema Anti Korupsi, bahwa kita semua bisa memberantas korupsi," harap Fani.
Dalam kegiatan tersebut, panitia pun turut memfasilitasi perlengkapan seperti kuas dan cat bagi para peserta. Acara ini dibuka oleh Sekda Malinau, Ernes Silvanus yang sekaligus menjadi salah satu penyelenggara kegiatan.
Ia menyebut lomba tersebut menjadi salah satu upaya dalam membangun budaya antikorupsi di semua lini masyarakat, mengingat korupsi bisa bermula sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Ernes mengatakan bahwa esensi pemberantasan korupsi tidak bisa hanya bertumpu pada teknologi canggih, melainkan pada mentalitas manusia itu sendiri.
"Aksi anti korupsi itu banyak bentuknya. Tapi yang paling penting adalah membangun sikap," ucap Ernes.
Ia menekankan bahwa pengawasan secanggih apa pun akan percuma jika integritas individu tidak terbentuk.
"Sekalipun seribu CCTV dipasang, kalau kita mau berbuat salah, tetap bisa terjadi. Yang harus dibangun adalah karakter," pesan dia.
Simak Video "Video: Korupsi Impor Gula, 4 Bos Perusahaan Swasta Divonis 4 Tahun Bui"
(aau/aau)