Meliwah, Ritual Damai yang Dipersembahkan Dayak Kenyah di Irau Malinau

Meliwah, Ritual Damai yang Dipersembahkan Dayak Kenyah di Irau Malinau

Oktavian Balang - detikKalimantan
Sabtu, 11 Okt 2025 15:59 WIB
Tarian suku Dayak Kenyah saat ditampilkan di panggung budaya Padan Liu Burung. (Oktavian Balang/detikKalimantan)
Foto: Tarian suku Dayak Kenyah saat ditampilkan di panggung budaya Padan Liu Burung. (Oktavian Balang/detikKalimantan)
Malinau -

Suasana sakral menyelimuti Lapangan Padan Liu Burung, Malinau, Sabtu (11/10/2025). Di tengah kemeriahan HUT ke-26 Kabupaten Malinau, Lembaga Adat Dayak Kenyah mempersembahkan upacara adat Meliwah, ialah ritual kuno yang sarat akan pesan pembersihan diri, perdamaian, dan persatuan.

Berdasarkan pantauan detikKalimantan, sejumlah prosesi rangkaian adat istiadat Dayak Kenyah ditampilkan dengan menarik. Pria dan wanita kompak menggunakan baju khas Dayak dengan aksesoris yang dominan yakni bulu burung enggang.

Sejumlah tari-tarian menunjukkan kebersamaan. Para kepala daerah, Kepala Forkopimda maupun OPD membaur bersama masyarakat dalam tarian yang penuh makna dan sakral. Dipimpin oleh para tetua adat, prosesi ini bukan sekadar atraksi budaya, melainkan juga sebuah pernyataan komitmen untuk membangun Malinau dalam keharmonisan tanpa memandang suku dan agama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Marthin Billa, menjelaskan bahwa Meliwah memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat Dayak Kenyah sejak zaman dahulu. Ritual ini melambangkan proses penyucian dari segala hal yang buruk.

"Acara ini sangat sakral. Ini melambangkan pertama adalah bagaimana membersihkan diri, membersihkan masyarakat, membersihkan desa, membersihkan daerah dari hal-hal yang jahat," ujar Marthin Billa di Padan Liu Burung, Sabtu (11/10/2025).

Lebih dari itu, Meliwah adalah jalan menuju perdamaian. Menurut Marthin, pada masa lampau, ritual ini digelar untuk mengakhiri perselisihan, fitnah, bahkan peperangan. Setelah Meliwah, semua noda dibersihkan dan diganti dengan semangat kekeluargaan.

Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Marthin Billa saat memberikan sambutanya di Padan Liu Burung. (Oktavian Balang/detikKalimantan)Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Marthin Billa saat memberikan sambutanya di Padan Liu Burung. (Oktavian Balang/detikKalimantan)

"Maknanya adalah diadakan perdamaian. Dengan adanya perdamaian itu, maka terjadi suasana kekeluargaan, persaudaraan yang semakin erat, dan terjadi suatu kehidupan yang ramai, yang harmonis," kata Marthin.

Ketua Lembaga Adat Kenyah Malinau, Emang Mering, menegaskan bahwa esensi Meliwah masih sangat relevan hingga kini. Di tengah masyarakat Malinau yang terdiri dari 11 etnis, ritual ini menjadi pengingat untuk menyelesaikan masalah melalui komunikasi yang baik demi menjaga ketentraman bersama.

"Tentu ini untuk kebaikan. Ini adalah gambaran apa yang dilakukan pada masa-masa lalu dan sekarang sudah sangat berbeda," ujar Emang Mering.

Selain Meliwah, kekhasan budaya Dayak Kenyah juga ditandai dengan simbol Burung Enggang atau Temenggang yang selalu hadir di setiap acara.

"Itu melambangkan kesatuan Dayak Kenyah. Jadi di manapun masyarakat Dayak Kenyah, baik yang ada di Indonesia maupun di Sarawak, Malaysia, semua menggunakan lambang Burung Enggang. Ini melambangkan kesatuan," lanjut dia.

Meski demikian, di balik kemeriahan acara, Emang Mering menyuarakan tantangan yang dihadapi warganya. Banyak masyarakat dari wilayah perbatasan tidak dapat hadir karena keterbatasan sarana transportasi.

"Masyarakat kami tidak bisa hadir seperti apa yang diharapkan, terutama yang ada di perbatasan karena keterbatasan sarana transportasi, ada yang menggunakan pesawat, ada yang menggunakan longboat. Tapi inilah kami bisa hadir," tutur Emang Mering.

Sementara itu Bupati Malinau, Wempi Wellem Mawa memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat adat Dayak Kenyah yang terus melestarikan budayanya. Ia memandang pagelaran budaya ini sebagai modal sosial yang kuat untuk pembangunan daerah.

"Pada Irau kali ini, Malinau ini menjadi etalase keberagaman budaya di Bumi Intimung. Melalui upacara Meliwah, masyarakat Dayak Kenyah tidak hanya menampilkan atraksi budaya yang spektakuler, tetapi juga mengirimkan pesan kuat tentang pentingnya persatuan, perdamaian, dan gotong royong dalam membangun Malinau yang lebih maju dan sejahtera," harap Wempi.




(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads