Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malinau, Kalimantan Utara bakal kembali menggelar Irau Malinau, sebuah pesta rakyat setiap dua tahun sekali. Irau Malinau rencananya bakal diselenggarakan pada 7-26 Oktober 2025, sekaligus merayakan ulang tahun Kabupaten Malinau ke-26 pada Minggu (26/10) mendatang.
Pemkab Malinau terus mematangkan berbagai kesiapan menjelang perhelatan akbar Irau 2025, festival budaya yang menjadi ikon di Bumi Intimung. Pesta Budaya Irau Malinau dikenal sebagai salah satu festival budaya terbesar yang akan menampilkan beragam seni, adat, dan budaya masyarakat Malinau.
Seperti diketahui, Malinau dihuni oleh berbagai etnis suku serta paguyuban yang mendiami Kabupaten Malinau. Selain menjadi ajang pelestarian budaya dan hiburan rakyat, Irau juga menjadi magnet pariwisata yang diharapkan mampu menggerakkan roda ekonomi lokal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, dalam Irau Malinau tahun ini akan menggandeng 500 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Pameran potensi daerah ini diharapkan dapat menggerakkan perekonomian lokal secara signifikan.
Hal tersebut dijelaskan oleh Sekretaris Daerah Malinau, Dr Ernes Silvanus. Irau menjadi ruang ekspresi bagi masyarakat, termasuk olahraga, seni, dan budaya.
"Jadi kalau ditanya tentang pesta pora, tentu akan berdampak ekonomi? Sangat," kata Ernes, ditemui di Tarakan Tengah, Sabtu (13/9/2025).
Festival ini bakal melibatkan 11 etnis lokal dan 15 paguyuban yang akan menampilkan kekayaan budaya mereka melalui tarian, upacara adat, dan pertunjukan lainnya.
Sekedar diketahui, Festival Budaya Irau Malinau (FBIM) adalah pesta rakyat dengan pertunjukan seni dan budaya. Gelaran dua tahunan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara dan selalu diadakan bersamaan dengan perayaan hari jadi kabupaten tersebut.
Pertunjukan yang ditampilkan antara lain tari-tarian dengan baju adat setempat, tradisi menyumpit, hingga berbagai perlombaan seperti kicau burung dan panjat pinang. Turut ditampilkan berbagai jenis aksesori langka dan makanan tradisional khas suku di Malinau.
"Ini kan lebih kepada ekspresi budaya dari 11 etnis dan ada dari 15 paguyuban," ucapnya.
Untuk membuktikan dampak ekonomi tersebut, Pemkab Malinau, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), berencana melakukan perhitungan peredaran uang selama festival berlangsung.
"Kita sudah mulai tanggal 20 nanti kita menghitung berapa sih jumlah uang yang beredar selama nanti pesta budaya ini. Kita mau lihat dampaknya apa," tambahnya.
Irau Malinau telah dirancang melalui serangkaian rapat dengan berbagai pihak, termasuk Paguyuban Peduli Daerah (PPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), tokoh adat, paguyuban, UMKM, serta pelaku usaha seperti hotel dan rumah makan.
Ernes menyebut bahwa Irau Malinau tahun ini dirancang bukan menjadi agenda foya-foya. Namun, menjadi bentuk perayaan bersama masyarakat tanpa berlebihan.
"Irau merupakan festival budaya yang telah dipersiapkan matang jauh-jauh hari," ujar Ernes.
"Kita sudah di-warning oleh Pak Bupati untuk menghindari (foya-foya) seperti sama di Kehimbauan. Nah itu kita tetap jaga, tapi jangan sampai terlihat berlebihan," lanjutnya.
Rencana penyelenggaraan Irau 2025 telah dibahas bersama 11 lembaga adat dan 15 paguyuban, yang menunjukkan kolaborasi erat antara pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dalam melestarikan budaya dan memajukan daerah. Dengan demikian, meskipun tetap meriah, festival ini akan diselenggarakan dengan mengedepankan kesederhanaan dan substansi budaya.
(aau/aau)