Cerita Rakyat Kalteng: Kesaktian Sangumang dan Maharaja yang Sombong

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Rabu, 05 Nov 2025 10:31 WIB
Ilustrasi cerita rakyat Sangumang saat bersama kodok di danau angker. Foto: Gemini AI
Palangka Raya -

Salah satu khazanah cerita rakyat Nusantara lahir dari tanah Kalimantan Tengah. Sosok Sangumang muncul dalam sejumlah dongeng sebagai tokoh yang baik hati dengan aneka cerita berbeda.

Kali ini adalah kisahnya tentang Sangumang, pemuda sakti berhati emas dengan Maharaja yang sombong. Kisah ini menjadi cerminan nilai-nilai kebaikan yang selalu menang melawan keburukan.

Berikut cerita rakyat 'Kesaktian Sangumang dan Maharaja yang Sombong' yang disadur dari buku Sangumang dan Maharaja oleh Delianae Middil Ranggan terbitan Balai Bahasa Kalimantan Tengah.

Kesaktian Sangumang dan Maharaja yang Sombong

Kisah ini berlatar di Desa Rawi yang konon berada di Kalimantan Tengah. Di desa subur ini tinggal seorang pemuda sakti bernama Sangumang. Ia dikenal rendah hati, pemberani, dan mampu menyembuhkan penyakit, serta memiliki kelebihan unik, yaitu dapat berbicara dengan binatang.

Kemampuan ini ia peroleh pada usia 10 tahun setelah menolong seorang kakek tua yang lapar. Saat itu, kakek itu menyapa dengan lirih, "Cu, Kakek sangat lapar dan haus maukah kamu memberikan sedikit makanan yang ada di rumahmu? sejak tiga hari yang lalu kakek tidak makan."

Sangumang menjawab, "Kakek mari masuk dan istirahat di dalam rumah, kebetulan tadi pagi ibu memasak sayur umbut rotan dan ikan gabus." Sebagai balasan, kakek itu memberinya kesaktian dan menghilang.

Setelah kejadian itu, Sangumang terkejut karena bisa bercakap-cakap dengan semut-semut di halaman. Hingga berusia 17 tahun, Sangumang menggunakan kesaktiannya untuk menolong sesama tanpa pamrih.

Maharaja dan Ketujuh Putri

Di desa yang sama, hiduplah Maharaja, seorang tokoh panutan yang disegani, namun memiliki sifat sombong, sok tahu, dan ingin menang sendiri. Ia memiliki tujuh putri cantik dengan sifat beragam, tetapi hanya si bungsu yang rendah hati.

Meskipun kecantikan mereka terkenal, Maharaja menolak semua pinangan pemuda desa maupun tetangga karena menganggap mereka tidak pantas. Maharaja ingin menantu yang kaya dan terpandang.

Maharaja pun sering meminta syarat tak masuk akal demi menggagalkan pinangan. Sikap keras kepala Maharaja ini selalu membuat putri bungsunya bersedih.

Petualangan Sangumang di Danau Angker

Suatu pagi, Sangumang berpamitan kepada ibunya untuk mencari ikan di danau seberang kampung yang terkenal angker. Ibunya sempat cemas, "Apa nak? yang benar saja kamu Mang apa tidak ada tempat lain? karena yang pernah ibu dengar, tempat itu terkenal angker dan ada penunggunya." Namun Sangumang meyakinkannya.

Saat tiba di danau, Sangumang bertemu seekor kodok yang bisa diajak bicara. Kodok itu memperingatkan Sangumang, "Hai anak muda kenapa berani sekali kamu mencari ikan di danau ini? Apa kamu tidak takut? Danau ini ada jinnya."

Tetapi kodok setuju membantu Sangumang melawan jin. Syaratnya, Sangumang harus berbagi makanan dengan kodok dan tidak memberi sambal pada makanan itu, serta nantinya akan membagi hasil tangkapan.

Kodok lalu menjelaskan strateginya, yaitu Sangumang harus bersembunyi di atas pohon tanpa bersuara, dan kodok akan mengalihkan perhatian jin.

Jin penunggu berteriak kesal karena tidak menemukan mangsa, "Hai manusia sialan di mana kamu bersembunyi, jangan coba-coba melawan, nanti tahu sendiri akibatnya."

Kodok-kodok berhasil mengacaukan jin hingga pagi tiba. Sangumang berhasil mendapatkan tangkapan ikan yang melimpah. Sebelum berpisah, ia berterima kasih kepada kodok.

"Hai kawan terimakasih, kamu sudah menolong aku, budi baikmu akan aku ingat, nanti jika kamu membutuhkan pertolongan, kamu bisa mendatangi aku di kampung seberang," kata Sangumang.

Hukuman bagi Maharaja

Mendengar kabar kesuksesan Sangumang, Maharaja tidak mau kalah dan ingin mendatangi danau angker itu. Kemudian Maharaja mendatangi rumah Sangumang. Sangumang pun memperingatkan, tetapi Maharaja tak mau mendengarkan.

"Ah lain juga kalau paman yang cari sendiri dan Paman tidak mau kalah dari kamu Ngumang, tidak ada ceritanya Maharaja ini meminta-minta dengan orang lain."

Maharaja pergi ke danau dan menemui kodok, menyetujui syarat syarat yang sama dengan Sanguman. Namun sifat egois membuat Maharaja nekat mencampurkan sambal ke makanan mereka, karena merasa makanannya tidak lezat tanpa sambal.

Kodok kemudian berteriak kesakitan, "Ahhh... pedas sekali, aku tidak tahan, hai kawan kenapa kamu memberi sambal pada makanan kita."

Kodok tetap berusaha membantu. Namun suara kodok yang seharusnya mengelabui jin menjadi lemah dan hilang. Maharaja yang tidak sabar lantas berteriak dari atas pohon.

"Hei... kodok, kenapa kamu diam, ayo jawab." Suara itu menarik perhatian jin. Maharaja pun dilemparkan oleh jin ke bawah. Maharaja lari pulang dalam kondisi pingsan dan penuh luka.

Permintaan Maaf Maharaja

Maharaja terbaring sakit parah, sementara keenam putrinya gagal membujuk Sangumang untuk mengobatinya. Sangumang menolak putri pertama dengan alasan sifat Maharaja yang keras kepala.

"Mohon maaf sekali ya Dik, Paman Maharaja itu agak keras kepala padahal aku sudah melarangnya agar jangan mencari ikan di danau angker itu, sekarang aku tidak bisa menolong karena ada pekerjaan yang belum saya selesaikan."

Akhirnya, Maharaja yang putus asa memohon, "Aku sudah tidak sanggup lagi menahan sakit ini. Panggilkan putri bungsu kita, mudah-mudahan dia bisa membujuk Sangumang untuk menyembuhkan penyakitku ini, kalau memang putri terakhir kita juga tak bisa membujuk Sangumang lebih baik aku mati saja."

Sangumang Luluh

Putri bungsu mendatangi Sangumang dan membujuknya dengan lembut. "Tolonglah Kak, ayah sangat berputus asa dia tidak mau hidup lagi seandainya saya gagal kali ini membujuk Kakak, dan ayahanda juga berpesan apapun keinginan Kak Sangumang akan dikabulkan."

Terpikat oleh kecantikan dan ketulusan putri bungsu, hati Sangumang luluh. Ia setuju mengobati, tetapi mengajukan syaratnya langsung kepada Maharaja.

"Baiklah Paman, kalau begitu nanti seandainya Paman sembuh, aku tidak minta harta atau pun uang. Aku cuma minta dinikahkan dengan putri bungsu Paman, bagaimana? Apakah Paman setuju?"

Maharaja yang gembira segera menjawab, "Oh pasti Nak, Paman setuju sekali dan pesta pernikahan kalian akan Paman rayakan tujuh hari tujuh malam."

Maharaja Sembuh, Sangumang Hidup Bahagia

Setelah diracikkan air obat oleh Sangumang, Maharaja sembuh total keesokan harinya. Putri bungsu mendatangi Sangumang dan menyampaikan bahwa ayahnya telah sembuh.

Maharaja kemudian menepati janjinya, menyambut Sangumang di rumahnya yang sudah ramai dengan persiapan pesta. "Mari Nak Ngumang, kamu lihat, Pamanmu ini sudah pulih dan sekarang Paman akan menepati janji Paman untuk menikahkan kamu dengan putri bungsuku."

Maharaja yang angkuh kini berubah total. Sangumang dan putri bungsu menikah dalam pesta besar, hidup bahagia, dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Antang.




(bai/sun)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork
Female Daily
Kamis, 01 Jan 1970 07:00 WIB