Bolehkah Muslim Merayakan Halloween? Begini Penjelasannya

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Senin, 20 Okt 2025 17:00 WIB
Ilustrasi halloween. Foto: AP/Vincent Yu
Samarinda -

Setiap akhir Oktober, sebagian masyarakat dari berbagai belahan dunia bersiap menyambut malam Halloween. Di Indonesia, meski bukan tradisi lokal, perayaan ini kerap disemarakkan di pusat perbelanjaan, sekolah internasional, hingga kafe-kafe besar.

Banyak anak muda yang mengenakan kostum ala penyihir, vampir, atau bahkan cosplay menjadi tokoh terkenal tanpa benar-benar memahami dari mana tradisi itu berasal dan apa makna di baliknya.

Halloween memiliki akar sejarah panjang yang tidak lepas dari kepercayaan kuno bangsa Keltik di Eropa ribuan tahun lalu. Dari sebuah ritual spiritual yang sakral, Halloween kemudian bertransformasi menjadi perayaan budaya populer yang mendunia.

Tak jarang yang menjadikan perayaan ini sebagai perdebatan. Banyak yang bingung tentang batas antara hiburan dan penyerupaan budaya asing.

Asal Usul Halloween

Dikutip dari Encyclopedia Britannica, akar Halloween berasal dari festival Celtic kuno bernama Samhain, yang diselenggarakan oleh kaum Pagan ribuan tahun lalu di Eropa Barat. Mereka meyakini bahwa pada malam 31 Oktober, batas antara dunia manusia dan arwah menjadi sangat tipis. Roh-roh diyakini keluar dari alam kematian dan berkeliaran di bumi, membawa kesialan atau gangguan bagi manusia.

Untuk melindungi diri, masyarakat menyalakan api unggun besar dan mengenakan pakaian serta topeng menyeramkan agar para roh tidak mengenalinya. Inilah awal dari tradisi mengenakan kostum dalam Halloween.

Berabad-abad kemudian, ketika agama Kristen menyebar di Eropa, perayaan Samhain berakulturasi dengan All Hallows' Eve, yaitu malam sebelum Hari Raya Semua Orang Kudus. Dari sinilah istilah Halloween lahir. Lambat laun, maknanya bergeser dari ritual spiritual menjadi pesta rakyat dan hiburan.

Kini, Halloween diisi dengan kegiatan trick-or-treat, mengukir labu (jack-o'-lantern), hingga pesta kostum yang mengusung tema seram tanpa makna keagamaan yang jelas.

Menariknya, tradisi yang dulunya hanya ada di Eropa kini juga hadir di negara-negara mayoritas Muslim. Di Riyadh, Arab Saudi misalnya, perayaan Halloween sempat ramai diperbincangkan karena banyak warga yang mengenakan kostum suster, dokter, atau karakter horor di tengah kota yang selama ini dikenal konservatif. Fenomena itu menunjukkan betapa budaya global telah menembus batas sosial dan agama.




(aau/aau)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

detikNetwork