Cik Cik Periuk adalah lagu daerah dari Kalimantan Barat, khususnya daerah Sambas. Meski lagu daerah, lagu ini cukup dikenal di daerah lain di Indonesia.
Menurut Buku Panduan Guru Seni Musik: Kita dan Musik untuk SMA Kelas XI yang disusun Turino dan A Budiyanto, belum diketahui siapa pencipta lagu ini, Namun masyarakat lokal meyakini penciptanya adalah orang suku Dayak asli Kalimantan Barat.
Diyakini pula lagu ini sudah ada lebih dari seabad. Meski lagu ini terkesan lucu, Cik Cik Periuk bercerita tentang kehidupan sosial yang digambarkan dengan simbolis terkait masuknya budaya dari luar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lirik Lagu Cik Cik Periuk dan Terjemahannya
Berikut ini lirik lagu Cik Cik Periuk lengkap beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia dan keterangannya jika diartikan secara lugas:
Cik cik periuk belanga' sumping dari Jawe
(Cik cik periuk, panci sumbing dari Jawa)
Datang nek kecabok bawa' kepiting dua' ekok
(Datang nenek kecabok membawa kepiting dua ekor)
Cak cak bur dalam belanga', idong picak gigi rongak
(Diceburkan ke dalam panci, hidung pesek gigi ompong)
Sape ketawa' dolok dipancung raje tunggal
(Siapa tertawa duluan dipancung raja tunggal).
Keterangan:
Maksud dari 'cik cik' adalah suara dari dalam periuk. Periuk adalah alat untuk menanak nasi dari tanah maupun logam. Sementara belanga adalah kuali besar dari tanah untuk memasak atau merebus sayuran atau bahan lainnya.
Yang dimaksud sumbing adalah rompes pada tepi atau pada bagian yang tajam. Sedangkan nek kecabok maksudnya nenek yang berasal dari Cina. Kemudian raje tunggal adalah penguasa satu-satunya di kerajaan atau negeri.
Makna di Balik Lagu Cik Cik Periuk
Nuraisi, dkk dari FKIP Untan Pontianak dalam jurnal berjudul Pemaknaan Lirik-Lirik Lagu Melayu Sambas dalam Album The Teriggas of Sambas: Kajian Semiotik menjelaskan Cik Cik Periuk adalah sindiran halus masyarakat pendatang di Sambas, terutama dari Jawa dan Tionghoa.
Tergambar dalam frasa 'belanga sumbing', menunjukkan pendatang dari Jawa yang membawa suatu kekurangan, misalnya tentara Jawa yang berpakaian Belanda.
Kemudian ada istilah 'nek kecabok' yang mengarah pada pendatang dari Cina yang datang dengan kepiting dua ekor, melambangkan strategi licik dan niat ganda, yang mengacu pada sifat suka mengadu domba.
Melalui frasa 'cak cak bur dalam belanga' tergambar kehidupan yang penuh kesibukan dan hiruk pikuk, seperti isi belanga yang campur aduk. Menggunakan simbol belanga karena ukurannya besar dan mampu menampung banyak hal.
Pada bagian akhir, lagu ini memuat pesan moral lewat bait 'idong picak gigi rongak, dan sape tetawa dolo, dipancung raje tunggal. Ungkapan ini memberi peringatan bahwa mengejek kekurangan orang lain akan mendapat balasan dari Raja Tunggal, yang bermakna Tuhan.