Situs Cagar Budaya Peningki Laid di Kelurahan Mamburungan, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara, bukan sekadar peninggalan sejarah Perang Dunia II.
Bagi Gen Z, situs seluas 6,1 hektare di sekitaran markas LANTAMAL XIII Tarakan ini adalah tempat healingyang estetik, lengkap dengan pemandangan pantai dan suasana tenang. Hanya 10-15 menit dari pusat kota, tempat ini jadi favorit para pengunjung, termasuk pesepeda, untuk melepas penat.
Peningki Laid menyimpan tiga benda cagar budaya: meriam, Pillbox Bunker, dan gudang logistik. Meriam di dekat garis pantai dulunya jadi benteng pertahanan Belanda melawan serangan musuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bunker dengan dinding tebal dan jendela sempit menambah nuansa misterius, sementara gudang logistik yang masih kokoh menyimpan memori perang, meski sedikit ternoda coretan vandalisme.
Bagi Zahra Romansa, mahasiswi dari perguruan tinggi swasta di Tarakan, situs ini adalah spot idaman untuk mengabadikan momen. Bersama tiga temannya, ia memilih Peningki Laid untuk merayakan kelulusan Seminar Proposal (Sempro).
"Gratis parkir, pemandangannya menari, dan nyaman buat ekspresi diri," ujar Zahra kepada detikKalimantan, Rabu (23/7).
Zahra, warga asal Kabupaten Tana Tidung, menyebut Peningki Laid seperti mesin waktu ke era Perang Dunia II. Namun, ia menyayangkan aksi vandalisme di gudang logistik.
"Kalau adik saya datang ke Tarakan, pasti saya bawa ke sini biar kenal sejarah. Sedih lihat coretan itu. Kalau nggak bisa merawat, setidaknya jangan rusak," ujarnya.
Senada, Avan Reski, Gen Z asli Tarakan, sudah menjadikan situs ini tempat healing sejak SMA. Baginya, meriam dan bunker membawa imajinasi ke masa perang, bercampur rasa bangga dan sedih. Avan juga menyoroti minimnya kesadaran menjaga kebersihan.
"Tempatnya nyantai, angin sepoi-sepoi, jauh dari riuhnya kafe. Rame pun tetap asyik. Banyak yang buang sampah sembarangan, padahal tempat sampah ada. Harusnya sadar sendiri," kata Avan.
(des/des)