Mengenal Sumpit, Senjata yang Senyap tapi Mematikan di Kalimantan

Mengenal Sumpit, Senjata yang Senyap tapi Mematikan di Kalimantan

Anindyadevi Aurellia - detikKalimantan
Kamis, 24 Jul 2025 09:30 WIB
Sumpit Kalimantan. Foto: Media Center Kota Palangka Raya
Foto: Sumpit Kalimantan. Foto: Media Center Kota Palangka Raya
Balikpapan -

Selain memiliki tradisi dan kebudayaan yang khas, Indonesia juga memiliki senjata tradisional yang digunakan untuk kebutuhan berperang zaman dahulu ataupun untuk kehidupan sehari-hari. Di provinsi Kalimantan Utara ada satu senjata jarak jauh yang sangat terkenal dan khas.

Senjata tersebut adalah sumpit, sumpitan, atau di Kalimantan Tengah disebut sipet. Ialah senjata yang digunakan masyarakat Suku Dayak untuk berperang melawan Belanda dan berburu.

Senjata ini digunakan secara rahasia, sebab ukurannya tidak besar dan dapat membunuh meski bersuara senyap. Penggunaannya sederhana yaitu dengan cara ditiup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumpit atau sipet dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan dibuat dengan cara yang alami. Kini, senjata ini lebih banyak digunakan sebagai alat perlombaan di Kalimantan. Senjata sumpit atau tradisi manyipet hingga kini masih terus dilestarikan penduduk setempat.

Mengenal Senjata Sumpit yang Senyap dan Mematikan

Sumpit Kalimantan. Foto: Media Center Kota Palangka RayaSumpit Kalimantan. Foto: MMC Kalteng

Dikutip dari buku Kumpulan Cerita Rakyat Dayak Mualang & Banjur Kalimantan Barat oleh Antonius Mulang Banjur, masyarakat Suku Dayak dulu belum banyak mengenal yang namanya berladang atau pun bercocok tanam. Kebanyakan dari mereka mencari makan dengan berburu satwa yang ada di dalam hutan dengan menggunakan senjata yang mereka buat.

Sumpit menjadi senjata tradisional yang dirancang khusus oleh Suku Dayak Kalimantan untuk digunakan berburu. Cara menggunakan senjata ini adalah memasukkan peluru terlebih dahulu pada ujung sumpit, Ialu diarahkan ke target dan ditiup.

Dikutip dari laman YouTube akun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sumpit terbuat dari pohon kayu pilihan, seperti kayu tapang, kayu ulin, bedaru, atau katikal. Kayu ulin dan katikal memiliki ciri khas bagian dalamnya licin dan kuat, sementara kayu bedaru memiliki ciri khas kayu yang harum.

Sumpit terdiri dari tempat yang digunakan untuk menyimpan peluru sumpit namanya talep, sedangkan peluru sumpit namanya damek. Adapun peralatan sumpit lainnya yakni sangkoh yang terbuat dari batu.

Sangkoh biasanya disimpan pada ujung sumpit yang diikat menggunakan rotan yang telah dianyam, fungsinya jika buruan yang disumpit belum juga mati maka sangkoh yang akan digunakan untuk membunuhnya.

Sementara dikutip dari buku Mengenal Aneka Ragam Tarian & Senjata Adat Nusantara oleh S Halimah, bentuk dari sumpit Kalimantan Utara seperti seruling yaitu silinder bulat yang ramping. Tetapi untuk senjata ini jauh lebih panjang daripada seruling. Panjang dari sumpit yakni sekitar 1,5-2 m.

Pulus Ngau dan Zakeus Daeng Lio menjelaskan dalam buku berjudul Etnografi Dayak Punan, bahwa bagi masyarakat Dayak Punan membuat sumpit merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Sumpit dibuat dari batang pohon yang dikorek atau di bor manual dengan menggunakan tangan yang diberi pisau di ujung besi yang akan dilubangi dengan menggunakan pisau yang sangat tajam

Bilah sumpit terbuat dari pohon ulin, sementara anak panah yang dilontarkan (disebut uyan) terbuat dari bertan (kayu tulang) yang dibuat lebar pada bagian pangkalnya. Bentuk ini didesain untuk memudahkan anak panah meluncur saat dilontarkan.

Menurut pengakuan beberapa petua Adat Dayak Puna, belum ada penawar yang bisa mengobati racun yang ada pada anak panah sumpit. Saat pergi berburu, anak panah disimpan di dalam sebuah wadah yang terbuat dari bambu.

Wadah tersebut berbentuk tabung dan diberi tutup, sementara pada bagian sisinya diikatkan ranting pohon atau kayu ulin yang bentuk supaya bisa di kaitkan di pinggang. Belahan ulin tersebut berfungsi untuk mengaitkan wadah ke ikat pinggang orang yang membawanya.

Satu wadah tersebut mampu menampung hingga 500 ribu anak sumpit. Di suku Dayak Punan, biasanya sumpit pada bagian ujungnya dilengkapi mata tombak. Bentuk tersebut sengaja dipertahankan agar bilah sumpit tetap berfungsi sebagai tombak jika anak panah habis.

Berburu masih sering dilakukan oleh Masyarakat Dayak sampai pada saat ini. Namun, berburu menggunakan senjata sumpit sudah jarang dilakukan atau boleh dikatakan sudah sangat jarang Masyarakat Dayak yang berburu menggunakan sumpit. Kebanyakan Suku Dayak berburu satwa menggunakan senjata rakitan seperti senapan lantak dan senapan angin.

Cara Penggunaan Sumpit

Senjata tersebut digunakan dengan cara ditiup hingga anak sumpit yang sudah diberi racun untuk mengenai target, hingga terbunuh secara perlahan akibat dari racun mematikan yang ada di ujung anak sumpit.

Sebelum pergi berburu, biasanya anak sumpit atau damek harus dioleskan dengan getah Pohon Ipuh dan Iren yang mengandung racun mematikan. Buruan yang terkena anak sumpit atau damek itu akan mati dalam hitungan detik.

Jika musuh yang terkena damek, pastilah dalam hitungan detik akan mati. Selain melawan Belanda, sumpit juga mempunyai sejarah saat melawan Jepang sehingga membuat seluruh pasukan Jepang menjadi gentar dan takut.

Senjata sumpit Kalimantan Utara ini memiliki ketepatan yang sangat akurat. Lalu untuk jarak dari tembakan sumpit dapat mencapai Β±200 m, tergantung kekuatan orang yang meniup sumpit.

Cara penggunaan sumpit hampir seperti panah, tapi cara penggunaannya lebih mudah dan daya tembak sumpit lebih jauh dari panah. Titik jauhnya tergantung kekuatan nafas orang yang meniup sumpit. Pada ukuran laki-laki biasanya bisa sejauh 2 meter lebih, perempuan dan anak-anak kira-kira 1.5 meter.

Ketika digunakan, senjata ini tidak akan menimbulkan suara apapun. Sehingga sumpit ini sangat baik digunakan untuk berburu. Selain untuk berburu, terkadang senjata ini dijadikan sebagai mas kawin.

Tradisi Manyipet Kini

Fungsi sumpit kini bukan lagi untuk berburu atau untuk berperang, melainkan diperlombakan pada olahraga-olahraga daerah. Olahraga ini kemudian disebut manyipet, yang diperhitungkan pada setiap pertandingan di daerah.

Saat ini, manyipet menjadi perlombaan yang kerap digelar oleh pemerintah. Manyipet kini lebih dikenal sebagai cabang olahraga tradisional, biasanya terdapat dalam agenda Hari Ulang Tahun daerah di Kalimantan.

Dilansir dari laman resmi Pemprov Kalteng, manyipet atau permainan menyumpit merupakan permainan suku Dayak dalam unjuk kemahiran berburu binatang di hutan. Peralatan yang digunakan dalam perlombaan ini meliputi sipet atau sumpit yang dibuat dari kayu, anak sumpit (damek) yang berasal dari bambu, serta pelimping yang terbuat dari kertas atau palawi.

Setiap peserta melakukan penyumpitan sebanyak lima rambahan, di mana satu rambahan terdiri dari lima anak sumpit. Untuk peserta laki-laki, jarak penyumpitan ditetapkan sejauh 25 meter, sedangkan bagi peserta perempuan jaraknya adalah 20 meter.

Penilaian dilakukan berdasarkan jumlah anak sumpit yang berhasil mengenai sasaran, dengan syarat damek harus tertancap di dalam lingkaran. Jika anak sumpit mengenai garis batas antara dua nilai, maka skor tertinggi yang akan dihitung.

Sipet, mandau, tameng, dan tombak merupakan seperangkat peralatan perang maupun sebagian digunakan untuk berburu oleh suku Dayak Kalimantan Tengah. Terkhusus untuk sipet, konon dalam masa peperangan sipet merupakan senjata yang paling ditakuti penjajah, karena mempunyai kemampuan serang jarak jauh tanpa mengeluarkan bunyi.

Konon, sebelum berperang laskar atau pasukan Dayak kala itu, memoles lebih dulu anak sumpit atau damek (peluru sumpit) dengan ipu atau racun, baru kemudian dimasukan kedalam Sipet sehingga mampu membunuh lawan dalam tempo beberapa detik atau beberapa menit saja.




(aau/sun)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads