Di Balik Viral Aura Farming, Ada Peran Pawang yang Bikin 'Jalur' di Kuansing

Di Balik Viral Aura Farming, Ada Peran Pawang yang Bikin 'Jalur' di Kuansing

Raja Adil Siregar - detikKalimantan
Kamis, 17 Jul 2025 20:29 WIB
Penari cilik menari di ujung jalur. (Foto: Dok Dinas Pariwisata Riau)
Foto: Dok Dinas Pariwisata Riau
Pekanbaru -

Pacu jalur di Kuantan Singingi (Kuansing), Riau mendunia setelah viral joget 'aura farming' yang dilakukan berbagai tokoh internasional. Namun di balik pacu jalur ini, ternyata ada peran pawang yang ikut mengatur pembuatan jalur agar lancar.

Dikutip dari detikSumut, perahu yang disebut 'jalur' ini dipersiapkan sejak jauh hari sebelum perlombaan yang akan digelar 20-24 Agustus mendatang. Misalnya Desa Koto Teluk Kuantan yang menyiapkan satu jalur baru yang diberi nama Badai Gangga.

"Proses pembuatan sudah habis waktu 2 bulan mulai dari nebang, narik sampai ke sini. Dahulu ditarik masyarakat, sekarang tidak bisa karena kayu jalur jauh di hutan," kata Ketua Jalur Badai Gangga, Hendra di lokasi, Rabu (16/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pawang Ikut Cari Kayu

Pawang dilibatkan sejak warga berburu kayu ke hutan. Hasilnya, mereka menemukan kayu raksasa jenis kruing air dan memiliki warna coklat kemerahan dengan serat lurus yang halus.

"Jadi waktu nebang jalur sudah ada dukun. Pohon ini setelah ditebang ini nanti diganti pakai ayam atau apa nanti dari pawanglah keputusannya karena pemilihan ini (kayu) juga bersama masyarakat dengan pawang," katanya.

Kayu ini memiliki permukaan agak licin dan terkadang lengket. Seratnya yang sangat padat membuatnya kuat dan awet, tak mudah dimakan rayap dan tahan cuaca.

Kayu tersebut dipotong sepanjang 39 meter dari hutan. Sampai di kandang, kayu dibentuk tukang khusus menjadi jalur dengan panjang saat ini 36,5 meter dan menjadi jalur terpanjang saat ini.

"Kayu jenis kruing air, total jadi 36,5 meter dari awal kami potong 39 meter. Jalur ini yang terpanjang saat ini, yang lain itu rata-rata 31-35 meter," imbuh Hendra yang juga Ketua Pemuda setempat.

Pawang Beri Izin Berpacu

Perahu Badai Gangga ini rencananya baru akan diturunkan 28 Juli untuk dites di Batang Kuantan. Kemudian jalur akan dimintakan izin kepada pawang apakah sudah siap ikut berpacu di Rayon Baserah.

"Ada namanya Melangka ini pakai pawang, nanti pawang kasih waktu kapan jalur bisa turun, kapan waktunya tepat. Ada nanti pawang menentukan," kata Hendra sambil mengecek jalur yang telah finishing.

Berapa biayanya? Simak halaman selanjutnya

Biaya Total Capai Ratusan Juta

Mengenai biaya pembuatan, rupanya cukup fantastis. Pembuatan satu jalur kini bisa menghabiskan anggaran hingga Rp 150 juta mulai dari awal mencari hingga bisa turun berpacu.

"Ini habis biaya sekitar Rp 150 juta, nebang kayu saja Rp 10 juta, barik pakai alat berat itu Rp 50 juta, bawa dari hutan pakai mobil ke kampung itu Rp 20 juta. Lalu ada untuk tukang itu Rp 30 juta sampai jadi karena 3 tukang kerja," katanya.

Diperkirakan jalur yang mencapai 36,5 meter dapat diisi 65 sampai 70 orang. Jumlah itu terdiri dari penari cilik, anak pacuan, timbo ruang hingga si tukang onjai.

"Nanti jalur ini bisa untuk 65-70 orang isinya mulai dari anak pacuan, timbo ruang, penari sampai tukang onjai," kata Hendra.

Artikel sudah tayang di detikSumut.

Halaman 2 dari 2
(ras/bai)
Hide Ads