50 Peribahasa Suku Dayak Ngaju yang Penuh Makna

50 Peribahasa Suku Dayak Ngaju yang Penuh Makna

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Kamis, 29 Mei 2025 09:30 WIB
Sideview of an open book lying in front of bookshelf with books sorted in spectrum.
Ilustrasi buku/Foto: Getty Images/Mitshu
Palangka Raya -

Suku Dayak memiliki banyak subsuku dengan bahasanya masing-masing. Salah satu yang terbesar adalah suku Dayak Ngaju yang banyak menempati wilayah Kalimantan Tengah.

Dalam sastra dan bahasa Dayak Ngaju, dikenal peribahasa yang disebut pepatah-petitih. Seperti dalam bahasa Indonesia, peribahasa berisi perumpamaan yang bertujuan memberi nasihat.

Di bawah ini akan kita ulas 50 pepatah-petitih atau peribahasa suku Dayak Ngaju yang penuh makna, dirangkum dari buku Kumpulan Peribahasa Indonesia dari Aceh sampai Papua oleh Iman Budhi Santosa dan Jurnal Multilingual, Volume XIII, No 1, Tahun 2014 karya Titik Wijanarti dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peribahasa Tetap Optimis

Berikut ini berbagai petatah-petitih atau peribahasa Dayak Ngaju yang mengajak kita selalu bersikap optimistis:

  1. Je dia tau mananjung, manunggu huma. (Yang tidak dapat berjalan, menunggu rumah).
    Makna: Setiap orang dapat mengerjakan sesuatu sesuai kemampuannya.
  2. Tege danum tege lauk. (Jika ada air, maka ada ikan).
    Makna: Rezeki bisa ditemukan di mana saja.
  3. Eweh manjala ie maneser. (Siapa menjala, dia juga menyelam.)
    Makna: Jika ingin sesuatu, maka harus bekerja keras untuk mendapatkannya.
  4. Mahamen mambesei jukung bahantung. (Malu mengayuh, perahu akan hanyut.)
    Makna: Jika orang malu bekerja, maka hidupnya akan menderita.
  5. Kadien maneken hanyut ije katanjung. (Malas bergalah hanyut serantau).
    Makna: Jika malas berusaha, maka akan menjadi bencana atau kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain
  6. Dia deruh bajang awi tanduke. (Tak akan terhalang rusa oleh tanduknya).
    Makna: Seorang yang ahli pasti bisa mengendalikan senjatanya.
  7. Panginan antang dia akan kainan munyin. (Makanan elang tidak akan dimakan musang).
    Makna: Setiap orang memiliki rezeki masing-masing.
  8. Gancang katam awi katib, gancang burung awi palapas. (Kuat ketam karena capit, kuat burung karena sayap).
    Makna: Masing-masing orang mempunyai kekuatan atau kelebihan berbeda-beda.
  9. Kakumbang dia ije kungan, kambang dia ije kapating. (Kumbang tak seekor, kembang tak setangkai).
    Makna: Kamu tak sendirian. Orang lain mungkin juga merasakan hal yang sama. Jangan mudah berputus asa jika cita-cita belum tercapai.
  10. Lepah hamberang awi hakarasa. (Habis miang karena bergeser).
    Makna: Segala kesulitan lama-kelamaan akan berkurang dan hilang karena terbiasa mengerjakannya.
  11. Likut pisau amun iasa mahin banyihi. (Belakang pisau kalau diasah juga bisa tajam).
    Makna: Orang bodoh sekalipun, bisa menjadi pandai jika mau rajin belajar.

Peribahasa Nasihat

Berikut ini berbagai petatah-petitih atau peribahasa Dayak Ngaju yang nasihat penuh makna:

  1. Ela mamili benang hantatilap bungkuse. (Jangan beli kain yang terbungkus).
    Makna: Jangan memutuskan sesuatu tanpa mengetahui kondisinya terlebih dahulu.
  2. Ela santar mamangkut lenge. (Jangan selalu berpangku tangan).
    Makna: Pesan untuk tidak berdiam diri atau tidak mau bekerja.
  3. Nihau kapak iganti baliung. (Hilang kapak diganti beliung).
    Makna: Jika menghadapi kesulitan, carilah solusi untuk menyelesaikannya.
  4. Mahian lenge babehat kanai. (Ringan tangan berat perut).
    Makna: Orang yang rajin bekerja akan mendapatkan rezeki yang berlimpah.
  5. Ulah mandui sampai bias. (Mandi harus sampai basah).
    Makna: Bekerja harus dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh dengan tanggung jawab.
  6. Sahumu-humung sasapat, dia manutuk pisi amas. (Sebodoh-bodohnya ikan sepat, tak makan pancing emas).
    Makna: Orang yang bodoh sekalipun seharusnya bisa memilih apa yang baik untuk dirinya.
  7. Bapelek jela tanda kalah, bapelek karis tanda matei. (Patah lidah tandanya kalah, patah keris tandanya mati).
    Makna: Jika tidak pintar berbicara, maka akan kalah dalam perdebatan. Jika tidak bisa berperang maka akan kalah dalam pertempuran.
  8. Pikiran dia sinde lembut, kira-kira dia sinde dumah. (Pikiran tak sekali timbul, kira-kira tak sekali datang).
    Makna: Pikirkan dulu dengan matang sebelum ambil tindakan. Tindakan tanpa pikir panjang bisa berakibat buruk.
  9. Sakara-kara mata manampayah, labi bakarah upak je mangkeme. (Sepedih-pedih mata memandang, lebih pedih kulit yang merasakan).
    Makna: Sesedih-sedihnya perasaan orang yang melihat kemalangan, masih lebih sedih orang yang menjalani kemalangan tersebut.
  10. Musuh ela inggau, hasundau dia hadari. (Musuh jangan dicari, jika jumpa jangan dihindari).
    Makna: Jangan mencari-cari masalah. Tetapi jika masalah datang harus dihadapi.
  11. Panjang tanduk bajang awi batawat. (Panjang tanduk rusa karena waspada).
    Makna: Orang bisa panjang umur (selamat) karena pandai menjaga diri.
  12. Awi pulut santan kapehe, awi nyama bereng kapehe. (Karena pulut santan binasa, karena mulut badan binasa).
    Makna: Perkataan yang tajam bisa menyebabkan malapetaka pada diri sendiri.
  13. Kalah limau awi tungkun. (Kalah jeruk karena benalu).
    Makna: Orang luar bisa datang membuat kerusakan.
  14. Manahiu uru intu baum human oloh beken, intu baun human arep kabuat uru sampai ka utut. (Membicarakan rumput halaman rumah orang lain, rumput halaman rumah sendiri sampai ke lutut).
    Makna: Lebih mudah mengurusi orang lain, sampai-sampai kekurangan diri sendiri tidak terlihat.
  15. Amun sinta dengan parei, uru ibawau. (Jika sayang akan padi, rumput disiangi).
    Makna: Jika sayang dengan pasangan, maka janganlah menyayangi orang lain (pria atau perempuan) lain.
  16. Ela basaramin huang danum keruh. (Jangan bercermin di air keruh).
    Makna: Jangan meniru perbuatan buruk orang lain.
  17. Tempe intu lisung, barapi intu rinjing. (Menumbuk di lesung, bertanak di periuk).
    Makna: Mengerjakan sesuatu seharusnya mengikuti aturan.
  18. Jantun puji telaga je keruh mampalua danum je katining. (Tak pernah telaga yang keruh mengalirkan air jernih).
    Makna: Jika diawali dengan sesuatu yang buruk, maka hasilnya juga akan buruk.
  19. Manis ela intelen, bapait ela iuta. (Manis jangan ditelan, pahit jangan dimuntahkan).
    Makna: Yang terlihat baik jangan langsung diterima, yang terlihat buruk jangan langsung ditolak.
  20. Matei bitik awi taluh manisan. (Mati semut karena manisan).
    Makna: Jangan terhanyut dengan keindahan atau rayuan, karena bisa menjerumuskan.
  21. Into huma manjadi raja, into himba manjadi beruk. (Di rumah menjadi raja, di hutan menjadi beruk).
    Makna: Manusia sebaiknya pandai menempatkan diri dalam pergaulan sosial.

Peribahasa Kebijaksanaan

Berikut ini berbagai petatah-petitih atau peribahasa Dayak Ngaju yang bijaksana dan berkaitan dengan kehidupan:

  1. Maluja ka hunjun, manjatu ka kabuat. (meludah ke atas, jatuh ke muka sendiri).
    Makna: Seorang anak yang melawan orang tua, maka telah menyakiti dirinya sendiri.
  2. Amun kayu sama kagantung intu himba, intu kueh riwut akan mahalau. (Jika kayu sama tingginya di hutan, di mana angin akan lewat).
    Makna: Jika semua manusia punya pangkat yang sama tingginya, pasti pekerjaan tidak akan selesai. Harus ada kerja sama antara pemimpin dan yang dipimpin.
  3. Nyamuk matei magun bagatel. (Nyamuk mati masih gatal).
    Makna: Rasa sakit akibat kejahatan seseorang sulit dihilangkan meski pelakunya sudah dihukum.
  4. Intan te, aluh manjatu intu kinyak tatap mangilat. (Intan itu, meski jatuh ke lumpur tetap bercahaya).
    Makna: Perkataan baik, meski terucap dari mulut orang hina tetaplah baik. Atau seseorang yang baik akan tetap baik meski ditempatkan di tempat yang jelek.
  5. Amun indue tatau anak manjadi putri, amun anak tatau indue jadi babu. (Kalau ibu kaya, anak menjadi putri. Kalau anak kaya, ibu menjadi babu).
    Makna: Sindiran tentang perbedaan kasih sayang ibu dan anak. Ibu selalu mementingkan anaknya, namun belum tentu sebaliknya.
  6. Genep danum handalem, tiwing runtuh. (Setiap air banjir, tebing runtuh).
    Makna: Setiap berganti pimpinan, maka berganti pula peraturan yang harus dipatuhi rakyat.
  7. Bara bakawal dengan oloh humung, keleh bakawal dengan oloh harati. (Daripada berteman dengan orang bodoh, lebih baik melawan dengan orang berakal).
    Makna: Tak ada gunanya berteman dengan orang bodoh. Tetapi sebaliknya, berseteru dengan orang pintar pun bisa menambah ilmu, apalagi jika berteman.
  8. Palanduk dia bingat jarat, jarat tatap bingat palanduk. (Binatang pelanduk melupakan jerat, tetapi jerat tetap ingat binatang pelanduk).
    Makna: Orang bisa dengan mudah lupa setelah lolos dari bahaya. Padahal bahaya selalu menunggu setiap saat.
  9. Tahapit sapak sambil, je gantau pehe kea. (Terjepit paha kiri, paha kanan juga terasa sakit).
    Makna: Jika ada keluarga menderita, maka anggota keluarga lainnya juga merasakannya.
  10. Kilau dawen pisang buah riwut. (Seperti daun pisang ditiup angin).
    Makna: Gambaran orang yang tidak punya pendirian, atau mudah mengikuti pendapat orang lain meski salah.
  11. Kilau langgei panyair, kalok awi oloh tau ingambuah, kalok kabuat dia tau ingambuah. (Seperti pisau peraut, bengkok oleh orang lain bisa diluruskan, tapi bengkok sendiri tak dapat dibetulkan).
    Makna: Kesusahan orang lain dapat diatasi, tetapi kesusahan sendiri sulit untuk mengatasinya.
  12. Penyu nan teluh baribu-ribu jatun ije je katawa, manuk nan teluh ije kabawak uras oloh katawa. (Penyu bertelur beribu-ribu tak ada yang tahu, ayam bertelur sebutir semua orang tahu).
    Makna: Orang kaya yang mendapat keuntungan tidak akan terlihat. Tetapi jika orang miskin mendapat keuntungan, maka akan mudah terlihat.
  13. Sapire kambu tapih kalute kakejau tampayah. (Seberapa panjang sarung sejauh itulah penglihatan).
    Makna: Sikap baik dan buruk menunjukkan seberapa tinggi ilmu seseorang.
  14. Huang kueh tingen lepah hete apui belep. (Di mana lalang habis, di situ api padam).
    Makna: Jika sudah waktunya ajal menjemput, maka di situlah kita akan mati.
  15. Mangkawang uras mangketung, hingkat uras manangkajuk. (Seluduk semua bongkok, bangkit semua melompat).
    Makna: Perumpamaan untuk orang-orang yang kompak atau seia-sekata.
  16. lje kungan hadangan ngalabangan, ije kandang buah kinyak. (Seekor kerbau berkubangan, sekandang kena lumpurnya).
    Makna: Karena satu orang berbuat kesalahan, orang lain di sekitarnya bisa ikut menanggung akibatnya.
  17. Batekang kilau batu, gantung kilau langit. (Keras seperti batu, tinggi seperti langit).
    Makna: Penggambaran sifat anak yang keras kepala dan tidak mau menuruti nasihat orang tua.
  18. Kejau mananjung are je gitan. (Orang yang berjalan jauh berarti telah berpengalaman).
    Makna: Orang tua memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan dengan anak muda.

Demikian tadi 50 peribahasa suku Dayak Ngaju yang bisa digunakan sebagai pemberi semangat maupun nasihat dalam kehidupan.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads