Puluhan meriam karbit siap meramaikan malam penghujung Ramadan dan sambut Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah di Kota Pontianak. Meriam karbit ini akan membuat kawasan pinggir Sungai Kapuas bergetar karena suaranya yang menggelegar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pontianak Sri Sujiarti mengatakan, ada 30 kelompok yang akan meramaikan permainan ini sejak 30 Maret 2025 hingga 30 hari setelahnya.
"Ada 30 kelompok yang terlibat, 16 kelompok berada di Pontianak Timur dan 14 kelompok di Pontianak Selatan dan Tenggara," terangnya, Kamis (20/3/2025).
Meriam karbit merupakan permainan rakyat yang menjadi tradisi setiap bulan Ramadan dan malam Idulfitri di Kota Pontianak. Permainan meriam karbit yang digelar di sepanjang Sungai Kapuas ini tak lagi menjadi festival, tapi dikemas menjadi ekshibisi.
"Jadi, ini bukan perlombaan, tapi kita bermain bersama untuk memeriahkan malam takbiran," tuturnya.
Meriam karbit terbuat dari kayu mabang atau meranti dengan ukuran diameter antara 50-70 centimeter dan panjang kisaran 5 hingga 6 meter.
Untuk membunyikannya, dibutuhkan bahan bakar berupa karbit. Kemudian terdapat lubang pada bagian meriam untuk tempat menyulut api hingga menghasilkan bunyi yang menggelegar.
"Kegiatan ini akan dilaksanakan pada malam takbiran, menyesuaikan keputusan pemerintah terkait penetapan Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah," tuturnya.
Ekshibisi ini rencananya akan dihadiri oleh para pejabat Pemerintah Kota Pontianak dan Provinsi Kalimantan Barat. Sri mengatakan masyarakat atau pengunjung dapat menyaksikan atraksi meriam karbit selama 30 hari.
"Masyarakat bahkan bisa mencoba menyulut meriam karbit dengan mengganti biaya karbit yang dikeluarkan, mengingat harga karbit semakin tahun semakin naik," ujarnya.
Pada 2016 silam, permainan tradisi meriam karbit ini sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Kota Pontianak. Ekshibisi meriam karbit ini merupakan wujud pelestarian tradisi.
"Tradisi ini merupakan satu-satunya yang kita tahu di Indonesia, bahkan mungkin di dunia," kata Sri.
Meski demikian, Sri mengakui bahwa jumlah peserta Ekshibisi Meriam Karbit semakin berkurang setiap tahunnya. Biaya pembuatan Meriam Karbit yang cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya berencana mengadakan program 'Bapak Angkat' atau 'Bapak Asuh' bagi kelompok-kelompok penyelenggara.
Tantangan Pertahankan Tradisi di halaman selanjutnya.
Simak Video "Video: Sambut Lebaran, Warga Pontianak Siap Gelar Tradisi Meriam Karbit"
(des/des)