Gelombang unjuk rasa terus terjadi di Malaysia. Para demonstran mendesak Perdana Menteri Anwar Ibrahim untuk mundur karena dinilai gagal mengatasi masalah ekonomi di negeri Jiran.
Dilansir detikFinance dari Reuters, pertumbuhan ekonomi Malaysia pada kuartal I 2025 berada di kisaran 4,4% year on year alias menurun dibandingkan kuartal sebelumnya.
Perekonomian Malaysia tumbuh 4,9% year on year (setelah revisi) pada kuartal terakhir 2024. Bank sentral memperkirakan prospek pertumbuhan tahun ini akan lebih lemah akibat ketegangan dagang yang mempengaruhi belanja dan investasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data bank sentral, pertumbuhan pada kuartal pertama ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga yang berkelanjutan karena kondisi pasar tenaga kerja yang positif dan dukungan kebijakan pemerintah, serta ekspansi investasi yang stabil dan pertumbuhan ekspor yang berlanjut.
Akan tetapi, Gubernur Bank Negara Malaysia, Abdul Rasheed Ghaffour, mengatakan pertumbuhan juga tertahan oleh penurunan produksi minyak dan gas, serta normalisasi penjualan dan produksi kendaraan bermotor.
Sementara inflasi Malaysia melambat pada Juni 2025, yakni sebesar 1,1%, dengan indeks mencapai 134,5 poin dibandingkan 133,0 poin pada bulan yang sama tahun lalu.
Dalam rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk Juni 2025, Departemen Statistik Malaysia (DoSM). mencatat bahwa pelambatan inflasi ini tercermin pula dalam Indeks Harga Produsen (PPI) untuk produksi lokal, yang turun sebesar 3,6% pada Mei 2025.
Selengkapnya baca artikel di detikFinance.
(ily/bai)