Terpuruknya Raksasa Batu Bara

Internasional

Terpuruknya Raksasa Batu Bara

Ilyas Fadilah - detikKalimantan
Sabtu, 05 Jul 2025 15:30 WIB
A machine loads a BelAZ dump-body truck with coal at the Chernigovsky opencast colliery, outside the town of Beryozovsky, Kemerovo region, Siberia, Russia, April 4, 2016. REUTERS/Ilya Naymushin/File Photo
Ilustrasi tambang batu bara terbuka di Kemerovo, Siberia, Rusia/Foto: REUTERS/Ilya Naymushin/File Photo
Balikpapan -

Mechel merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di Rusia. Mechel akan menerima bantuan pemerintah di tengah krisis yang terjadi di sektor batu bara.

Jika itu terjadi, perusahaan tersebut akan menjadi produsen batu bara pertama yang menerima bantuan di era pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Dikutip detikFinance, menurut Wakil Direktur Keuangan Mechel, Nelli Galeeva, pihaknya mendapat penangguhan pembayaran pajak dan iuran jaminan sosial selama tiga tahun senilai lebih dari 13 miliar rubel atau US$ 166 juta, atau setara Rp 2,68 triliun.

Dikutip The Moscow Times, Sabtu (5/7/2025), Mechel memperkirakan bisa menghemat US$ 6 juta per bulan jika bantuan untuk seluruh industri seperti penangguhan pajak ekstraksi mineral dan iuran sosial mulai berlaku. Galeeva mengatakan pihaknya menjadi yang pertama mengajukan permohonan dukungan ke pemerintah dan yang pertama disetujui oleh komisi yang dipimpin Menteri Keuangan Anton Siluanov. Namun, kondisi industri tetap suram.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CEO Mechel, Oleg Korzhov menyebut industri batu bara menghadapi kesulitan besar dan memperkirakan penurunan penjualan. Mechel bahkan berencana mengurangi pengiriman batu bara hingga 25 persen dibanding tahun lalu.

Menurut Korzhov, ini adalah skenario pesimistis, namun hasil akhirnya bisa berubah tergantung situasi domestik maupun global. Sementara itu, Kepala Russian Coal, Vladimir Korotin menyebut krisis ini sebagai yang terburuk sejak 1990-an.

Tahun 2024 hingga kuartal pertama 2025, sektor batu bara menjadi satu-satunya industri besar di Rusia di mana jumlah perusahaan merugi (61,8 persen) melampaui yang untung. Meski produksi naik tipis 1,4 persen di lima bulan pertama tahun ini, sebagian besar batu bara menumpuk di gudang karena tak laku dijual.

Penurunan produksi sudah terlihat di wilayah Kemerovo, pusat tambang batu bara nasional. Pusat Analisis Makroekonomi dan Peramalan Jangka Pendek yang dekat dengan Kremlin menyatakan seluruh indikator kesehatan perusahaan batu bara mengalami tekanan.

Walau begitu, ancaman kebangkrutan bisa dihindari berkat dukungan penuh dari negara. Pelaku industri berharap kondisi tak makin buruk dan ada perbaikan pada paruh kedua tahun ini.

Menurut Korzhov, hampir semua produsen mengalami tekanan berat, baik dari sisi produksi maupun investasi. Dengan nilai tukar saat ini, menjual batu bara ke luar negeri pun dianggap merugi.

Ia memperkirakan harga tak akan turun lagi karena 20 persen perusahaan batu bara dunia sudah beroperasi dan memperoleh untung. Penurunan produksi global, potensi penurunan suku bunga acuan, serta penguatan dolar bisa mendorong pemulihan harga dan meringankan beban utang industri.

Tahun 2023, EBITDA Mechel turun 35 persen menjadi 56 miliar rubel, sementara rasio utangnya naik hingga 4,6 kali EBITDA. Untuk mengurangi beban, Mechel berencana menjual sebagian asetnya, terutama di sektor energi.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di detikFinance dengan judul Raksasa Batu Bara Keok, Kini Menanti Belas Kasihan Putin.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads