Harga Minyak Diprediksi Melonjak Usai AS Serang Iran

Internasional

Harga Minyak Diprediksi Melonjak Usai AS Serang Iran

Herdi Alif Al Hikam - detikKalimantan
Senin, 23 Jun 2025 10:00 WIB
Pasukan keamanan Israel dan petugas tanggap darurat berkumpul di lokasi serangan Iran yang menghantam kawasan permukiman di kawasan Ramat Aviv di Tel Aviv pada 22 Juni 2025. Setidaknya 16 orang terluka dan setidaknya satu dampak dilaporkan di Israel bagian tengah setelah Iran meluncurkan dua gelombang rudal ke negara itu menyusul pengeboman AS terhadap lokasi nuklirnya, menurut layanan penyelamatan dan laporan.
Konflik Israel-Iran/Foto: AFP/MENAHEM KAHANA
Jakarta -

Perang Iran dan Israel makin panas, ditambah Amerika Serikat (AS) ikut menyerang Iran. Harga minyak diprediksi akan naik 3-5 Dolar AS per barel sebagai dampaknya.

Dikutip detikFinance, kenaikan harga minyak diprediksi makin tinggi jika Iran membalas AS, dan menyebabkan gangguan pasokan minyak yang besar. Sebab, Iran dikenal sebagai produsen minyak mentah terbesar ketiga OPEC.

"Harga minyak diperkirakan akan melonjak. Bahkan tanpa adanya pembalasan langsung, pasar cenderung memperhitungkan premi risiko geopolitik yang lebih tinggi," kata Jorge Leon, kepala analisis geopolitik di Rystad Energy seperti dikutip Reuters, Senin (23/6/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga global dapat naik 3-5 Dolar AS per barel saat pasar dibuka. Terakhir, Brent ditutup dengan harga US$ 77,01 per barel pada Jumat dan US West Texas Intermediate (WTI) pada US$ 73,84 per barel.

Untuk diketahui, Brent telah naik 11%, sementara WTI telah naik sekitar 10% sejak konflik dimulai pada 13 Juni 2025. Kala itu, Israel melepaskan serangan menargetkan situs nuklir Iran dan rudal Iran membalas dengan menghantam gedung-gedung di Tel Aviv.

Untungnya, pasokan masih stabil dari negara-negara pemasok yang lain. Ketersediaan kapasitas produksi cadangan dari pemasok lain membuat harga tak melonjak terlalu liar.

Apakah semua pihak bisa menjaga agar gangguan pasokan tidak terjadi? Risiko kenaikan harga yang liar biasanya meningkat ketika ada gangguan pasokan yang terjadi. Salah satunya adalah risiko terganggunya alur pengiriman minyak di Selat Hormuz Iran.

"Arah harga minyak dari sini akan bergantung pada apakah ada gangguan pasokan atau jika ada de-eskalasi dalam konflik, yang mengakibatkan memudarnya premi risiko," kata Giovanni Staunovo, analis di UBS.

Sementara itu, anggota parlemen senior Iran mengatakan pada 19 Juni 2025, pihaknya bisa kapan saja menutup Selat Hormuz sebagai cara untuk membalas musuh-musuhnya. Sekitar seperlima dari total konsumsi minyak dunia melewati selat tersebut.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di detikFinance dengan judul AS Serang Iran, Siap-siap Harga Minyak Meroket.




(sun/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads